Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berkaca dari Kasus Firli, Pansel Capim KPK Diminta Lebih Dengarkan Masukan Masyarakat

Kompas.com - 10/05/2024, 08:14 WIB
Novianti Setuningsih

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Peneliti dari Pusat Kajian Anti Korupsi (Pukat) Universitas Gadjah Mada (UGM) Zaenur Rohman mengingatkan agar panitia seleksi (pansel) calon pimpinan (capim) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang terpilih kelak lebih banyak mendengarkan masukan dari masyarakat.

Hal itu berkaca dari kasus eks Ketua KPK, Firli Bahuri yang terjerat kasus dugaan pemerasan atau gratifikasi atau suap terkait penanganan masalah hukum di Kementerian Pertanian (Kementan).

Pansel KPK harus mau menerima, mendengar dan mempertimbangkan masukan publik, jangan mentang-mentang mereka pansel memiliki sumber informasi dari alat negara kemudian mereka melaju sendiri,” kata Zaenur kepada Kompas.com, Jumat (10/5/2024).

Menurut dia, justru alat-alat negara itu yang harus diwaspadai oleh Pansel capim KPK karena dikhawatirkan memiliki kepentingan terhadap KPK.

“Sehingga yang harus lebih diutamakan adalah masyarakat. Masyakarat itu yang punya pengalaman, punya mata dan telinga ketika berinteraksi dengan nantinya adalah calon-calon pimpinan KPK,” ujar Zaenur.

Baca juga: Soal Komposisi Pansel Capim KPK, Pukat UGM: Realitanya Presiden Amankan Kepentingan Justru Mulai dari Panselnya

Dia juga mengatakan, masyarakat lebih tahu mana calon pimpinan yang memiliki rekam jejak buruk dan catatan masa lalu yang bermasalah. Sebab, masyarakat yang berinteraksi dengan para calon itu di lapangan.

Sebelumnya, Zaenur mengatakan, Pansel capim KPK harusnya didominasi dari unsur masyakarat, bukan unsur pemerintah. Hal itu demi menjamin independensi sehingga KPK juga bisa independen.

Kemudian, Pansel capim KPK juga harus diisi oleh mereka yang berintegritas, punya rekam jejak bersih, tidak punya vested interest atau kepentingan pribadi, dan tidak punya kepentingan politik partisan.

Selanjutnya, tidak pernah punya masalah hukum apalagi dengan KPK, dan tidak punya pandangan yang bertentangan dengan pemberantasan korupsi.

“Kalau Pansel KPK itu tidak berintegritas, punya cacat etik, ya jangan harap pimpinan KPK nantinya akan yang berintegritas. Jadi pansel itu akan mencerminkan komisioner yang terpilih sehingga yang paling utama dari Pansel KPK itu integritas, yang kedua bebas dari vested interest,” kata Zaenur.

Baca juga: Istana Pastikan Pansel Capim KPK Segera Dibentuk

Presiden siapkan 9 orang

Sebelumnya, Koordinator Staf Khusus Presiden Ari Dwipayana mengatakan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) terus menggodok nama-nama calon Pansel capim KPK.

Dia menyampaikan, pansel yang tengah digodok ini akan terdiri dari sembilan orang yang terdiri dari unsur pemerintah dan masyarakat.

"Keanggotaan pansel tersebut akan berjumlah 9 orang yang terdiri dari lima orang dari unsur pemerintah dan empat orang dari unsur masyarakat," kata Ari kepada Kompas.com pada 9 Mei 2024.

Ari mengatakan, nama-nama itu digodok Presiden dengan memperhatikan harapan yang masuk dari masyarakat.

Nantinya, keanggotaan pansel akan ditetapkan melalui Keputusan Presiden (Keppres).

Halaman:


Terkini Lainnya

Perkenalkan Istilah ‘Geo-cybernetics’, Lemhannas: AI Bikin Tantangan Makin Kompleks

Perkenalkan Istilah ‘Geo-cybernetics’, Lemhannas: AI Bikin Tantangan Makin Kompleks

Nasional
Megawati Disebut Lebih Berpeluang Bertemu Prabowo, Pengamat: Jokowi Akan Jadi Masa Lalu

Megawati Disebut Lebih Berpeluang Bertemu Prabowo, Pengamat: Jokowi Akan Jadi Masa Lalu

Nasional
Laporkan Dewas ke Bareskrim, Wakil Ketua KPK Bantah Dirinya Problematik

Laporkan Dewas ke Bareskrim, Wakil Ketua KPK Bantah Dirinya Problematik

Nasional
Kolaborasi Pertamina–Mandalika Racing Series Dukung Pembalap Muda Bersaing di Kancah Internasional

Kolaborasi Pertamina–Mandalika Racing Series Dukung Pembalap Muda Bersaing di Kancah Internasional

Nasional
Harkitnas, Fahira Idris Tekankan Pentingnya Penguasaan Iptek untuk Capai Visi Indonesia Emas 2045

Harkitnas, Fahira Idris Tekankan Pentingnya Penguasaan Iptek untuk Capai Visi Indonesia Emas 2045

Nasional
Sempat Sebut Lettu Eko Meninggal karena Malaria, Dankormar: Untuk Jaga Marwah Keluarga

Sempat Sebut Lettu Eko Meninggal karena Malaria, Dankormar: Untuk Jaga Marwah Keluarga

Nasional
Yasonna Berharap Program PPHAM Dilanjutkan oleh Pemerintahan Prabowo-Gibran

Yasonna Berharap Program PPHAM Dilanjutkan oleh Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Di WWF 2024, Jokowi Ajak Semua Pihak Wujudkan Tata Kelola Air yang Inklusif dan Berkelanjutan

Di WWF 2024, Jokowi Ajak Semua Pihak Wujudkan Tata Kelola Air yang Inklusif dan Berkelanjutan

Nasional
KSP Sebut Bakal Pertimbangkan Nama-nama Pansel KPK Rekomendasi ICW

KSP Sebut Bakal Pertimbangkan Nama-nama Pansel KPK Rekomendasi ICW

Nasional
Kementan Rutin Kirim Durian Musang King, SYL: Keluarga Saya Tak Suka, Demi Allah

Kementan Rutin Kirim Durian Musang King, SYL: Keluarga Saya Tak Suka, Demi Allah

Nasional
Jokowi-Puan Bertemu di WWF 2024, Pengamat: Tidak Akan Buat Megawati Oleng

Jokowi-Puan Bertemu di WWF 2024, Pengamat: Tidak Akan Buat Megawati Oleng

Nasional
56.750 Jemaah Haji Tiba di Madinah, 6 Orang Dikabarkan Wafat

56.750 Jemaah Haji Tiba di Madinah, 6 Orang Dikabarkan Wafat

Nasional
Ingatkan Soal Kuota Haji Tambahan, Anggota DPR: Jangan Sampai Dipanggil KPK

Ingatkan Soal Kuota Haji Tambahan, Anggota DPR: Jangan Sampai Dipanggil KPK

Nasional
Laporkan Dewas ke Polisi, Nurul Ghufron Sebut Sejumlah Pegawai KPK Sudah Dimintai Keterangan

Laporkan Dewas ke Polisi, Nurul Ghufron Sebut Sejumlah Pegawai KPK Sudah Dimintai Keterangan

Nasional
Buka Forum Parlemen WWF Ke-10, Puan: Kelangkaan Air Perlebar Ketimpangan

Buka Forum Parlemen WWF Ke-10, Puan: Kelangkaan Air Perlebar Ketimpangan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com