Kolom Biz
Rohidin Mersyah
Ketua DPD I Golkar Bengkulu

Prof Dr drh H Rohidin Mersyah, MMA. gelar Rajo Agung II adalah Gubernur Bengkulu periode 2018–2021 dan 2021–2024. Sebelumnya, ia pernah menjabat sebagai Wakil Gubernur Bengkulu periode 2016–2017 dan Wakil Bupati Bengkulu Selatan periode 2010–2015.

Paradoks Sejarah Bengkulu

Kompas.com - 06/05/2024, 14:14 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

JAUH sebelum ditetapkan sebagai provinsi ke-26 pada 18 November 1968, Bengkulu merupakan daerah spesial yang memiliki sejarah panjang dan kontribusi signifikan dalam perjuangan bangsa Indonesia. Catatan sejarah Bengkulu saat ini banyak didapatkan dari berbagai manuskrip saat kolonialisme oleh bangsa Inggris selama sekitar 140 tahun.

Awalnya, Bengkulu merupakan sebuah tanah bebas yang merdeka serta memiliki potensi komoditas lada berkualitas yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Melihat peluang ini, para petinggi lokal di Bengkulu telah melakukan komunikasi ke bangsa Inggris mengenai kemungkinan kerja sama dagang yang saling menguntungkan.

Melalui kerja sama dagang itulah, Inggris melalui British East India Company datang ke Bengkulu. Hal inilah yang kemudian mencatatkan sejarah bahwa kependudukan Inggris di Bengkulu tidak melalui penyerangan, tetapi melalui komunikasi dan perjanjian kerja sama yang awalnya menguntungkan untuk kedua belah pihak.

Selama ratusan tahun, Inggris telah membuat banyak catatan tersendiri yang terstruktur dan tersimpan rapi di Bengkulu. Catatan ini pun menjadi referensi khusus yang dimanfaatkan sebagai bahan literasi mengenai sejarah perjalanan panjang Bengkulu.

Salah satu literatur yang banyak dijadikan referensi adalah catatan Sir Thomas Stamford Raffles ketika diangkat menjadi Gubernur Jenderal Bengkulu pada 1818. Ia sendiri bertugas di Bengkulu selama 6 tahun, yaitu dari 1818 sampai 1824.

Selama bertugas di Bengkulu, Raffles banyak melakukan perjalanan ke daerah-daerah pedalaman. Dalam salah satu perjalanannya, Raffles dengan didampingi istri dan pakar botani, Dr Arnold, singgah di desa Pulau Lebar, Lubuk Tapi, Bengkulu Selatan.

Di desa itulah, Raffles menemukan bunga yang berukuran sangat besar dan indah. Penduduk setempat menamakan bunga ini Petimun Sikinlili atau Sirih Hantu. Bunga tersebut kemudian diberi nama Rafflesia Arnoldi yang diambil dari nama Raffles dan Dr Arnold. Bunga Rafflesia Arnoldi saat ini sudah menjadi simbol Provinsi Bengkulu yang dikenal dengan nama Bumi Rafflesia.

Selama menjabat di Bengkulu, Raffles memiliki pola kepemimpinan yang komunikatif bersama dengan masyarakat asli Bengkulu. Hal ini membuat kebijakan yang diambil selalu mendapatkan dukungan tanpa adanya pertentangan yang berarti.

Salah satu kebijakan populisnya adalah penghapusan sistem perbudakan yang disambut dengan sangat baik oleh masyarakat Bengkulu. Selain itu, Raffles juga mengangkat masyarakat pribumi sebagai tenaga kerja dengan kesetaraan sehingga membuka peluang untuk peningkatan perekonomian dan modernisasi pola pikir baru di masyarakat Bengkulu.

Dalam kebijakan sosial lain, Raffles juga dengan tegas menertibkan berbagai permasalahan sosial yang ada di tengah masyarakat Bengkulu. Contohnya adalah menertibkan perjudian yang sangat banyak terjadi, serta menangkap dan menghukum begal yang meresahkan masyarakat.

Berbagai kebijakan populis Raffles itu pun akhirnya memberikan tempat dan kenangan yang baik bagi masyarakat Bengkulu. Raffles dikenang sebagai pembawa perubahan yang memiliki jasa pada Bengkulu. Peran beliau sebagai seorang “penjajah” dilihat dari sisi positif yang baik. Hal ini merupakan cikal bakal yang akan membuat perubahan baik bagi masyarakat Bengkulu.

Traktat London

Selama ratusan tahun, Inggris mengalami pasang surut hubungan yang terjadi dengan berbagai kerajaan kecil di Bengkulu. Ketidakpuasan terhadap kebijakan yang diambil oleh Inggris dan merugikan masyarakat Bengkulu telah menyebabkan konflik dan pertentangan.

Salah satunya, penyerangan dan pembunuhan atas Residen Bengkulu Thomas Parr pada 1807. Ini menjadi sebuah peristiwa yang dikenang dalam sejarah Bengkulu dan menggemparkan Inggris di masanya. Inggris akhirnya membuat tugu peringatan atas kematian Thomas Parr yang masih berdiri sampai saat ini.

Sejak pelaksanaan Perjanjian London atau Treaty of London yang ditandatangani pada 17 maret 1824, wilayah Bengkulu diserahkan kepada Belanda, dengan imbalannya semenanjung Malaka sekaligus penegasan atas kepemilikan Tumasik atau Singapura dan Pulau Belitung.

Sejak perjanjian itu, Bengkulu menjadi bagian dari Hindia Belanda. Akan tetapi, jejak sejarah selama sekitar 140 tahun keberadaan Inggris di Bengkulu telah menjadi sebuah catatan tersendiri dalam kehidupan masyarakat di Bengkulu yang akan dikenang dalam catatan sejarah.

Keberadaan Inggris di Bengkulu merupakan bagian perjalanan sejarah yang tidak bisa dilepaskan. Kita memaknai sejarah sebagai sebuah ritme dentang kehidupan dalam zona waktu yang telah berlalu. Kita juga akan terus memaknai sejarah sebagai sebuah pelajaran dalam mengambil keputusan untuk masa depan.

Sejarah panjang yang telah memiliki efek domino pada tata kehidupan kita yang telah ada dan berkembang sampai sekarang, belajar dari masa lalu mengenai berbagai kebaikan dan kearifan yang sudah pernah ada untuk dipertahankan dan menghindari setiap kesalahan yang pernah dilakukan sehingga tidak terjadi lagi di masa depan.

Peninggalan sejarah Bengkulu

Masa pendudukan Inggris selama sekitar 140 tahun telah meninggalkan banyak situs peninggalan yang telah memberikan keunikan terhadap daerah Bengkulu. Inggris setidaknya telah membangun tiga benteng di Bengkulu, yaitu Benteng York, Benteng Anna di Mukomuko, dan Benteng Marlborough di Kota Bengkulu.

Benteng Marlborough saat ini yang masih berdiri kokoh sejak selesai dibangun pada 1719 dan menjadi salah satu bukti sejarah kependudukan Inggris di Bengkulu selain Rumah Raffles yang sekarang menjadi kediaman resmi Gubernur Bengkulu dengan nama Balai Raya Semarak Bengkulu.

Peninggalan benteng Marlborough sebagai peninggalan sejarah Inggris terbesar di Asia Timur membuktikan keseriusan Inggris dalam menjadikan Bengkulu sebagai koloninya dengan harapan yang besar dan rasa optimisme untuk masa depan yang menguntungkan. Bangunan dengan denah berbentuk kura-kura yang awalnya berfungsi sebagai benteng pertahanan, pergudangan, dan perkantoran ini memiliki sejarah panjang sampai akhirnya menjadi situs cagar budaya di Bengkulu.

Melestarikan bangunan peninggalan kolonialisme merupakan sebuah kewajiban untuk mengingat dan belajar dari masa lalu dan sebagai pertimbangan dalam membuat keputusan untuk masa depan. Hal ini tentunya harus dilihat sebagai sesuatu yang positif. Bukan sebagai penghargaan dan mengenang pendudukan terhadap penjajah yang datang, tetapi lebih pada hal baik apa yang bisa kita ambil. Selain itu, hal ini juga akan mendorong untuk terus melestarikan sejarah yang berhubungan dengan daerah kita.

Paradoks sejarah Bengkulu

Berbagai peninggalan Inggris telah menunjukan bahwa Bengkulu merupakan daerah khusus yang dipersiapkan oleh Inggris untuk masa depan yang optimis. Sebuah aksi nyata yang menjadi catatan bagi masyarakat Bengkulu dan terlihat sampai ratusan tahun setelah mereka meninggalkan Bengkulu.

Ibarat dua sisi yang bertentangan dari sistem kolonialisme yang telah menginjakan kakinya di Bengkulu. Inggris dengan semua optimisme untuk mengembangkan Bengkulu sebagai daerah koloni baru dengan kebijakan pendekatan kepada masyarakat penduduk asli. Sebaliknya, Belanda lebih pada memanfaatkan untuk mengeksploitasi Bengkulu untuk kepentingannya tanpa berkontribusi signifikan untuk masyarakat Bengkulu.

Oleh karena itu, tidaklah menjadi sesuatu yang berlebihan kalau masyarakat Bengkulu lebih melihat positif dari keberadaan Inggris di Bengkulu. Meskipun dalam perjalanannya tidak semua berlangsung dengan mulus dan lancar, tetapi secara umum berbagai kebijakan dan peninggalan yang tersisa dan masih bisa dilihat sampai saat ini telah membuktikan bahwa kontribusi Inggris membangun Bengkulu telah dirasakan oleh masyarakat Bengkulu.

Sejarah Bengkulu juga sering kali menjadi medan perdebatan, terutama dalam interpretasi peristiwa, tokoh pelaku terkait dengan perbedaan latar belakang kependudukan Inggris yang berbeda dengan daerah-daerah lain. Khusus untuk Bengkulu, kita melihat bahwa kependudukan Inggris selama sekitar 140 tahun telah mengubah kehidupan di Bengkulu dengan dinamikanya tersendiri bahkan sampai saat ini setelah 200 tahun Traktat London ditandatangani.

Paradoks sejarah Bengkulu menggarisbawahi subyektivitas dalam merekam sejarah dan bagaimana pemahaman tentang masa lalu menghadirkan kita dengan tantangan yang kompleks. Namun, melalui pemahaman yang mendalam tentang paradoks ini, kita dapat lebih baik memahami sifat manusia, memperbaiki kesalahan masa lalu, dan membentuk masa depan yang lebih baik.

Sejarah Bengkulu tidak hanya merupakan catatan peristiwa masa lalu, tetapi juga cermin bagi kita untuk merenungkan keputusan-keputusan kita saat ini dan membangun fondasi untuk masa depan yang lebih berkelanjutan dan adil. Segala tantangan yang menghadap di depan harus dihadapi dengan semangat dan optimis agar semua dapat dilalui dengan baik serta memberikan dampak yang positif untuk menorehkan sejarah baru di masa depan.


Terkini Lainnya

Pertimbangan Hakim Tipikor Kabulkan Eksepsi Gazalba Dinilai Mengada-ada

Pertimbangan Hakim Tipikor Kabulkan Eksepsi Gazalba Dinilai Mengada-ada

Nasional
Ceritakan Operasi Ambil Alih Saham Freeport, Jokowi: Sebentar Lagi 61 Persen

Ceritakan Operasi Ambil Alih Saham Freeport, Jokowi: Sebentar Lagi 61 Persen

Nasional
109.898 Jemaah Calon Haji RI Sudah Tiba di Saudi, 17 Orang Wafat

109.898 Jemaah Calon Haji RI Sudah Tiba di Saudi, 17 Orang Wafat

Nasional
Gaji Karyawan Dipotong untuk Tapera, Jokowi: Semua Sudah Dihitung...

Gaji Karyawan Dipotong untuk Tapera, Jokowi: Semua Sudah Dihitung...

Nasional
Jokowi Bakal Lihat Kemampuan Fiskal untuk Evaluasi Harga BBM pada Juni

Jokowi Bakal Lihat Kemampuan Fiskal untuk Evaluasi Harga BBM pada Juni

Nasional
Kemenag Rilis Aplikasi Kawal Haji, Sarana Berbagi Informasi Jemaah

Kemenag Rilis Aplikasi Kawal Haji, Sarana Berbagi Informasi Jemaah

Nasional
Rakernas PDI-P Banyak Kritik Pemerintah, Jokowi: Itu Internal Partai, Saya Tak Akan Komentar

Rakernas PDI-P Banyak Kritik Pemerintah, Jokowi: Itu Internal Partai, Saya Tak Akan Komentar

Nasional
Kemenag Imbau Jemaah Haji Jaga Pakaian, Perilaku, dan Patuhi Aturan Lokal Saudi

Kemenag Imbau Jemaah Haji Jaga Pakaian, Perilaku, dan Patuhi Aturan Lokal Saudi

Nasional
Polemik RUU Penyiaran, Komisi I DPR Minta Pemerintah Pertimbangkan Masukan Rakyat

Polemik RUU Penyiaran, Komisi I DPR Minta Pemerintah Pertimbangkan Masukan Rakyat

Nasional
Jadi Tuan Rumah Pertemuan Organisasi Petroleum ASEAN, Pertamina Dorong Kolaborasi untuk Ketahanan Energi

Jadi Tuan Rumah Pertemuan Organisasi Petroleum ASEAN, Pertamina Dorong Kolaborasi untuk Ketahanan Energi

Nasional
Di Hadapan Jokowi, Kapolri Pilih Umbar Senyum Saat Ditanya Dugaan Penguntitan Jampidsus

Di Hadapan Jokowi, Kapolri Pilih Umbar Senyum Saat Ditanya Dugaan Penguntitan Jampidsus

Nasional
Penerapan SPBE Setjen DPR Diakui, Sekjen Indra: DPR Sudah di Jalur Benar

Penerapan SPBE Setjen DPR Diakui, Sekjen Indra: DPR Sudah di Jalur Benar

Nasional
Soal Dugaan Jampidsus Dibuntuti Densus 88, Komisi III DPR Minta Kejagung dan Polri Duduk Bersama

Soal Dugaan Jampidsus Dibuntuti Densus 88, Komisi III DPR Minta Kejagung dan Polri Duduk Bersama

Nasional
Ketum PBNU Minta GP Ansor Belajar dari Jokowi

Ketum PBNU Minta GP Ansor Belajar dari Jokowi

Nasional
Momen Hakim Agung Gazalba Saleh Melenggang Bebas dari Rutan KPK

Momen Hakim Agung Gazalba Saleh Melenggang Bebas dari Rutan KPK

Nasional
komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com