Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Andang Subaharianto
Dosen

Antropolog, dosen di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember, Rektor UNTAG Banyuwangi, Sekjen PERTINASIA (Perkumpulan Perguruan Tinggi Nasionalis Indonesia)

Politik Bansos Vs Politik Akal Sehat

Kompas.com - 06/02/2024, 06:39 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

MENDEKATI Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024, beberapa hari terakhir ada dua arus politik yang menarik perhatian. Saya menyebut arus pertama “politik bansos (bantuan sosial)” dan arus kedua “politik akal sehat”.

Politik bansos merujuk pada kebijakan Presiden Joko Widodo (Jokowi) menggelontorkan dana bansos dengan nilai fantastis menjelang Pilpres 2024, yakni Rp 496 triliun.

Dikabarkan sejumlah media, jumlah dana bansos yang hendak digelontorkan itu lebih tinggi dibanding masa pandemi Covid-19 tahun 2021 (Rp 468,2 triliun) dan 2022 (Rp 460,6 triliun).

Saya menyebutnya politik bansos, karena beberapa hal. Pertama, konteks waktu. Bansos diberikan kepada rakyat yang menjadi kelompok sasaran bertepatan dengan waktu menjelang Pilpres 2024.

Tak ada yang salah dengan bansos. Apalagi bila alasan-alasan pemberian bansos masuk akal, misalnya melindungi ketahanan ekonomi rakyat kecil dari dampak pandemi.

Namun, tak masuk akal bila dilihat dari subjektif penerima. Bila penerima ditanya, mereka pasti sangat membutuhkan bansos dan senang dengan pemberian bansos yang diperpanjang waktunya.

Namun, pemberian bansos yang bersamaan dengan pilpres sulit menghindar dari tafsir politis atas pemberian tersebut. Konteks waktu menentukan pemaknaan. Bak bahasa, kapan kata-kata dituturkan berpengaruh terhadap makna.

Muncullah tafsir bahwa pemberian bansos bukan lagi untuk meringankan beban si penerima bansos. Bansos diberikan untuk kepentingan politik elektoral.

Sebagaimana kata Marcel Mauss, tak ada pemberian yang cuma-cuma, alias gratis. Segala bentuk pemberian selalu berharap pemberian kembali (imbalan).

Dalam konteks politik bansos, imbalan itu berupa dukungan politik elektoral. Boleh jadi memang tak ada bahasa verbal tentang permintaan dukungan politik elektoral. Namun, konteks waktu akan memberikan makna bansos semacam itu.

Kedua, konteks pelaku. Bansos dibagi-bagikan sendiri oleh Presiden Jokowi dan sejumlah menteri yang punya afiliasi politik kepada pasangan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 2, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka.

Justru menteri urusan bansos, Menteri Sosial Tri Rismaharini, politisi PDI-P, tak muncul. Terkesan urusan pembagian bansos yang sangat teknis benar-benar ditangani sendiri oleh Presiden Jokowi.

Kita tahu bahwa Gibran adalah putra sulung Jokowi. Konteks pelaku turut menentukan makna. Bak bahasa pula, siapa yang bicara turut membentuk makna.

Seorang presiden minta tolong kepada seorang menteri, misalnya, akan dimaknai perintah oleh sang menteri.

Ketika pelaku pemberian bansos itu adalah Jokowi sendiri, dan peristiwa tersebut diulang-ulang di berbagai tempat saat kunjungan ke daerah-daerah, lalu ”diulang-ulang” lagi dalam bentuk gambar hidup (video) di media sosial, makna yang tertanam di benak penerima bansos kurang lebih adalah ‘Jokowi merupakan presiden yang baik’.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gibran Beri Sinyal Kabinet Bakal Banyak Diisi Kalangan Profesional

Gibran Beri Sinyal Kabinet Bakal Banyak Diisi Kalangan Profesional

Nasional
Menag Bertolak ke Saudi, Cek Persiapan Akhir Layanan Jemaah Haji

Menag Bertolak ke Saudi, Cek Persiapan Akhir Layanan Jemaah Haji

Nasional
Ide 'Presidential Club' Prabowo: Disambut Hangat Jokowi dan SBY, Dipertanyakan oleh PDI-P

Ide "Presidential Club" Prabowo: Disambut Hangat Jokowi dan SBY, Dipertanyakan oleh PDI-P

Nasional
Ganjar Pilih Jadi Oposisi, PDI-P Dinilai Hampir Dipastikan Berada di Luar Pemerintahan Prabowo

Ganjar Pilih Jadi Oposisi, PDI-P Dinilai Hampir Dipastikan Berada di Luar Pemerintahan Prabowo

Nasional
Jemaah Haji Kedapatan Pakai Visa Non Haji, Kemenag Sebut 10 Tahun Tak Boleh Masuk Arab Saudi

Jemaah Haji Kedapatan Pakai Visa Non Haji, Kemenag Sebut 10 Tahun Tak Boleh Masuk Arab Saudi

Nasional
BNPB Tambah 2 Helikopter untuk Distribusi Logistik dan Evakuasi Korban Longsor di Sulsel

BNPB Tambah 2 Helikopter untuk Distribusi Logistik dan Evakuasi Korban Longsor di Sulsel

Nasional
Luhut Ingatkan soal Orang 'Toxic', Ketua Prabowo Mania: Bisa Saja yang Baru Masuk dan Merasa Paling Berjasa

Luhut Ingatkan soal Orang "Toxic", Ketua Prabowo Mania: Bisa Saja yang Baru Masuk dan Merasa Paling Berjasa

Nasional
Mahfud Kembali ke Kampus Seusai Pilpres, Ingin Luruskan Praktik Hukum yang Rusak

Mahfud Kembali ke Kampus Seusai Pilpres, Ingin Luruskan Praktik Hukum yang Rusak

Nasional
[POPULER NASIONAL] Eks Anak Buah SYL Beri Uang Tip untuk Paspampres | Ayah Gus Muhdlor Disebut dalam Sidang Korupsi

[POPULER NASIONAL] Eks Anak Buah SYL Beri Uang Tip untuk Paspampres | Ayah Gus Muhdlor Disebut dalam Sidang Korupsi

Nasional
Ganjar: Saya Anggota Partai, Tak Akan Berhenti Berpolitik

Ganjar: Saya Anggota Partai, Tak Akan Berhenti Berpolitik

Nasional
Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Nasional
Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Nasional
Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com