Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Andang Subaharianto
Dosen

Antropolog, dosen di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember, Rektor UNTAG Banyuwangi, Sekjen PERTINASIA (Perkumpulan Perguruan Tinggi Nasionalis Indonesia)

2024: Tahun "Vivere Pericoloso"

Kompas.com - 05/01/2024, 06:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Revolusi kita masih terus berjalan, dan bukan saja berjalan, tetapi harus bertumbuh, dalam arti pengluasan, bertumbuh dalam arti pemekaran konsepsi-konsepsi, sesuai dengan tuntutan zaman, sesuai dengan tuntutan Amanat Penderitaan Rakyat….” (Soekarno, 17/08/1964).

JUDUL esai yang saya tulis setelah beberapa hari menghirup udara awal 2024 ini terinspirasi oleh pidato Bung Karno pada 17 Agustus 1964. Pidato peringatan Hari Kemerdekaan RI ke-19 itu berjudul “Tahun Vivere Pericoloso”. Populer pula disebut “Tavip”, singkatan judul tersebut.

Saya kutip pula pernyataan di pidato tersebut untuk membuka esai ini. Saya hendak menarik benang merahnya, sekaligus merefleksikannya untuk membaca 2024.

Frasa “vivere pericoloso” (bahasa Italia) dapat diartikan ‘hidup penuh bahaya’ atau ‘hidup menyerempet bahaya’. Frasa tersebut digunakan oleh Bung Karno untuk menjelaskan suatu proses pada tahapan tertentu yang dilalui oleh negara Indonesia.

Bung Karno menegaskan bahwa proklamasi kemerdekaan Indonesia bukanlah kejadian konstitusional, melainkan tindakan revolusioner. Mau tak mau, Indonesia akan melewati proses atau fase “dalam bahaya”.

Pasalnya, menurut Bung Karno, tak pernah suatu kelas melepaskan kedudukannya yang berlebih dengan sukarela. Bahaya atau ancaman, bisa datang dari segala penjuru. Bisa dari dalam sendiri-bangsa sendiri, pun dari luar-bangsa lain.

Melalui pidato tersebut, Bung Karno meyakinkan bahwa Revolusi Indonesia mestilah terus bergerak ke depan. Tak boleh berhenti, atau dianggap selesai.

Revolusi Indonesia bukan sekadar mengusir Pemerintah Belanda, melainkan berproses lebih jauh lagi menuju dunia baru tanpa eksploitasi manusia oleh manusia (exploitation de l'homme par l'homme) dan ekspoitasi bangsa oleh bangsa (exploitation de nation par nation).

Secara sistematis dan utuh pandangan tersebut dikemukakan Bung Karno pada sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPK), 1 Juni 1945. Pandangan tersebut diberi nama Pancasila.

Namun, proses perwujudannya tentu saja tak akan mulus. Banyak rintangan, ancaman, yang membuat situasi dalam bahaya. Prosesnya akan pasang-naik dan pasang-surut. Kata Bung Karno, “Gelora samudera tidak berhenti, gelora samudera berjalan terus!"

Dan, sejarah Indonesia membuktikan. Pergulatan kepentingan dan kekuasaan sejak Indonesia merdeka membuahkan jatuh-bangun pemerintahan, bahkan pemberontakan bersenjata.

Dialektika antara idea politik dan realisme politik tak jarang berlangsung sengit, bahkan mengarah pada disintegrasi bangsa.

Secara normatif, konstruksi Indonesia memang telah ditetapkan oleh para pendiri bangsa. Penetapan itu melalui pergulatan intensif yang merefleksikan pengalaman dan pemahaman mendalam para pendiri bangsa tentang sejarah, apa yang sedang terjadi, dan apa yang diharapkan.

Maka, Indonesia ditetapkan bukan sebagai negara kekuasaan, bukan pula negara agama, melainkan negara hukum berdasarkan Pancasila.

Di atas dasar Pancasila itulah hukum disusun sebagai instrumen menjalankan kekuasaan. Melalui hukum yang berdasarkan Pancasila itulah Indonesia ditata, dibangun. Tentu saja prosesnya tak pernah berhenti. Maka, jelas dan tegas ke arah mana Indonesia harus berlayar.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 7 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 7 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Gunung Raung Erupsi, Ma'ruf Amin Imbau Warga Setempat Patuhi Petunjuk Tim Penyelamat

Gunung Raung Erupsi, Ma'ruf Amin Imbau Warga Setempat Patuhi Petunjuk Tim Penyelamat

Nasional
Cak Imin: Bansos Cepat Dirasakan Masyarakat, tapi Tak Memberdayakan

Cak Imin: Bansos Cepat Dirasakan Masyarakat, tapi Tak Memberdayakan

Nasional
Cak Imin: Percayalah, PKB kalau Berkuasa Tak Akan Lakukan Kriminalisasi...

Cak Imin: Percayalah, PKB kalau Berkuasa Tak Akan Lakukan Kriminalisasi...

Nasional
Gerindra Lirik Dedi Mulyadi untuk Maju Pilkada Jabar 2024

Gerindra Lirik Dedi Mulyadi untuk Maju Pilkada Jabar 2024

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati soal Susunan Kabinet, Masinton: Cuma Gimik

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati soal Susunan Kabinet, Masinton: Cuma Gimik

Nasional
Kementerian KP Perkuat Standar Kompetensi Pengelolaan Sidat dan Arwana

Kementerian KP Perkuat Standar Kompetensi Pengelolaan Sidat dan Arwana

Nasional
Bupati Sidoarjo Berulang Kali Terjerat Korupsi, Cak Imin Peringatkan Calon Kepala Daerah Tak Main-main

Bupati Sidoarjo Berulang Kali Terjerat Korupsi, Cak Imin Peringatkan Calon Kepala Daerah Tak Main-main

Nasional
Wapres Ajak Masyarakat Tetap Dukung Timnas U-23 demi Lolos Olimpiade

Wapres Ajak Masyarakat Tetap Dukung Timnas U-23 demi Lolos Olimpiade

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati terkait Susunan Kabinet

Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati terkait Susunan Kabinet

Nasional
Soal Dukungan PKB untuk Khofifah, Cak Imin: Kalau Daftar, Kita Sambut

Soal Dukungan PKB untuk Khofifah, Cak Imin: Kalau Daftar, Kita Sambut

Nasional
Jubir Sebut Luhut Hanya Beri Saran ke Prabowo soal Jangan Bawa Orang 'Toxic'

Jubir Sebut Luhut Hanya Beri Saran ke Prabowo soal Jangan Bawa Orang "Toxic"

Nasional
Muslimat NU Kirim Bantuan Kemanusiaan Rp 2 Miliar ke Palestina

Muslimat NU Kirim Bantuan Kemanusiaan Rp 2 Miliar ke Palestina

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang 'Toxic', Projo: Nasihat Bagus

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang "Toxic", Projo: Nasihat Bagus

Nasional
Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com