JAKARTA, KOMPAS.com - Kata “slepet” berulang kali diucapkan oleh calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 1, Muhaimin Iskandar, dalam debat perdana cawapres yang digelar Komisi Pemilihan Umum (KPU) di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Jumat (22/12/2023) malam.
Dalam debat tersebut, Cak Imin, demikian sapaan akrab Muhaimin, adu gagasan dengan cawapres nomor urut 2, Gibran Rakabuming Raka, dan cawapres nomor urut 3, Mahfud MD.
Ketiganya bertarung ide dengan tema keuangan, pajak dan tata kelola APBN-APBD, investasi, perdagangan, serta infrastruktur dan perkotaan.
Sedikitnya, 15 kali Muhaimin mengucapkan kata “slepet” selama debat yang berdurasi 120 menit tersebut.
Mula-mula, Muhaimin menyinggung kata "slepet" ketika memaparkan visi-misi yang ia bawa bersama calon presiden (capres) Anies Baswedan. Disebutkan oleh Muhaimin bahwa "slepet" merupakan gerakan menyabetkan sarung yang umum di kalangan santri.
Baca juga: Cak Imin Slepet-slepet Sarung Saat Paparkan Visi Misi di Debat Cawapres
“Slepet itu seperti sarung yang saya bawa ini,” kata Imin sambil mempraktikkan gerakan seperti menyabet menggunakan sarung yang semula melingkar di lehernya.
“(Slepet) di kalangan santri bisa membangunkan yang tidur, menggerakkan yang loyo, dan sekaligus mengingatkan yang lalai,” katanya.
Imin bilang, jika terpilih sebagai Presiden dan Wakil Presiden selanjutnya, Anies dan dirinya bakal “menyelepet” berbagai ketidakadilan yang ada di Indonesia.
“Inilah yang disebut sebagai slepet, menjadi bagian dari kewenangan untuk menghadirkan kemakmuran dan keadilan,” ujarnya.
Imin mengatakan, dirinya dan Anies ingin mewujudkan perubahan dan perbaikan. Menurutnya, "slepet" merupakan sebuah disrupsi, dan disrupsi sendiri merupakan awal dari sebuah perubahan.
“Bayangkan 100 orang Indonesia kekayaanya di atas 100 juta jumlah penduduk Indonesia, artinya ini keadaan yang tidak adil ini harus kita slepet,” katanya.
“Kita juga harus punya keyakinan bahwa 100 orang yang kaya ini kita pajakin, bersamaan dengan kita turunkan pajak kelas menengah di Indonesia,” tutur Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) tersebut.
Baca juga: Prabowo Beri Nilai 9,9 Buat Performa Gibran dalam Debat Cawapres
Muhaimin juga memakai kata "slepet" ketika menyinggung soal tingginya harga bahan pokok dan kecilnya penghasilan penduduk yang bekerja di sektor informal.
“Hari ini, cabai mahal, telur mahal, beras mahal, barang-barang mahal, tengkulak jahat, mafia menguasai dan merajalela di mana-mana, padahal rakyat sudah kerja, kerja, kerja. Ini harus kita slepet,” ujarnya.
“Angka pengangguran sudah 8 juta. 80 juta memang bekerja, tapi di sektor informal, mereka tidak mendapatkan penghasilan yang pasti dan bahkan dompetnya dipastikan tipis. Ini yang harus kita slepet,” lanjut Imin.