JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Kepala Staf TNI AU (Wakasau) Marsekal Madya A Gustaf Brugman mengakui sulitnya proses evakuasi puing-puing pesawat EMB-314 Super Tucano yang jatuh di lereng Bromo, daerah Keduwung, Puspo, Pasuruan.
Gustaf bahkan telah menghubungi Kepala Dinas Logistik (Kadislog) Lanud Abdulrachman Saleh terkait proses evakuasi tersebut.
“Kemungkinan (proses evakuasi) selesai kurang lebih sebulan baru bisa. Nah ini kan penyelidikan, itu memerlukan bukti, jadi salah satunya itu (puing pesawat). Jadi memang cukup susah evakuasinya, cukup curam,” kata Gustaf usai apel komandan satuan (dansat) TNI AU 2023 di Gedung Puri Ardhya Garini, Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Kamis (23/11/2023).
Baca juga: Soal Kecelakaan 2 Pesawat TNI AU, Panglima: Kami Sedang Evaluasi
Oleh karena itu, ia mengatakan, dalam prosesnya nanti puing-puing pesawat akan dipotong sebelum dievakuasi.
“Tapi memang seminggu ini baru dapat (puing) yang sudah hancur lebur itu. Nanti yang pesawat itu terpaksa harus dipotong-potong,” ujar Gustaf.
Gustaf mengatakan, tim investigasi juga sedang mencari bukti lain, selain data rekaman penerbangan.
“Kemarin dari radar misalnya, dari tangkapan radar Surabaya, mudah-mudahan segera terungkap ya,” kata Gustaf.
Wakasau juga mengatakan, belum ada target jadwal selesai terkait investigasi jatuhnya dua pesawat Super Tucano tersebut.
Baca juga: Soal Penyebab Jatuhnya Pesawat Super Tucano, KSAU: Dalam Penyidikan, Tunggu Hasilnya
Sebelumnya, data rekaman penerbangan terkait jatuhnya pesawat TNI AU EMB-314 Super Tucano sudah dikirim ke produsen pesawat tersebut, yakni Embraer asal Brasil, untuk diinvestigasi.
Kepala Dinas Penerangan TNI AU (Kadispenau) Marsekal Pertama R Agung Sasongkojati mengatakan, data penerbangan yang dikirim adalah Voice and Data Recorder (DAVR) dan Net Centric Data Cartridge (NCDC) yang telah berhasil diamankan sebelumnya.
“DAVR merupakan sistem yang menyimpan video, suara, dan data performance serta mesin pesawat yang akan dikirim ke pihak produsen di luar negeri, untuk pinjam alat pembaca data,” kata Agung dalam keterangan tertulisnya, dikutip pada Selasa (21/11/2023).
Sementara itu, NCDC adalah sistem yang menyimpan suara, video, dan tampilan navigasi penerbangan yang juga sedang didalami datanya.
Baca juga: Investigasi Jatuhnya Pesawat TNI AU di Pasuruan, Data Penerbangan Dikirim ke Produsen di Brasil
Diketahui, dua pesawat tempur ringan milik TNI AU EMB-314 Super Tucano mengalami kecelakaan saat latihan terbang formasi dan jatuh di lereng Gunung Bromo, daerah Keduwung, Puspo, Pasuruan pada 16 November 2023.
Dua pesawat tersebut berasal dari Skadron Udara 21 Lanud Abdulrachman Saleh, Malang dan memiliki nomor ekor TT-3103 dan TT-3111.
Pesawat nomor ekor TT-3111 ditumpangi Kolonel (Anumerta) Sandhra Gunawan sebagai pilot atau frontseater dan Marsma (Anumerta) Widiono di kursi belakang atau backseater.
Sementara itu, pesawat kedua dengan tail number TT-3103 dengan pilot Letkol (Anumerta) Yuda A Seta di kursi depan dan Marsma (Anumerta) Subhan di kursi belakang.
Keempatnya gugur dan telah dilepas melalui penghormatan secara militer dari hanggar Skadron 21 Lanud Abdulrachman Saleh pada 17 November 2023.
Baca juga: TNI Bantah Rotasi Danlanud Abdulrachman Saleh Terkait Jatuhnya 2 Pesawat Super Tucano di Pasuruan
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.