Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Heryadi Silvianto
Dosen FIKOM UMN

Pengajar di FIKOM Universitas Multimedia Nusantara (UMN) dan praktisi kehumasan.

Revolusi Kampanye Politik: Transformasi dari Konvensional ke Eksponensial

Kompas.com - 23/10/2023, 14:57 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

KAMPANYE politik di Indonesia telah mengalami perubahan drastis dalam beberapa dekade terakhir. Berubah dari metode konvensional yang lebih tradisional menjadi kampanye digital yang eksponensial dan inklusif.

Perubahan ini seiring perkembangan teknologi dan perubahan perilaku pemilih dan telah membawa dampak signifikan dalam politik Indonesia.

Analisis yang dilakukan oleh Litbang Kompas terhadap iklan politik di media sosial meta ads selama April hingga Mei 2023, mengungkapkan informasi menarik tentang belanja iklan oleh tokoh politik dan partai politik di Indonesia.

Dalam rentang waktu dua bulan tersebut, total biaya iklan politik di media sosial mencapai Rp 7,44 miliar. Iklan yang diarahkan kepada tokoh politik mencapai Rp 2,59 miliar, sementara iklan atas nama partai politik mencapai Rp 4,84 miliar.

Prabowo Subianto menduduki posisi tertinggi dalam belanja iklan. Menghabiskan sejumlah besar dana, yaitu Rp 1,85 miliar selama tiga bulan tersebut.

Perbedaan nominal ini sangat signifikan jika dibandingkan dengan kandidat lainnya, seperti Ganjar Pranowo yang menghabiskan Rp 409,3 juta dalam periode yang sama.

Partai Golkar muncul sebagai salah satu pemain dominan dalam belanja iklan politik di media sosial. Partai ini mengeluarkan dana sebesar Rp 3,75 miliar untuk iklan politik, yang sebagian besar dibiayai oleh Yayasan Golkar Institute.

Selama tiga bulan, akun Facebook Golkar 2024 dan Instagram @golkar.2024 menghabiskan Rp 2,8 miliar untuk iklan politik dan menayangkan sebanyak 2.378 konten iklan.

Transformasi dan revolusi kampanye politik

Pertama-tama, perubahan dari kampanye konvensional ke digital telah membuka pintu bagi kandidat dan partai politik untuk mencapai pemilih dengan cara yang lebih efisien dan luas.

Dulu, kampanye mungkin terbatas pada pertemuan langsung di titik-titik tertentu. Sekarang, melalui media sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram dan tiktok, kampanye dapat mencapai pemilih dalam teritorial yang massif dan tersegmentasi tanpa harus melakukan perjalanan fisik.

Konten viral di media sosial bahkan dapat membuat pesan kampanye mencapai jutaan pemilih dalam hitungan jam.

Selain itu, perubahan dari pendekatan linier ke eksponensial dalam kampanye politik telah memungkinkan kandidat dan partai untuk memaksimalkan dampak kampanye mereka.

Dulu, pertemuan satu-satu di titik tertentu adalah cara yang umum untuk berinteraksi dengan pemilih. Sekarang, kampanye digital memungkinkan pesan untuk disampaikan secara bersamaan kepada banyak pemilih dengan efek yang jauh lebih besar.

Perubahan dari komunikasi satu arah ke dua arah juga telah memperkaya interaksi antara pemilih dan kandidat.

Melalui media sosial dan platform digital, pemilih dapat memberikan umpan balik, mengajukan pertanyaan, dan berpartisipasi aktif dalam diskusi politik.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

Nasional
Prabowo Dinilai Bisa Bentuk 'Presidential Club', Tantangannya Ada di Megawati

Prabowo Dinilai Bisa Bentuk "Presidential Club", Tantangannya Ada di Megawati

Nasional
Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Nasional
Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk 'Presidential Club' | PDI-P Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo'

[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk "Presidential Club" | PDI-P Sebut Jokowi Kader "Mbalelo"

Nasional
Kualitas Menteri Syahrul...

Kualitas Menteri Syahrul...

Nasional
Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang 'Toxic' ke Pemerintahan

Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang "Toxic" ke Pemerintahan

Nasional
Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Nasional
Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Nasional
Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Nasional
Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Nasional
Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Nasional
Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com