Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berpaling dari Ganjar, PSI Dinilai Ingin Main Pragmatis

Kompas.com - 23/08/2023, 13:20 WIB
Ardito Ramadhan,
Dani Prabowo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion Dedi Kurnia Syah menilai, sikap Partai Solidaritas Indonesia (PSI) yang mengalihkan dukungan dari Ganjar Pranowo ke Prabowo Subianto, merupakan sebuah bentuk pragmatisme politik.

Menurutnya, saat ini banyak parpol yang mulai mengalihkan dukungan ke bakal calon presiden (bacapres) yang diusung Partai Gerindra itu lantaran dianggap punya peluang menang lebih besar di Pemilihan Presiden 2024.

"Prabowo dengan dukungan Presiden Jokowi menarik perhatian partai dan elite PDI-P sendiri. Situasi ini membuat peluang kemenangan Prabowo meningkat, hal itu pula yang membuat Ganjar semakin tersudut sendirian," kata Dedi saat dihubungi Kompas.com, Rabu (23/8/2023).

Baca juga: PSI Sebut Bisa Tetap Dukung Ganjar, meskipun...

Dedi mengatakan, partai politik tentu akan mengambil sikap pragmatis karena tidak mau terjebak dalam transaksi kekuasaan.

Selain PSI yang batal mendukung Ganjar, Partai Golkar dan Partai Amanat Nasional (PAN) yang sempat dekat dengan PDI-P pun akhirnya menjatuhkan dukungan kepada Prabowo.

Bahkan, kata Dedi, bukan tidak mungkin pula Partai Persatuan Pembangunan (PPP) bakal meninggalkan koalisi PDI-P jika tidak mendapat posisi calon wakil presiden.

"Sepanjang belum ada pendaftaran di KPU, semua koalisi yang ada masih mungkin saling berganti kelompok, di kubu Prabowo sekalipun ada PKB yang punya peluang keluar dari Gerindra," ujar Dedi.

Baca juga: Di Acara Kopdarnas PSI, Gibran: Jangan Salah, PDI-P Juga Punya Kader Muda Bagus

Diberitakan sebelumnya, dalam acara Kopi Darat Nasional (Kopdarnas) pada Selasa (22/8/2023) malam, PSI memutuskan untuk batal mendukung Ganjar Pranowo.

PSI sebelumnya sudah memutuskan untuk mendukung pasangan Ganjar Pranowo-Yenny Wahid sebagai calon presiden dan wakil presiden dalam acara Rembuk Rakyat pada Oktober 2022 lalu.

"Banyak yang bertanya, arah PSI ini akan ke mana? Apakah kita akan kembali dengan opsi hasil Rembuk Rakyat? Apakah kita akan semakin mesra dengan yang baru? Atau kita akan memilih opsi ketiga: tetap melajang alias jomblo? Kalian pilih yang mana?" tanya Wakil Ketua Dewan Pembina PSI Grace Natalie dalam sambutannya, Selasa malam.

Para kader PSI tampak menjawab "jomblo" ketika ditanyai oleh Grace.

Baca juga: PSI Cabut Dukungan untuk Ganjar, Sekjen PDI-P: Kami Hormati Keputusan Itu

Grance lantas menjelaskan bahwa 38 dewan pimpinan wilayah (DPW) PSI se-Indonesia sudah bermusyawarah mengenai arah dukungan politik PSI.

Hasilnya, mereka meminta kepada pengurus pusat partai untuk kembali menyerap aspirasi dan keinginan rakyat terkai siapa yang akan didukung untuk menjadi calon presiden.

"Pertama, meminta kepada DPP PSI untuk kembali menyerap aspirasi dan keinginan rakyat terkait bacapres yang memiliki komitmen kerakyatan dan melanjutkan visi misi pembangunan Pak Jokowi," kata Grace.

"Kami meminta kepada DPP untuk 'ojo kesusu' dan terus mencermati dinamika politik yang berkembang, termasuk komitmen tegak lurus kepada Pak Jokowi agar dipegang teguh dalam keputusan yang menyangkut masa depan bangsa," ujarnya lagi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com