Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
M. Ikhsan Tualeka
Pegiat Perubahan Sosial

Direktur Indonesian Society Network (ISN), sebelumnya adalah Koordinator Moluccas Democratization Watch (MDW) yang didirikan tahun 2006, kemudian aktif di BPP HIPMI (2011-2014), Chairman Empower Youth Indonesia (sejak 2017), Direktur Maluku Crisis Center (sejak 2018), Founder IndoEast Network (2019), Anggota Dewan Pakar Gerakan Ekonomi Kreatif Nasional (sejak 2019) dan Executive Committee National Olympic Academy (NOA) of Indonesia (sejak 2023). Alumni FISIP Universitas Wijaya Kusuma Surabaya (2006), IVLP Amerika Serikat (2009) dan Political Communication Paramadina Graduate School (2016) berkat scholarship finalis ‘The Next Leaders’ di Metro TV (2009). Saat ini sedang menyelesaikan studi Kajian Ketahanan Nasional (Riset) Universitas Indonesia, juga aktif mengisi berbagai kegiatan seminar dan diskusi. Dapat dihubungi melalui email: ikhsan_tualeka@yahoo.com - Instagram: @ikhsan_tualeka

Inklusif Cegah Indonesia Jadi Negara Gagal

Kompas.com - 07/08/2023, 12:59 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

JELANG peringatan 78 tahun proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, sejatinya ada banyak tuntutan maupun gugatan yang dapat diajukan dalam melihat realitas berbangsa dan bernegara hari ini.

Apa yang belakangan ini mengemuka di berbagai daerah, terutama di kawasan timur Indonesia menunjukan adanya kekecewaan politik yang mesti dikelola dengan lebih arif dan responsif.

Perspektif berkebangsaan di setiap kepala generasi hari ini mesti dapat disikapi dengan proporsional dan objektif. Karena semua yang terjadi tidak dengan serta-merta, namun lahir dan tumbuh dari berbagai anomali serta ketimpangan yang terus terjadi.

Sehingga memaksa situasi seolah-olah ada pada posisi normal atau on the right track, apalagi dengan cara menindas, menggunakan kekerasan, dipenuhi praktik ketidakadilan dan diskriminasi serta minus kepekaan sosial, harus segera dihentikan.

Formula baru harus dirumuskan dengan memahami situasi politik terkini, seperti gerakan perlawanan politik bersenjata di Papua, maupun ekspresi kekecewaan politik dari sejumlah daerah. Semua harus bisa dibaca sebagai interupsi level tinggi.

Pasti ada yang kurang tepat dalam pengelolaan negara selama dan sejauh ini. Kesempatan emas sejak pascaproklamasi, hingga tiba pada fase seperempat abad terakhir jelang satu abad, faktanya belum dimanfaatkan secara baik dan optimal.

Ini tentu bukan satu kondisi yang menguntungkan dan jauh dari harapan dan cita-cita funding fathers atau para pendiri bangsa. Tentu dalam menyikapinya perlu terobosan dan upaya ekstra.

Itu sebabnya, untuk memastikan serta menjamin adanya distribusi keadilan dan memastikan integrasi atau persatuan nasional dalam rentang waktu yang panjang, maka negara harus inklusif.

Yakni menempatkan negara ke dalam cara pandang orang atau kelompok (lain) yang berbeda dalam melihat dunia atau satu realitas. Negara mesti berusaha menggunakan sudut pandang orang atau kelompok lain dalam memahami masalah kekinian.

Itu artinya, cara pandang atau perspektif yang sejauh ini mewakili aspirasi politik dan kepentingan ekonomi masyarakat (daerah) yang sejauh ini cenderung termarjinalkan atau merasa diperlakukan kurang adil, harus ditanggapi dengan sikap inklusif oleh negara.

Perspektif dikemukakan di atas meminjam Daron Acemoglu dan James Robinson yang diungkap dalam buku berjudul Why Nations Fail: The Origins of Power, Prosperity, and Poverty (2012).

Menurut mereka, kegagalan bangsa menjadi maju dan berkembang karena absennya sistem ekonomi-politik yang inklusif. Tanpa inklusivisme, mustahil bangsa beradaptasi, berinovasi menuju masyarakat yang egaliter.

Dengan demikian, negara dan pemerintah harus lebih cermat membaca situasi dan keinginan ekonomi-politik yang berkembang di masyarakat, tidak saja akibat perubahan global, namun juga terkait dengan akumulasi dari kegagalan negara selama ini.

Responsif melalui atau dengan cara yang lebih inklusif akan dapat mencegah reaksi publik yang kecewa menjadi berlebihan, hingga destruktif atau berujung pada konflik, vertikal maupun horisontal.

Sekalipun dalam konteks ini, yaitu inklusif dengan memahami kepentingan dan kebutuhan daerah terutama di kawasan timur yang tertinggal memang sulit teraktualisasi atau dirumuskan dalam keadaan negara dipasung oleh oligarki.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Demokrat Tak Keberatan PKS Gabung Pemerintahan ke Depan, Serahkan Keputusan ke Prabowo

Demokrat Tak Keberatan PKS Gabung Pemerintahan ke Depan, Serahkan Keputusan ke Prabowo

Nasional
Polri Tangkap 28.861 Tersangka Kasus Narkoba, 5.049 di Antaranya Direhabilitasi

Polri Tangkap 28.861 Tersangka Kasus Narkoba, 5.049 di Antaranya Direhabilitasi

Nasional
Soal Kekerasan di STIP, Menko Muhadjir: Itu Tanggung Jawab Institusi

Soal Kekerasan di STIP, Menko Muhadjir: Itu Tanggung Jawab Institusi

Nasional
Pertamina Goes To Campus 2024 Dibuka, Lokasi Pertama di ITB

Pertamina Goes To Campus 2024 Dibuka, Lokasi Pertama di ITB

Nasional
Demokrat Sudah Beri Rekomendasi Khofifah-Emil Dardak Maju Pilkada Jawa Timur

Demokrat Sudah Beri Rekomendasi Khofifah-Emil Dardak Maju Pilkada Jawa Timur

Nasional
14 Negara Disebut Akan Ambil Bagian dalam Super Garuda Shield 2024

14 Negara Disebut Akan Ambil Bagian dalam Super Garuda Shield 2024

Nasional
Khofifah Ingin Duet dengan Emil Dardak, Gerindra: Kami Akan Komunikasi dengan Partai KIM

Khofifah Ingin Duet dengan Emil Dardak, Gerindra: Kami Akan Komunikasi dengan Partai KIM

Nasional
Wamenkeu Sebut Pemilu 2024 Berkontribusi Besar Dorong Pertumbuhan Ekonomi

Wamenkeu Sebut Pemilu 2024 Berkontribusi Besar Dorong Pertumbuhan Ekonomi

Nasional
Mensos Risma Janjikan 3 Hal kepada Warga Kabupaten Sumba Timur

Mensos Risma Janjikan 3 Hal kepada Warga Kabupaten Sumba Timur

Nasional
SYL Renovasi Rumah Pribadi, tapi Laporannya Rumah Dinas Menteri

SYL Renovasi Rumah Pribadi, tapi Laporannya Rumah Dinas Menteri

Nasional
Jaksa KPK Sebut Nilai Total Gratifikasi dan TPPU Gazalba Saleh Capai Rp 62,8 M

Jaksa KPK Sebut Nilai Total Gratifikasi dan TPPU Gazalba Saleh Capai Rp 62,8 M

Nasional
Ratas Evaluasi Mudik, Jokowi Minta 'Rest Area' Diperbanyak

Ratas Evaluasi Mudik, Jokowi Minta "Rest Area" Diperbanyak

Nasional
Dugaan TPPU Hakim Gazalba Saleh: Beli Alphard, Kredit Rumah Bareng Wadir RSUD di Jakarta

Dugaan TPPU Hakim Gazalba Saleh: Beli Alphard, Kredit Rumah Bareng Wadir RSUD di Jakarta

Nasional
Anggota Bawaslu Intan Jaya Mengaku Disandera KKB Jelang Pemilu, Tebus Ratusan Juta Rupiah agar Bebas

Anggota Bawaslu Intan Jaya Mengaku Disandera KKB Jelang Pemilu, Tebus Ratusan Juta Rupiah agar Bebas

Nasional
Dalam Sidang MK, KPU Ungkap Kontak Senjata TNI-OPM Jelang Hitung Suara, Satu Warga Sipil Tewas

Dalam Sidang MK, KPU Ungkap Kontak Senjata TNI-OPM Jelang Hitung Suara, Satu Warga Sipil Tewas

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com