KETEGANGAN yang meningkat di Selat Taiwan dalam beberapa pekan terakhir, sebagai pusat dinamika geopolitik yang kompleks, memiliki implikasi potensial dan menjadi sorotan dunia internasional.
Untuk memahami dinamika ini, diperlukan penilaian komprehensif mengenai sejarah, geopolitik, dan hubungan lintas-Selat.
Mengingat hal ini, kemungkinan peran Indonesia, dengan posisi geografisnya yang strategis dan pengaruhnya yang signifikan di ASEAN, terutama sebagai ketua pada 2023, harus dipertimbangkan.
Posisi geopolitik Indonesia, ditambah posisinya yang berpengaruh di ASEAN dan diaspora Indonesia yang cukup besar di Taiwan, memberikan potensi unik untuk menjadi penengah yang efektif dalam isu-isu berkaitan Selat Taiwan.
Keanekaragaman budaya Indonesia, komitmen yang teguh terhadap perdamaian dan stabilitas regional menggarisbawahi potensi ini.
Strategi efektif untuk menenangkan wilayah Selat Taiwan haruslah memperhatikan dinamika yang kompleks di wilayah tersebut.
Pendekatan semacam itu harus bertujuan menghindari konflik militer, membina hubungan politik yang kuat, dan meningkatkan saling ketergantungan ekonomi.
Inti dari strategi ini terletak pada kekuatan dialog. Selat Taiwan mewujudkan jaringan kepentingan geopolitik yang kusut antara Amerika Serikat, Tiongkok, dan Taiwan.
Dalam konteks ini, dialog muncul sebagai alat yang sangat penting – bukan sebagai pengesahan terhadap salah satu posisi, tetapi sebagai sarana untuk memahami dan mengakui perspektif semua pihak yang terlibat. Dialog ini dapat menjadi dasar untuk resolusi damai dalam suasana konstruktif.
Pada saat sama, sangat penting untuk membina hubungan ekonomi yang kuat untuk memperkuat rasa saling ketergantungan.
Hubungan ekonomi yang terjalin dapat menjadi pencegah konflik yang ampuh, karena potensi konsekuensi ekonomi dari tindakan militer dapat mencegah pihak-pihak yang terlibat untuk memicu konflik.
Misalnya, meningkatkan dukungan ekonomi untuk Taiwan dapat berfungsi sebagai balasan damai terhadap ketegasan yang dirasakan dari Beijing sekaligus memperkuat prinsip-prinsip demokrasi.
Pendekatan multi-segi sangat penting, menggabungkan dukungan ekonomi strategis dan postur pertahanan yang seimbang.
Memperkuat hubungan ekonomi dengan Taiwan dapat membantu mengimbangi dampak tekanan ekonomi. Mitra global dapat meningkatkan hubungan perdagangan mereka dengan Taiwan, mengurangi ketergantungan ekonomi Taiwan pada Tiongkok.
Dinamika yang saling menguntungkan ini dapat menumbuhkan ekonomi Taiwan yang tangguh dan beragam.
Meskipun postur pertahanan yang tepat sangat penting bagi kawasan ini, postur pertahanan yang tepat tidak harus menandakan permusuhan.
Sekutu dapat membantu Taiwan dalam meningkatkan kemampuan pertahanannya tanpa memprovokasi Tiongkok.
Komitmen ini dapat digarisbawahi melalui latihan multinasional yang menekankan pentingnya kebebasan navigasi dan penerbangan lintas batas, dengan tujuan mencegah dan bukan untuk memprovokasi.
Komunitas internasional berbagi tanggung jawab untuk mengatasi masalah-masalah terkait Selat Taiwan.
Pendekatan yang terkonsolidasi mengirimkan pesan yang jelas: tindakan agresif tidak akan ditoleransi, dan nilai-nilai demokrasi serta hak asasi manusia harus dihormati.
Kepatuhan terhadap hukum internasional dan resolusi di lembaga-lembaga multilateral dapat memberikan kontribusi signifikan dalam menjaga perdamaian.
Indonesia, sebagai negara dengan perekonomian terbesar di Asia Tenggara, memiliki perspektif berharga terkait situasi di Selat Taiwan.