JAKARTA, KOMPAS.com - Kemunculan kasus infeksi penyakit antraks di Kelurahan Candirejo, Kapanewon Semono, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), menjadi perhatian masyarakat.
Penyebabnya adalah penyakit yang biasa menjangkiti ternak sapi itu berpotensi menular jika hewan yang terinfeksi dikonsumsi oleh manusia.
Menurut Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul, satu orang dilaporkan meninggal dunia akibat infeksi antraks.
Kasus infeksi itu bermula setelah penduduk menyembelih dan mengonsumsi ternak sapi yang mati karena antraks.
Baca juga: Mematikan, Kemenkes Ungkap Antraks Bisa Jadi Senjata Biologis
Warga yang meninggal usai mengonsumsi sapi itu kemudian dibawa ke RSUP Sardjito pada Sabtu (1/4/2023). Kemudian pihak Dinkes Gunungkidul baru menerima laporan warga meninggal itu pada Senin (4/7/2023).
Dari hasil penelusuran Dinkes Gunungkidul dan Satgas One Health dari Kapanewon Semanu, terdapat 125 orang yang melakukan kontak langsung dengan hewan ternak yang mati karena antraks.
Setelah dilakukan pemeriksaan, sekitar 85 orang dinyatakan positif antraks. Dari jumlah itu, sebanyak 18 orang yang bergejala mulai dari luka, diare, hingga pusing.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengimbau masyarakat buat mengonsumsi hewan sehat dan terjamin.
Baca juga: Dinkes DKI Pastikan Belum Ada Kasus Antraks di Jakarta
Konsumsi produk hewan dari hewan yang sehat dan dipotong di Rumah Potong Hewan (RPH) setempat," kata Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi, saat dihubungi Kompas.com, Jumat (7/7/2023).
Sedangkan jika sudah terinfeksi karena memakan daging sapi, kambing, atau daging lainnya dengan antraks, segeralah ke pusat pelayanan kesehatan terdekat. Nantinya, tenaga medis akan memberikan antibiotik kepada pasien.
"Jika sudah terinfeksi diberikan antibiotik dan supportif terapi lainnya di fasyankes, Puskesmas dan RS," tutur Nadia.
Lebih lanjut, Nadia menyampaikan, terdapat beberapa daerah yang melaporkan kasus antraks dalam tiga tahun terakhir.
Wilayah tersebut yaitu Provinsi Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, Gorontalo, Sulawesi Selatan dan NTT.
Baca juga: Epidemiolog: Diagnosis Cepat Mampu Kurangi Fatalitas Antraks
Khusus di provinsi DIY, ada beberapa kabupaten yang juga melaporkan kasus serupa.
"Di Provinsi DIY, kabupaten yang pernah melaporkan kasus antraks yaitu Kabupaten Gunung Kidul, Sleman, dan Kulon Progo," ucap Nadia.