Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wapres Bangga pada Pelajar Indonesia di Luar Negeri yang Pulang Mengabdi ke Tanah Air

Kompas.com - 26/05/2023, 14:05 WIB
Ardito Ramadhan,
Novianti Setuningsih

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Presiden (Wapres) Ma'ruf Amin mengaku bangga dengan pelajar dan mahasiswa Indonesia yang memilih pulang dan mengabdi di Tanah Air setelah mengenyam pendidikan di luar negeri.

Menurut Ma'ruf, ilmu dan pengalaman yang didapatkan di luar negeri dapat menjadi bekal untuk memajukan bangsa Indonesia ke depannya.

"Pengalaman mereka, ilmu yang mereka peroleh itu supaya menjadi bekal untuk ikut memajukan bangsa Indonesia. Saya bangga karena mereka pulang ke Indonesia, kembali ke Indonesia untuk mengabdi di Indonesia," kata Ma'ruf Amin usai membuka Sarasehan Alumni Connect PPI Dunia di Jakarta, Jumat (26/5/2023).

Ma'ruf lantas berpesan kepada alumni Perhimpunan Pelajar Indonesia Dunia (PPID) untuk membimbing "adik-adiknya" yang masih belajar di luar negeri agar mau pulang ke Tanah Air.

Baca juga: Wapres Sebut Baru 6 Persen Warga Indonesia Mengenyam Pendidikan Tinggi

Ma'ruf mengatakan, sumber daya manusia (SDM) yang memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi mesti disiapkan untuk memanfaatkan kekayaan sumber daya alam (SDA) yang dimiliki Indonesia, baik di sektor ekonomi, pertanian, maupun industri.

"Karena itu, saya berharap kontribusi kalian dengan pengalaman yang kalian miliki untuk Indonesia yang lebih baik dan lebih maju," ujarnya.

Dalam kesempatan tersebut, Ma'ruf Amin juga menyampaikan bahwa jumlah warga Indonesia yang mengenyam pendidikan tinggi masih sedikit. Hal itu merujuk data Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Ditjen Dukcapil).

"Jumlah yang memperoleh pendidikan tinggi itu baru sekitar 6 persen dari penduduk Indonesia yang 275 (juta)," kata Ma'ruf Amin.

Baca juga: PPI Dunia Serahkan Naskah Akademik untuk Dukung Pengesahan RUU TPKS

Ma'ruf mengungkapkan, data Ditjen Dukcapil menunjukkan, hanya sekitar 0,02 persen warga Indonesia yang mengenyam pendidikan hingga S-3.

Sedangkan warga Indonesia yang berpendidikan S-2 ada sekitar 0,3 persen, dan tidak sampai 5 persen warga negara yang berpendidikan S-1.

Padahal, kata Ma'ruf Amin, pendidikan tinggi sangat penting karena dapat menjadi katalis pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja, dan mobilitas sosial.

Selain itu, Indonesia juga membutuhkan ahli-ahli di berbagai bidang untuk mewujudkan cita-cita menjadi negara maju dan mengatasi beragam krisis.

"Untuk itu, saya meminta seluruh pemangku kepentingan dapat bekerja sama agar semakin banyak masyarakat Indonesia yang bisa menempuh pendidikan tinggi dan menjadi generasi produksi," ujar Ma'ruf Amin.

Baca juga: Wapres Hormati Putusan MK soal Masa Jabatan Pimpinan KPK Jadi 5 Tahun

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com