JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat militer dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Khairul Fahmi heran pergantian Panglima TNI Laksamana Yudo Margono dan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Dudung Abdurachman dikaitkan dengan Pemilu 2024.
Menurutnya, pergantian pucuk pimpinan angkatan bersenjata tersebut sebetulnya tidak berkaitan langsung dengan pelaksanaan Pemilu.
"Dalam berbagai kesempatan saya sering mengatakan bahwa sebenarnya tidak ada keterkaitan langsung antara tahapan pelaksanaan Pemilu dengan pergantian Panglima TNI maupun KSAD," ujar Fahmi dalam siaran pers, Jumat (24/2/2023).
Baca juga: Gubernur Lemhannas: Pensiunnya Panglima Yudo dan KSAD Dudung Tak Ideal, Mepet Kampanye Pemilu 2024
Fahmi menyebut nihilnya kerentanan dan kerawanan Pemilu pada dasarnya bergantung pada integritas penyelenggara, pemerintah, peserta Pemilu dan masyarakat.
Bahkan, kesuksesan pengamanan Pemilu bukan semata-mata ditentukan oleh TNI saja, melainkan sinergi dari berbagai institusi.
Di antaranya Komisi Pemilihan Umum (KPU), Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu), Kementerian Dalam Negeri (Kemendagari) hingga Badan Intelijen Negara (BIN).
Menurutnya, dalam hal pengamanan pelaksanaan Pemilu, TNI bukannya tidak berperan sama sekali, namun peran TNI lebih merupakan bentuk tugas perbantuan yang tanggung jawab utamanya berada di tangan Polri.
"TNI sendiri saya kira sudah memiliki pedoman dan prosedur baku dalam hal ini. Artinya, sistem sudah berjalan tanpa harus bergantung pada siapa yang menjabat," kata Fahmi.
Di sisi lain, Fahmi menilai pengaitan ini justru bisa mengundang persepsi dan bertendensi upaya menarik TNI untuk cawe-cawe pada agenda politik praktis, bukan politik negara.
"Padahal saat ini kita berada pada masa reformasi, bukan masa Orde Baru lagi, di mana militer saat itu selain berfungsi sebagai stabilisator dan dinamisator, juga punya andil signifikan dalam pemenangan Golkar di Pemilu," tegas dia.
Diberitakan, Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) Andi Widjajanto menyebut pergantian Yudo dan Dudung idealnya terjadi tiga bulan sebelum masa kampanye Pemilu 2024 dimulai.
Menurut Andi, waktu ideal pergantian tersebut berkaitan erat dengan operasi pengamanan tahapan kampanye yang dimulai pada 28 November 2023.
“Tidak ideal karena kedua pejabat bintang empat itu pensiun pada saat kampanye Pemilu sudah terjadi, sudah dilakukan," ujar Andi dalam acara forum komunikasi di Kantor Lemhannas, Jakarta, Rabu (22/2/2023).
"Ya idealnya pergantiannya tiga bulan sebelum kampanye Pemilu mulai karena kemudian harus terlibat dalam operasi pengamanan,” sambung Andi.
Sebagai informasi, seorang perwira tinggi TNI akan purna bakti ketika menginjak usia 58 tahun.