Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Komnas HAM Sayangkan Tak Ada Adegan Tembakan Gas Air Mata dalam Rekonstruksi Kanjuruhan

Kompas.com - 24/10/2022, 12:20 WIB
Singgih Wiryono,
Dani Prabowo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) menyayangkan tak ada adegan penembakan gas air mata dalam rekonstruksi tragedi Kanjuruhan yang dilakukan kepolisian.

Padahal menurut Komnas HAM, penyebab utama tragedi di stadion Kanjuruhan murni merupakan tembakan gas air mata yang dilakukan oleh aparat kepolisian.

Hal tersebut diungkapkan oleh Komisioner Komnas HAM bidang Penyelidikan M Choirul Anam.

Baca juga: Korban Tewas Tragedi Kanjuruhan Jadi 135 Orang, Farzah Dwi Kurniawan Meninggal Dunia di RSSA Malang

"Sekali lagi kami tegaskan bahwa dia (gas air mata) penyebab utamanya. Ketika proses rekonstruksi macam-macam tidak ada narasi itu (tembakan gas air mata), itu memang disayangkan oleh banyak pihak," ujar Anam di Kantor Komnas HAM, Senin (24/10/2022).

Padahal menurut Anam, penyebab tragedi Kanjuruhan akibat gas air mata bisa terlihat dari video yang beredar saat ini.

Bahkan lontaran gas air mata yang menjadi penyebab 135 supporter Arema meninggal dunia itu juga terekam oleh CCTV.

Baca juga: Cristian Gonzales Ziarah ke Gate 13 meski Sempat Anggap Tragedi Kanjuruhan Cuma Gosip

"Video itu banyak, artinya sebenarnya bisa mendasarkan pada video yang beredar maupun pada video yang dimiliki oleh penyidik itu sendiri," imbuh Anam.

Namun sangat disayangkan, kata Anam, rekonstruksi yang dilakukan penyidik hanya berdasarkan pengakuan atau keterangan dari tersangka saja

"Harusnya memang teman-teman kepolisian, khususnya penyidik menjelaskn bahwa ada basis yang lain. Apa itu? Ya berupa video yang beredar, yang beredar luas. Semua orang melihat video itu yang memang ada tembakannya ke tribune," tutur Anam.

Baca juga: Tragedi Kanjuruhan: Arema FC Berdiri untuk Pemain dan Suporter

Sebelumnya, rekonstruksi tragedi Kanjuruhan yang digelar di lapangan Mapolda Jawa Timur, Rabu (19/10/2022), tidak menyajikan adegan penembakan gas air mata ke arah tribune.

Semua tembakan yang diperagakan mengarah ke settle ban atau pinggir lapangan.

Di sisi lain, dari kesaksian Aremania dan rekaman video yang beredar luas, ada sejumlah tembakan yang diarahkan ke tribune penonton.

Adapun adegan penembakan yang direka ulang adalah atas perintah Danki 3 Satuan Brimob Polda Jatim AKP Hasdarman. Hal itu tergambar pada adegan ke-19 hingga ke-25.

Tragedi Kanjuruhan terjadi pada 1 Oktober 2022 saat laga Liga 1 Arema Malang melawan Persebaya Surabaya.

Baca juga: Bertemu Menteri Risma, Ayah Andi Setiawan Korban Tragedi Kanjuruhan Menangis Saat Terima Santunan

Peristiwa itu menelan 133 korban jiwa yang mayoritas tewas karena sesak nafas dan terinjak-injak setelah aparat kepolisian menembakkan gas air mata ke tribune penonton.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com