Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perjalanan Spiritual Kartini Mendalami Makna Al Quran

Kompas.com - 21/04/2022, 07:04 WIB
Aryo Putranto Saptohutomo

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Kisah hidup Raden Ajeng Kartini selalu diulas setiap 21 April yang menjadi hari peringatan kelahirannya.

Pemikirannya dalam surat menyurat dengan sejumlah sahabat dan aktivis perempuan di Belanda semasa pemerintahan kolonial dirangkum dalam buku Habis Gelap Terbitlah Terang.

Di dalam buku terlihat pemikiran Kartini sebagai seseorang dengan latar belakang dari kalangan bangsawan menginginkan supaya kaum perempuan pada saat itu dan hingga kini mempunyai kemampuan untuk mandiri dan menentukan jalan hidupnya.

Selain pemikiran tentang emansipasi dan kesetaraan bagi perempuan, di dalam buku itu Kartini juga menyampaikan perjalanannya dalam mendalami Islam.

Kartini sempat gelisah karena kesulitan ketika belajar mengaji. Sebab, dia sama sekali tidak diajarkan untuk memahami makna setiap ayat dalam Al Quran.

"Mengenai agamaku, Islam, aku harus menceritakan apa? Islam melarang umatnya mendiskusikan ajaran agamanya dengan umat lain. Lagi pula, aku beragama Islam karena nenek moyangku Islam. Bagaimana aku dapat mencintai agamaku, jika aku tidak mengerti dan tidak boleh memahaminya? Al Quran terlalu suci, tidak boleh diterjemahkan ke dalam bahasa apa pun, agar bisa dipahami setiap Muslim. Di sini tidak ada orang yang mengerti bahasa Arab. Di sini, orang belajar Al Quran tapi tidak memahami apa yang dibaca. Aku pikir, tidak jadi orang soleh pun tidak apa-apa asalkan jadi orang baik hati. Bukankah begitu Stella?," tulis Kartini dalam surat kepada seorang aktivis perempuan Belanda, Stella Zeehandelaar bertanggal 6 November 1899 dalam buku Habis Gelap Terbitlah Terang.

Jalan Kartini untuk mempelajari makna Al Quran mempertemukannya dengan Muhammad Sholeh al Samarani atau dikenal dengan nama KH Sholeh Darat atau Mbah Sholeh Darat.

Baca juga: Silsilah RA Kartini dan Alasan yang Membuatnya Dipanggil “Ndoro” oleh Ibu Kandungnya

Kiai Sholeh saat itu merupakan seorang ulama yang dikenal di Jawa. Dia mempelajari ilmu tasawuf, fiqih, dan ilmu falak dari para ulama di Jawa dan juga ke Mekah. Dia membina pondok pesantren Darat di kawasan Darat, Semarang Utara, Jawa Tengah.

Perjumpaan Kartini dengan Kiai Sholeh Darat terjadi dalam kegiatan pengajian di rumah sang paman, Pangeran Ario Hadiningrat, yang saat itu merupakan Bupati Demak. Ketika itu Kiai Sholeh memberikan ceramah tentang makna Surat Al-Fatihah.

Sebelum pulang, Kartini diceritakan meminta kepada sang paman untuk dipertemukan dengan Kiai Sholeh. Dalam dialog, Kartini mengatakan baru mendengar makna dari Surat Al-Fatihah dari penjelasan sang kiai.

Kartini juga mempertanyakan mengapa para ulama melarang menerjemahkan Al Quran ke dalam bahasa Jawa. Menurut Kartini jika hal itu dilakukan maka akan memudahkan umat Islam untuk mempelajari makna Al Quran.

Mendengar pertanyaan Kartini, Kiai Sholeh lantas mengucapkan kalimat tasbih.

Usai pertemuan itu, Kiai Sholeh lantas menerjemahkan Al Quran dari bahasa Arab ke bahasa Jawa atau pegon. Tafsir itu dinamakan Faidhul Rahman.

Baca juga: Meneruskan Semangat Kartini…

Selain itu, Kiai Sholeh juga menerjemahkan kitab Al-Hikam ke dalam bahasa Jawa. Tujuannya adalah demi memudahkan penduduk memaknai ajaran yang terkandung di dalamnya.

Proses itu tidak mudah karena pemerintah Hindia-Belanda melarang penerjemahan Al Quran. Bahkan para ulama saat itu juga mengharamkan penerjemahan Al Quran. Namun, Kiai Sholeh tetap melakukannya.

Dalam kitab Faidhul Rahman, Kiai Sholeh menerjemahkan 13 juz, yakni dari Surat Al-Fatihah sampai Surat Ibrahim. Kitab itu lantas diberikan sebagai hadiah pernikahan bagi Kartini dengan Raden Mas Joyodiningrat yang merupakan Bupati Rembang.

Kiai Sholeh tidak sempat menyelesaikan tafsir itu karena beliau wafat.

Dengan membaca kitab terjemahan yang diberikan sang kiai membuah Kartini mengalami perjalanan spiritual. Hal itu terungkap dalam surat Kartini kepada Jacoba Maria Petronella Nellia Porreij van Kol, yang merupakan istri dari politikus sosialis Belanda, Henri Hubert van Kol.

Baca juga: Kisah Kartini Masa Kini, Es Marem Bu Ning Kranggan Berhasil Bertahan Puluhan Tahun Karena Sosok Perempuan Mandiri 

“Saya bertekad dan berupaya memperbaiki citra Islam yang selama ini kerap menjadi sasaran fitnah. Semoga kami mendapat rahmat, dapat bekerja membuat agama lain memandang Islam sebagai agama yang disukai," tulis Kartini dalam surat tertanggal 21 Juli 1902.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tinjau Pasar Baru di Karawang, Jokowi: Harga Cabai, Bawang, Beras Sudah Turun

Tinjau Pasar Baru di Karawang, Jokowi: Harga Cabai, Bawang, Beras Sudah Turun

Nasional
KPK Sebut Eks Dirut Taspen Kosasih Rekomendasikan Investasi Rp 1 T

KPK Sebut Eks Dirut Taspen Kosasih Rekomendasikan Investasi Rp 1 T

Nasional
Hakim MK Tegur Kuasa Hukum KPU karena Tidak Rapi Menulis Dokumen

Hakim MK Tegur Kuasa Hukum KPU karena Tidak Rapi Menulis Dokumen

Nasional
Jokowi Tanggapi Santai soal Fotonya yang Tak Terpasang di Kantor PDI-P Sumut

Jokowi Tanggapi Santai soal Fotonya yang Tak Terpasang di Kantor PDI-P Sumut

Nasional
Cuaca di Arab Saudi 40 Derajat, Jemaah Haji Diminta Jaga Kesehatan

Cuaca di Arab Saudi 40 Derajat, Jemaah Haji Diminta Jaga Kesehatan

Nasional
 Saksi Ungkap Direktorat di Kementan Wajib Patungan untuk Kebutuhan SYL

Saksi Ungkap Direktorat di Kementan Wajib Patungan untuk Kebutuhan SYL

Nasional
Pertamina Patra Niaga Akan Tetap Salurkan Pertalite sesuai Penugasan Pemerintah

Pertamina Patra Niaga Akan Tetap Salurkan Pertalite sesuai Penugasan Pemerintah

Nasional
Menteri KKP Targetkan Tambak di Karawang Hasilkan 10.000 Ikan Nila Salin Per Tahun

Menteri KKP Targetkan Tambak di Karawang Hasilkan 10.000 Ikan Nila Salin Per Tahun

Nasional
KPK Percaya Diri Gugatan Praperadilan Karutan Sendiri Ditolak Hakim

KPK Percaya Diri Gugatan Praperadilan Karutan Sendiri Ditolak Hakim

Nasional
Soal Kasus Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor, KPK Diminta Evaluasi Teknis OTT

Soal Kasus Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor, KPK Diminta Evaluasi Teknis OTT

Nasional
Kaesang Didorong Maju Pilkada Bekasi, Jokowi: Tanyakan PSI, itu Urusan Partai

Kaesang Didorong Maju Pilkada Bekasi, Jokowi: Tanyakan PSI, itu Urusan Partai

Nasional
Mahfud Khawatir Korupsi Makin Banyak jika Kementerian Bertambah

Mahfud Khawatir Korupsi Makin Banyak jika Kementerian Bertambah

Nasional
Persiapan Operasional Haji 2024, 437 Petugas Diterbangkan ke Arab Saudi

Persiapan Operasional Haji 2024, 437 Petugas Diterbangkan ke Arab Saudi

Nasional
Jokowi Tegaskan Jadwal Pilkada Tak Dimajukan, Tetap November 2024

Jokowi Tegaskan Jadwal Pilkada Tak Dimajukan, Tetap November 2024

Nasional
Setelah Geledah Kantornya, KPK Panggil Lagi Sekjen DPR Indra Iskandar

Setelah Geledah Kantornya, KPK Panggil Lagi Sekjen DPR Indra Iskandar

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com