Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menko PMK: Ada "Empat Terlalu" yang Pengaruhi Kesehatan Ibu dan Anak

Kompas.com - 17/11/2021, 17:03 WIB
Deti Mega Purnamasari,
Icha Rastika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengingatkan pentingnya perencanaan kehamilan untuk mencegah kematian serta memastikan kesehatan ibu dan anak.

Menurut Muhadjir, Indonesia masih menghadapi tantangan dalam kesehatan ibu dan anak, salah satunya adalah angka mortalitas atau kematian.

“Pada dasarnya terdapat empat faktor yang mempunyai pengaruh besar bagi kesehatan ibu dan anak, yang dikenal dengan empat terlalu, yaitu terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering, dan terlalu banyak,” kata Muhadjir di acara webinar "Perencanaan Kehamilan dan Keluarga Berkualitas untuk Pemenuhan Hak Ibu dan Anak Menuju Generasi Emas Indonesia Maju", dikutip dari siaran pers, Rabu (17/11/2021).

Baca juga: Angka Kematian Ibu Naik, Indonesia Masih Perlu Tenaga Kesehatan yang Perkuat Lapangan

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, kata dia, angka kematian ibu mengalami peningkatan pada tahun 2020 sebesar 4.627 kematian yang sebagian besar disebabkan pendarahan.

Sementara itu, dari 28.158 kematian balita, sebanyak 72,0 persen kasus (20.266 kematian) terjadi pada usia 0-28 hari (neonatus).

Adapun 19,1 persen terjadi pada usia 29 hari sampai 11 bulan dan 9,9 persen terjadi pada usia 12-59 bulan dengan penyebab utama berat badan lahir rendah (BBLR).

"Bahkan untuk kelompok rentan dan wanita usia subur sangat berisiko tinggi terjadi anemia dan kurang energi kronik," kata dia.

Tidak hanya itu, ujar Muhadjir, kelompok usia produktif perlu mendapat edukasi untuk mempersiapkan diri, termasuk merencanakan kehamilan.

Baca juga: 7 Faktor Risiko Preeklamsia, Kondisi yang Bisa Sebabkan Kematian Ibu dan Janin

Sebab, kesiapan wanita pada usia subur, baik dari kesehatan fisik, mental, dan gizi menjadi kunci utama keberhasilan 1000 hari pertama kehidupan (HPK).

"Jika kesempatan itu tidak dimanfaatkan dengan baik, anak yang dilahirkan akan memiliki IQ rendah atau mungkin cenderung BBLR," kata dia.

Oleh karena itu, Muhadjir menilai bahwa peningkatan kapasitas dari tenaga kesehatan, penyuluh keluarga, bidan, dan kader posyandu juga perlu dilakukan.

Tujuannya, dapat membantu masyarakat, khususnya wanita usia subur untuk merencanakan kehamilannya.

“Peran bidan, penyuluh keluarga berencana (PKB), dan kader masyarakat menjadi tulang punggung utama dalam mendorong perencanaan kehamilan,” ucap dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com