Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pimpinan MPR: Kita Harus Bisa Saring Informasi, Kalau Tidak Akan Jadi Masalah bagi Bangsa

Kompas.com - 10/10/2021, 10:14 WIB
Nicholas Ryan Aditya,
Krisiandi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Ketua MPR Jazilul Fawaid mengajak anak-anak muda untuk menggunakan media sosial (medsos) dengan bijak terutama di tengah derasnya arus informasi.

Ia menilai, semakin berkembangnya penggunaan teknologi informasi khususnya medsos menimbulkan persoalan baru dalam kehidupan masyarakat, salah satunya penyebaran berita palsu atau hoaks.

"Mari kita gunakan medsos dengan baik. Sekarang ini banyak sekali berita hoaks, fitnah banjir di medsos. Kita harus mampu menyaring informasi. Kalau tidak, itu akan menjadi masalah bagi bangsa ini," kata Jazilul dalam keterangannya, Minggu (10/10/2021).

Baca juga: Tawuran Kerap Terjadi di Manggarai, Berawal Pelaku Saling Tantang di Medsos

Jazilul mengatakan, anak-anak muda yang masih duduk di bangku sekolah juga harus mendapat pengajaran dari para guru terkait literasi digital.

Para guru, kata Jazilul, harus mengajarkan bagaimana menggunakan teknologi informasi terkhusus media sosial dengan baik.

"Bagaimana mereka bisa memilah informasi yang palsu, hoaks, dan informasi yang produktif bagi anak-anak, ini perlu ada pengarahan dari para guru," ujarnya.

Wakil Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini menyebut, media sosial ibarat dua sisi mata pisau yang bisa menimbulkan dampak positif di satu sisi, dan dampak negatif di sisi lainnya.

Untuk itu, ia menekankan agar orangtua mengajarkan anak-anak menjadikan media sosial sebagai platform yang menimbulkan dampak positif.

"Sebab, saat ini anak muda di mana saja semua menggunakan medsos. Kita perlu bimbing penggunaannya, dan konten-konten seperti apa yang layak untuk dibuka," terangnya.

Jazilul mengaitkan perkembangan teknologi informasi dengan 4 pilar kebangsaan yakni Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, NKRI, dan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945.

Menurutnya, jika empat pilar atau salah satunya roboh, maka Indonesia juga akan ikut roboh. Maka, menjadi tugas bersama anak bangsa untuk memperkuat 4 pilar tersebut.

Ia mengatakan, Pancasila mengandung nilai-nilai dan menjadi pandangan hidup, tetapi belum tentu semua pihak bisa mengimplementasikannya. Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa perasan dari Pancasila adalah gotong royong.

"Gotong royong ini pelan-pelan mulai kita lupakan, sudah kita ganti dengan kata demokrasi. Gotong royong seakan-akan hanya kerja bakti. Padahal gotong royong adalah kalimat keramat yang dimiliki bangsa ini dan bisa menyatukan pandangan agama, suku bangsa, adat istiadat dalam satu kata yakni gotong royong. Ini inti kehendak dan cita-cita bangsa," jelasnya.

Ia melihat, sering kali antara agama dan negara atau antara Islam dan Pancasila dibenturkan. Padahal, menurutnya hal tersebut sesuatu yang sudah menyatu.

"Tinggal kita wujudkan dalam gerak hidup kita sehari-hari, dalam aktivitas kita, dalam kita membangun hubungan dan mewujudkan apa yang kita cita-citakan," tutur dia.

Baca juga: Artis Rizky Billar dan Lesti Laporkan Akun Medsos Terkait Pencemaran Nama Baik

Menurut Jazilul, dengan berkembangnya teknologi informasi, ke depan perlu ada kreativitas yakni bagaimana menyebarkan 4 pilar melalui media digital, game, cerita atau menggunakan gambar animasi.

Sehingga, lanjut dia, 4 pilar tersebut lebih dirasakan dan menyentuh kalangan generasi muda.

"Bagi anak-anak, ini penting daripada metode ceramah-ceramah. Dan yang tidak kalah penting metode keteladanan. Anak-anak muda ini butuh keteladanan, contoh. Siapa figur yang pancasilais? Pertama ya gurunya karena anak-anak mencontoh gurunya. Dan para guru mencontoh pemimpinnya," kata anggota Komisi III DPR itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com