Ia menilai, semakin berkembangnya penggunaan teknologi informasi khususnya medsos menimbulkan persoalan baru dalam kehidupan masyarakat, salah satunya penyebaran berita palsu atau hoaks.
"Mari kita gunakan medsos dengan baik. Sekarang ini banyak sekali berita hoaks, fitnah banjir di medsos. Kita harus mampu menyaring informasi. Kalau tidak, itu akan menjadi masalah bagi bangsa ini," kata Jazilul dalam keterangannya, Minggu (10/10/2021).
Jazilul mengatakan, anak-anak muda yang masih duduk di bangku sekolah juga harus mendapat pengajaran dari para guru terkait literasi digital.
Para guru, kata Jazilul, harus mengajarkan bagaimana menggunakan teknologi informasi terkhusus media sosial dengan baik.
"Bagaimana mereka bisa memilah informasi yang palsu, hoaks, dan informasi yang produktif bagi anak-anak, ini perlu ada pengarahan dari para guru," ujarnya.
Wakil Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini menyebut, media sosial ibarat dua sisi mata pisau yang bisa menimbulkan dampak positif di satu sisi, dan dampak negatif di sisi lainnya.
Untuk itu, ia menekankan agar orangtua mengajarkan anak-anak menjadikan media sosial sebagai platform yang menimbulkan dampak positif.
"Sebab, saat ini anak muda di mana saja semua menggunakan medsos. Kita perlu bimbing penggunaannya, dan konten-konten seperti apa yang layak untuk dibuka," terangnya.
Jazilul mengaitkan perkembangan teknologi informasi dengan 4 pilar kebangsaan yakni Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, NKRI, dan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945.
Menurutnya, jika empat pilar atau salah satunya roboh, maka Indonesia juga akan ikut roboh. Maka, menjadi tugas bersama anak bangsa untuk memperkuat 4 pilar tersebut.
Ia mengatakan, Pancasila mengandung nilai-nilai dan menjadi pandangan hidup, tetapi belum tentu semua pihak bisa mengimplementasikannya. Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa perasan dari Pancasila adalah gotong royong.
"Gotong royong ini pelan-pelan mulai kita lupakan, sudah kita ganti dengan kata demokrasi. Gotong royong seakan-akan hanya kerja bakti. Padahal gotong royong adalah kalimat keramat yang dimiliki bangsa ini dan bisa menyatukan pandangan agama, suku bangsa, adat istiadat dalam satu kata yakni gotong royong. Ini inti kehendak dan cita-cita bangsa," jelasnya.
Ia melihat, sering kali antara agama dan negara atau antara Islam dan Pancasila dibenturkan. Padahal, menurutnya hal tersebut sesuatu yang sudah menyatu.
"Tinggal kita wujudkan dalam gerak hidup kita sehari-hari, dalam aktivitas kita, dalam kita membangun hubungan dan mewujudkan apa yang kita cita-citakan," tutur dia.
Menurut Jazilul, dengan berkembangnya teknologi informasi, ke depan perlu ada kreativitas yakni bagaimana menyebarkan 4 pilar melalui media digital, game, cerita atau menggunakan gambar animasi.
Sehingga, lanjut dia, 4 pilar tersebut lebih dirasakan dan menyentuh kalangan generasi muda.
"Bagi anak-anak, ini penting daripada metode ceramah-ceramah. Dan yang tidak kalah penting metode keteladanan. Anak-anak muda ini butuh keteladanan, contoh. Siapa figur yang pancasilais? Pertama ya gurunya karena anak-anak mencontoh gurunya. Dan para guru mencontoh pemimpinnya," kata anggota Komisi III DPR itu.
https://nasional.kompas.com/read/2021/10/10/10144521/pimpinan-mpr-kita-harus-bisa-saring-informasi-kalau-tidak-akan-jadi-masalah