Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Organisasi Masyarakat Sipil Desak Militer Pulihkan Internet dan Demokrasi di Myanmar

Kompas.com - 02/02/2021, 14:58 WIB
Achmad Nasrudin Yahya,
Dani Prabowo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Belasan organisasi masyarakat sipil dan individu menyerukan masyarakat Asia Tenggara untuk mendesak militer Myanmar memulihkan internet dan demokrasi di negara dengan julukan seribu pagoda itu.

Desakan ini keluar seiring terjadinya kudeta militer dengan mengambil alih pemerintahan dan menahan pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi dan sejumlah tokoh kritis lainnya.

"Kami, organisasi masyarakat sipil dan individu yang bertandatangan di bawah ini, mengajak masyarakat Asia Tenggara untuk menyuarakan tekanan untuk mendesak militer di Myanmar menghentikan kekerasan, memulihkan internet dan menghormati hak digital yang dibutuhkan warga Myanmar di masa seperti sekarang ini," demikian keterangan tertulis masyarakat sipil yang diterima Kompas.com, Selasa (2/2/2021).

Laporan organisasi pemantau jaringan internet Netblocks mengungkap telah terjadi gangguan jaringan internet di Myanmar di tengah pemberontakan militer dan laporan penahanan kepemimpinan sipil.

Baca juga: Aung San Suu Kyi Dikabarkan Jadi Tahanan Rumah dalam Kudeta Myanmar

Data jaringan dari NetBlocks Internet Observatory menunjukkan permulaan gangguan internet yang meluas di Myanmar pada Minggu (31/1/2021) waktu setempat di tengah laporan pemberontakan militer dan penahanan para pemimpin politik termasuk Aung San Suu Kyi.

Gangguan telekomunikasi yang dimulai sekitar pukul 03.00, Senin pagi waktu setempat memiliki dampak subnasional yang signifikan, termasuk ibu kota dan kemungkinan akan membatasi cakupan acara saat berlangsung.

Pemutusan berkelanjutan telah dipantau dengan konektivitas nasional yang awalnya turun 75 persen dan kemudian 50 persen dari tingkat biasa pada pukul 08.00 waktu setempat.

Organisasi masyarakat sipil Indonesia juga mendesak dibebaskannya dan dilindunginya semua pemimpin, aktivis, pembela hak asasi manusia, jurnalis, aktivis, dan semua pihak yang mungkin dianggap mengkritik militer dari tindakan kekerasan.

Selain itu, mereka juga harus bersama-sama dekat dengan informasi bagi warga, terutama akses internet. Karena, saat ini informasi vital bagi proses transparansi.

"Menghentikan dan memfilter pengguna dari akses internet, terlepas dari justifikasi yang diberikan, menjadi tidak proporsional dan dengan demikian melanggar pasal 19 ayat 3 Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik (ICPPR)," tegas organisasi masyarakat sipil.

Baca juga: Kudeta Militer, Berikut Kondisi WNI dan Kontak Darurat KBRI di Myanmar

Adapun organisasi masyarakat sipil dan individu yang menyerukan solidaritas terhadap situasi Myanmar meliputi SAFEnet, NetBlocks, Migrant CARE, Asia Democracy Network (ADN), Human Rights Working Groups (HRWG), PurpleCode Collective, Perkumpulan Inisiatif, Bandung Digital Defender Indonesia, dan Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI).

Kemudian Cambodian Food and Service Workers'Federation (Kamboja), The Asian Muslim Action Network (AMAN) Indonesia, DHEWA (Development for Health Education Work & Awareness) Pakistan, Imparsial, Yayasan Perlindungan Insani Indonesia (YPII), Gayathry Venkiteswaran (Malaysia), Edgardo Legaspi (Filipina), dan Center for Alliance of Labor and Human Rights (Central)

Militer Myanmar sebelumnya mengumumkan keadaan darurat selama satu tahun pada Senin (1/2/2021).

Pihak militer yang dikenal sebagai Tatmadaw, juga menunjuk seorang jenderal sebagai Pelaksana Tugas (plt) Presiden Myanmar.

Pengumuman itu disampaikan melalui siaran langsung di Myawaddy TV milik militer. Menurut Tatmadaw, dilansir dari AFP, langkah tersebut diambil untuk menjaga stabilitas negara.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Menag Bertolak ke Saudi, Cek Persiapan Akhir Layanan Jemaah Haji

Menag Bertolak ke Saudi, Cek Persiapan Akhir Layanan Jemaah Haji

Nasional
Ide 'Presidential Club' Prabowo: Disambut Hangat Jokowi dan SBY, Dipertanyakan oleh PDI-P

Ide "Presidential Club" Prabowo: Disambut Hangat Jokowi dan SBY, Dipertanyakan oleh PDI-P

Nasional
Ganjar Pilih Jadi Oposisi, PDI-P Dinilai Hampir Dipastikan Berada di Luar Pemerintahan Prabowo

Ganjar Pilih Jadi Oposisi, PDI-P Dinilai Hampir Dipastikan Berada di Luar Pemerintahan Prabowo

Nasional
Jemaah Haji Kedapatan Pakai Visa Non Haji, Kemenag Sebut 10 Tahun Tak Boleh Masuk Arab Saudi

Jemaah Haji Kedapatan Pakai Visa Non Haji, Kemenag Sebut 10 Tahun Tak Boleh Masuk Arab Saudi

Nasional
BNPB Tambah 2 Helikopter untuk Distribusi Logistik dan Evakuasi Korban Longsor di Sulsel

BNPB Tambah 2 Helikopter untuk Distribusi Logistik dan Evakuasi Korban Longsor di Sulsel

Nasional
Luhut Ingatkan soal Orang 'Toxic', Ketua Prabowo Mania: Bisa Saja yang Baru Masuk dan Merasa Paling Berjasa

Luhut Ingatkan soal Orang "Toxic", Ketua Prabowo Mania: Bisa Saja yang Baru Masuk dan Merasa Paling Berjasa

Nasional
Mahfud Kembali ke Kampus Seusai Pilpres, Ingin Luruskan Praktik Hukum yang Rusak

Mahfud Kembali ke Kampus Seusai Pilpres, Ingin Luruskan Praktik Hukum yang Rusak

Nasional
[POPULER NASIONAL] Eks Anak Buah SYL Beri Uang Tip untuk Paspampres | Ayah Gus Muhdlor Disebut dalam Sidang Korupsi

[POPULER NASIONAL] Eks Anak Buah SYL Beri Uang Tip untuk Paspampres | Ayah Gus Muhdlor Disebut dalam Sidang Korupsi

Nasional
Ganjar: Saya Anggota Partai, Tak Akan Berhenti Berpolitik

Ganjar: Saya Anggota Partai, Tak Akan Berhenti Berpolitik

Nasional
Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Nasional
Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Nasional
Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Nasional
Ganjar Bubarkan TPN

Ganjar Bubarkan TPN

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com