Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Satgas Ungkap Kendala Pengetesan Covid-19 di Indonesia

Kompas.com - 02/12/2020, 16:56 WIB
Tsarina Maharani,
Krisiandi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Satuan Tugas Penanganan Covid-19 mengatakan kondisi geografis Indonesia sebagai negara kepulauan yang luas menjadi salah satu kendala dalam melaksanakan pengetesan Covid-19.

Ketua Bidang Data dan Teknologi Informasi Satgas Penanganan Covid-19 Dewi Nur Aisyah menyebut sebaran laboratorium yang bisa memeriksa sampel Covid-19 tidak merata.

"Tantangan di Indonesia itu kondisi geografis besar. Kapasitas tiap provinsi juga tidak bisa kita samakan. Apakah tiba-tiba semua paham cara pemeriksaan Covid-19, kan enggak," kata Dewi dalam konferensi pers daring, Rabu (2/12/2020).

Baca juga: Bisa Tampung Ribuan Pasien Covid-19, Asrama Haji di Solo Diusulkan Jadi Tempat Isolasi

Menurut data Satgas, provinsi yang memiliki jumlah laboratorium memadai, di antaranya DKI Jakarta sebanyak 64, Jawa Timur sebanyak 78, dan Jawa Barat sebanyak 50.

Di lain sisi, beberapa provinsi hanya memiliki sedikit laboratorium pemeriksaan, seperti Aceh hanya 4, Bengkulu hanya 3, dan Sulawesi Tenggara hanya 1.

"Memang sebaran laboratorium kita tidak merata. Tadi saya sampaikan, target juga bergantung jumlah penduduk. Kemudian, jumlah PCR juga berpengaruh," ucap Dewi.

Berikutnya, Dewi menyebut ada keterbatasan jumlah dan kapasitas sumber daya manusia (SDM) yang mumpuni melakukan pengetesan penyakit infeksius.

Pemerintah sudah melakukan pelatihan bagi laboran untuk melakukan pemeriksaan sampel Covid-19, tetapi jumlah laboran pun terbatas.

"Sekalipun SDM sudah dilatih, tapi dari jumlah juga kita terbatas. Bahkan jumlah yang melakukan pemeriksaan di laboratorium juga terbatas," tuturnya.

Kemudian, komitmen SDM dan laboratorium di tiap daerah bisa berbeda-beda. Menurut Dewi, tidak semua laboratorium pemeriksa bisa beroperasi 24 jam seminggu.

"Jadi karena labnya beragam, lintas kementerian, dan tidak hanya lab pemerintah, tidak semua bisa dipaksa harus bekerja 24 jam melakukan pemeriksaan. Lagi-lagi bicara jumlah juga, kalau laborannya segitu saja, mau shifting juga akan capek," jelas Dewi.

Selanjutnya, peralatan laboratorium pemeriksa di seluruh Indonesia bervariatif. Dewi menyebut, merk reagen yang diguunakan untuk memeriksa sampel Covid-19 bisa berbeda di tiap laboratorium.

Baca juga: UI Sanggupi Tambah Dua Gedung Lagi untuk Isolasi OTG Covid-19 di Depok

Selain itu, Dewi mengatakan kapasitas penelusuran juga memengaruhi tingkat pengetesan. Dia menegaskan, jumlah tes akan meningkat jika penelurusan juga meningkat.

Karena itu, penelusuran dan pengetesan harus dijalankan beriringan.

"Ketika tracing tidak berjalan, tidak mungkin lab mendapatkan spesimen. Itu sulit sekali. Jadi kita harus meningkatkan dua-duanya sekaligus, tidak bisa fokus di satu titik saja hanya testing atau tracing saja," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ganjar dan Anies Pilih Oposisi, Akankah PDI-P Menyusul?

Ganjar dan Anies Pilih Oposisi, Akankah PDI-P Menyusul?

Nasional
Kata Gibran soal Urgensi Adanya Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis

Kata Gibran soal Urgensi Adanya Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis

Nasional
Riwayat Gus Muhdlor: Hilang Saat OTT, Beralih Dukung Prabowo, Akhirnya Tetap Ditahan KPK

Riwayat Gus Muhdlor: Hilang Saat OTT, Beralih Dukung Prabowo, Akhirnya Tetap Ditahan KPK

Nasional
Menag Cek Hotel dan Bus Jemaah Haji: Semua Baik

Menag Cek Hotel dan Bus Jemaah Haji: Semua Baik

Nasional
Menerka Peluang Anies dan Ahok Berduet pada Pilkada DKI Jakarta

Menerka Peluang Anies dan Ahok Berduet pada Pilkada DKI Jakarta

Nasional
Gibran Sebut Ada Pembahasan soal Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis, tapi Belum Final

Gibran Sebut Ada Pembahasan soal Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis, tapi Belum Final

Nasional
Pengamat: Jangankan 41, Jadi 100 Kementerian Pun Tak Masalah asal Sesuai Kebutuhan

Pengamat: Jangankan 41, Jadi 100 Kementerian Pun Tak Masalah asal Sesuai Kebutuhan

Nasional
Utak-Atik Strategi Jokowi dan Gibran Pilih Partai Politik, PSI Pasti Dicoret

Utak-Atik Strategi Jokowi dan Gibran Pilih Partai Politik, PSI Pasti Dicoret

Nasional
Gibran Lebih Punya 'Bargaining' Gabung Partai Usai Dilantik Jadi Wapres

Gibran Lebih Punya "Bargaining" Gabung Partai Usai Dilantik Jadi Wapres

Nasional
Wacana Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Politis dan Boroskan Uang Negara

Wacana Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Politis dan Boroskan Uang Negara

Nasional
'Golkar Partai Besar, Tidak Bisa Diobok-obok Gibran'

"Golkar Partai Besar, Tidak Bisa Diobok-obok Gibran"

Nasional
Prabowo Ingin Tambah Menteri, Wapres Ma'ruf Amin Ingatkan Pilih yang Profesional

Prabowo Ingin Tambah Menteri, Wapres Ma'ruf Amin Ingatkan Pilih yang Profesional

Nasional
[POPULER NASIONAL] Jokowi Berkelakar Ditanya soal Pindah Parpol | PDI-P Beri Sinyal di Luar Pemerintahan

[POPULER NASIONAL] Jokowi Berkelakar Ditanya soal Pindah Parpol | PDI-P Beri Sinyal di Luar Pemerintahan

Nasional
Prabowo Diharap Tetapkan 2 Syarat Utama Sebelum Tambah Kementerian

Prabowo Diharap Tetapkan 2 Syarat Utama Sebelum Tambah Kementerian

Nasional
Ide Prabowo Tambah Kementerian Sebaiknya Pertimbangkan Urgensi

Ide Prabowo Tambah Kementerian Sebaiknya Pertimbangkan Urgensi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com