Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Jokowi Wanti-wanti Vaksinasi Covid-19 Jangan Seperti UU Cipta Kerja

Kompas.com - 20/10/2020, 11:25 WIB
Dani Prabowo

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.comPresiden Joko Widodo memperingatkan jajarannya agar benar-benar hati-hati dalam mengeksekusi rencana vaksinasi massal Covid-19. Ia meminta, perencanaan dilakukan secara matang sebelum eksekusi dilaksanakan.

Presiden mengungkapkan hal itu saat menggelar rapat terbatas mengenai antisipasi penyebaran Covid-19 saat libur panjang akhir Oktober 2020 di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (19/10/2020).

Jokowi pun menggarisbawahi pentingnya membangun komunikasi publik yang baik, terutama berkaitan dengan aspek halal dan haram, harga, kualitas, hingga distribusi vaksin tersebut ke daerah setelah pemerintah memperolehnya dari produsen.

Vaksin ini saya minta jangan tergesa-gesa karena sangat kompleks, menyangkut nanti persepsi di masyarakat. Kalau komunikasinya kurang baik, bisa kejadian kayak Undang-Undang Cipta Kerja ini,” kata Jokowi seperti dilansir dari laman Setkab.go.id.

Baca juga: Jokowi Minta Menterinya Tak Anggap Enteng Proses Vaksinasi Covid-19

Kepala Negara menegaskan, salah satu titik kritis di dalam pelaksanaan vaksinasi adalah implementasinya. Perlu adanya penjelasan secara rinci kepada masyarakat terkait bagaimana proses vaksinasi itu berjalan nantinya.

Serta, imbuh Jokowi, siapa saja yang kelak akan mendapatkan vaksinasi pertama beserta alasannya. Ia mengingatkan, komunikasi publik harus benar-benar disiapkan agar tidak terjadi kesalahpahaman yang dapat memicu polemik di tengah masyarakat.

“Siapa yang gratis, siapa yang mandiri, dijelasin betul, harus detail. Jadi jangan sampai nanti dihantam oleh isu, dipelintir, kemudian kejadiannya bisa masyarakat demo lagi,” kata dia.

Soal pengadaan vaksin, ia menambahkan, perlu adanya pembagian tugas yang jelas di level kementerian. Terutama terkait siapa yang nantinya bertugas menyediakan vaksin gratis dan vaksin mandiri.

Untuk vaksin gratis, menurut Jokowi, hal itu menjadi wewenang Kementerian Kesehatan. Sedangkan vaksin mandiri, menjadi urusan dari Kementerian BUMN.

“Ini menjadi jelas, kalau enggak seperti ini nanti siapa yang tandatangani menjadi tidak jelas. Nanti siapa yang tanggung jawab,” ucapnya.

Baca juga: Jokowi Minta Terawan Urus Vaksin Gratis, Erick Thohir yang Berbayar

Lebih jauh, Jokowi juga meminta agar WHO Indonesia dilibatkan di dalam proses vaksinasi tersebut. Terutama, untuk memberikan pelatihan tentang bagaimana memberikan vaksin yang baik serta menyimpan vaksin yang telah diperoleh dengan benar sesuai standar.

Menurut dia, setiap vaksin yang diproduksi dan didatangkan Indonesia dari luar negeri memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Sehingga, memerlukan perlakuan yang berbeda pula dalam penyimpanannya agar tidak rusak.

“Hati-hati, hati-hati mengenai vaksin. Bukan barang gampang ini. Setelah saya pelajari, semakin hari semakin saya yakin tidak mudah,” kata Jokowi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Soal Kemungkinan Duduki Jabatan di DPP PDI-P, Ganjar: Itu Urusan Ketua Umum

Soal Kemungkinan Duduki Jabatan di DPP PDI-P, Ganjar: Itu Urusan Ketua Umum

Nasional
Kapolda Jateng Disebut Maju Pilkada, Jokowi: Dikit-dikit Ditanyakan ke Saya ...

Kapolda Jateng Disebut Maju Pilkada, Jokowi: Dikit-dikit Ditanyakan ke Saya ...

Nasional
Jokowi dan Prabowo Rapat Bareng Bahas Operasi Khusus di Papua

Jokowi dan Prabowo Rapat Bareng Bahas Operasi Khusus di Papua

Nasional
Kemenhan Ungkap Anggaran Tambahan Penanganan Papua Belum Turun

Kemenhan Ungkap Anggaran Tambahan Penanganan Papua Belum Turun

Nasional
PAN Minta Demokrat Bangun Komunikasi jika Ingin Duetkan Lagi Khofifah dan Emil Dardak

PAN Minta Demokrat Bangun Komunikasi jika Ingin Duetkan Lagi Khofifah dan Emil Dardak

Nasional
Tanggapi Ide 'Presidential Club' Prabowo, Ganjar: Bagus-bagus Saja

Tanggapi Ide "Presidential Club" Prabowo, Ganjar: Bagus-bagus Saja

Nasional
6 Pengedar Narkoba Bermodus Paket Suku Cadang Dibekuk, 20.272 Ekstasi Disita

6 Pengedar Narkoba Bermodus Paket Suku Cadang Dibekuk, 20.272 Ekstasi Disita

Nasional
Budiman Sudjatmiko: Bisa Saja Kementerian di Era Prabowo Tetap 34, tetapi Ditambah Badan

Budiman Sudjatmiko: Bisa Saja Kementerian di Era Prabowo Tetap 34, tetapi Ditambah Badan

Nasional
PAN Ungkap Alasan Belum Rekomendasikan Duet Khofifah dan Emil Dardak pada Pilkada Jatim

PAN Ungkap Alasan Belum Rekomendasikan Duet Khofifah dan Emil Dardak pada Pilkada Jatim

Nasional
Prabowo Hendak Tambah Kementerian, Ganjar: Kalau Buat Aturan Sendiri Itu Langgar UU

Prabowo Hendak Tambah Kementerian, Ganjar: Kalau Buat Aturan Sendiri Itu Langgar UU

Nasional
Tingkatkan Pengamanan Objek Vital Nasional, Pertamina Sepakati Kerja Sama dengan Polri

Tingkatkan Pengamanan Objek Vital Nasional, Pertamina Sepakati Kerja Sama dengan Polri

Nasional
Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Tak Jadi Ajang 'Sapi Perah'

Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Tak Jadi Ajang "Sapi Perah"

Nasional
Ganjar Deklarasi Jadi Oposisi, Budiman Sudjatmiko: Kalau Individu Bukan Oposisi, tapi Kritikus

Ganjar Deklarasi Jadi Oposisi, Budiman Sudjatmiko: Kalau Individu Bukan Oposisi, tapi Kritikus

Nasional
Telat Sidang, Hakim MK Kelakar Habis 'Maksiat': Makan, Istirahat, Shalat

Telat Sidang, Hakim MK Kelakar Habis "Maksiat": Makan, Istirahat, Shalat

Nasional
Ditanya Kans Anies-Ahok Duet pada Pilkada DKI, Ganjar: Daftar Dulu Saja

Ditanya Kans Anies-Ahok Duet pada Pilkada DKI, Ganjar: Daftar Dulu Saja

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com