Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Satgas Covid-19 Minta Masyarakat Tak Khawatirkan Efek Samping Vaksin

Kompas.com - 08/10/2020, 16:57 WIB
Deti Mega Purnamasari,
Bayu Galih

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Reisa Broto Asmoro meminta masyarakat tidak khawatir dengan efek samping vaksinasi.

Pasalnya, proses dalam melakukan pembuatan vaksin, kata dia, sudah melalui berbagai tahapan dan proses yang sangat ketat.

"Jadi tidak usah khawatir lagi efek samping penyakit-penyakit yang tidak ada hubungannya dengan imunisasi," ujar Reisa di acara Forum Merdeka Barat (FMB) 9 secara daring, Kamis (8/10/2020).

Baca juga: Menkes Terawan Berwenang Tetapkan Harga Vaksin Covid-19

Reisa mengatakan, meski sempat ada mitos yang berkaitan dengan efek samping vaksin, seperti mitos vaksin akan menyebabkan autisme, tetapi seharusnya hal tersebut tak terjadi lagi.

Apalagi, mitos bahwa vaksin dapat menyebabkan autisme seperti vaksin MMR dari sebuah penelitian tahun 1998 tidak terbukti dan jurnalnya pun sudah ditarik.

Selain itu, sang peneliti yang sudah mendapat sanksi pada tahun 2010.

"Kita bisa tahu dari rangkaian panjang vaksin itu. Seharusnya sejak tahun 2010 bahwa untuk vaksin itu melalui proses penjagaan keamanan ketat dan regulasi untuk approvalnya juga sangat panjang dan sulit," kata dia.

"Jadi benar-benar harus diuji keamanan dan efektivitasnya, baru boleh disebarkan dan dijual," ujar dia.

Baca juga: Presiden Tugaskan Bio Farma Lakukan Pengadaan Vaksin Covid-19

Reisa juga memaparkan bahwa dalam pembuatan vaksin ada beberapa teknik yang digunakan.

Ada vaksin yang menggunakan virus hidup yang sudah dilemahkan seperti vaksin MMR untuk penyakit campak, gondong, dan rubella.

Ada pula vaksin yang menggunakan kuman tidak aktif yang digunakan pada vaksin folio, kemudian ada juga yang hanya menggunakan salah satu bagian virusnya seperti pada vaksin HPV dan vaksin Covid-19 yang saat ini masih dikembangkan.

Selain itu, ada juga yang menggunakan toksin dari virus itu sendiri seperti vaksin tetanus difteri.

"Vaksin itu kan alat, digunakan untuk mengenalkan ke tubuh. Kalau ada penyakit aslinya, (vaksin) sudah siap maka dicari yang paling aman, sesuai dan efektif," kata dia.

"Kalau masih ada yang khawatir, vaksin memasukkan penyakit ke tubuh tidak? Tidak, pembuat vaksinnya yaitu virusnya tidak bisa mengakibatkan penyakit itu melalui vaksin karena sudah pasti aman," ucap Reisa.

Baca juga: Ketua Satgas: Vaksin Terbaik Cegah Covid-19 adalah Mematuhi Protokol Kesehatan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Laporan BPK 2021: Tapera Tak Kembalikan Uang Ratusan Ribu Peserta Senilai Rp 567 M

Laporan BPK 2021: Tapera Tak Kembalikan Uang Ratusan Ribu Peserta Senilai Rp 567 M

Nasional
Mundur sebagai Wakil Kepala Otorita IKN, Dhony Rahajoe Sampaikan Terima Kasih ke Jokowi

Mundur sebagai Wakil Kepala Otorita IKN, Dhony Rahajoe Sampaikan Terima Kasih ke Jokowi

Nasional
KPU Dianggap Bisa Masuk Jebakan Politik jika Ikuti Putusan MA

KPU Dianggap Bisa Masuk Jebakan Politik jika Ikuti Putusan MA

Nasional
Ketika Kepala-Wakil Kepala Otorita IKN Kompak Mengundurkan Diri ...

Ketika Kepala-Wakil Kepala Otorita IKN Kompak Mengundurkan Diri ...

Nasional
KPU Diharap Tak Ikuti Putusan MA Terkait Usia Calon Kepala Daerah

KPU Diharap Tak Ikuti Putusan MA Terkait Usia Calon Kepala Daerah

Nasional
Adam Deni Hadapi Sidang Vonis Kasus Pencemaran Ahmad Sahroni Hari Ini

Adam Deni Hadapi Sidang Vonis Kasus Pencemaran Ahmad Sahroni Hari Ini

Nasional
Pentingnya Syarat Kompetensi Pencalonan Kepala Daerah

Pentingnya Syarat Kompetensi Pencalonan Kepala Daerah

Nasional
Nasihat SBY untuk Para Pemimpin Setelah 2014

Nasihat SBY untuk Para Pemimpin Setelah 2014

Nasional
Dulu Jokowi Tak Setujui Gibran Jadi Cawapres, Bagaimana dengan Kaesang pada Pilkada Jakarta?

Dulu Jokowi Tak Setujui Gibran Jadi Cawapres, Bagaimana dengan Kaesang pada Pilkada Jakarta?

Nasional
[POPULER JABODETABEK] Pedagang Pelat Mengaku Enggan Terima Pesanan Pelat Nomor Palsu | Warga Sebut Tapera Hanya Mempertimbangkan Kebutuhan Pemerintah

[POPULER JABODETABEK] Pedagang Pelat Mengaku Enggan Terima Pesanan Pelat Nomor Palsu | Warga Sebut Tapera Hanya Mempertimbangkan Kebutuhan Pemerintah

Nasional
[POPULER NASIONAL] Kepala dan Wakil Kepala Otorita IKN Mundur | Tugas Baru Budi Susantono dari Jokowi

[POPULER NASIONAL] Kepala dan Wakil Kepala Otorita IKN Mundur | Tugas Baru Budi Susantono dari Jokowi

Nasional
Tanggal 7 Juni 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 7 Juni 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kejagung Periksa Adik Harvey Moeis Jadi Saksi Kasus Korupsi Timah

Kejagung Periksa Adik Harvey Moeis Jadi Saksi Kasus Korupsi Timah

Nasional
SYL Mengaku Bayar Eks Jubir KPK Febri Diansyah Jadi Pengacara dengan Uang Pribadi

SYL Mengaku Bayar Eks Jubir KPK Febri Diansyah Jadi Pengacara dengan Uang Pribadi

Nasional
PDI-P Sebut Pemanggilan Hasto oleh Polda Metro Jaya Upaya Bungkam Suara Kritis

PDI-P Sebut Pemanggilan Hasto oleh Polda Metro Jaya Upaya Bungkam Suara Kritis

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com