Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Milenial Kesepian Saat Social Distancing? Ini Tips dari Stafsus Jokowi

Kompas.com - 23/03/2020, 12:58 WIB
Deti Mega Purnamasari,
Fabian Januarius Kuwado

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Staf Khusus Presiden Adamas Belva Syah Devara menyoroti penerapan social distancing di Indonesia bagi kaum milenial.

Ia mengakui, kaum milenial cukup sulit dalam menerapkan social distancing karena memiliki kebutuhan yang tinggi untuk berinteraksi dengan orang lain.

Ujung-ujungnya, kaum milenial yang menerapkan social distancing berpotensi mengalami gangguan kesehatan mental. Mulai dari merasa kesepian hingga depresi.

"Enggak ada social distancing saja generasi milenial paling terpapar mental health. Problemnya depresi, merasa kesepian dan lain-lain," ujar Belva dalam konferensi pers di Gedung BNPB, Jakarta, Senin (23/3/2020).

Baca juga: Istana: Generasi Milenial Kunci Stop Persebaran Virus Corona

Oleh sebab itu, ia berharap kaum milenial mulai merubah pola pikir mereka.

Mereka harus berpikir bahwa tidak bertatap muka dan berinteraksi langsung dengan orang lain bukanlah sebuah persoalan yang substansif dalam kehidupan sosial.

Mereka harus memahami bahwa pada intinya hubungan antarpersonal itu tidak hanya berinteraksi secara fisik. Semuanya bisa digantikan sementara dengan teknologi informasi yang kian canggih.

"Bisa dilakukan juga adalah ketika kita semua ada di rumah masing-masing, mungkin diganti jadi physical distancing. Karena kita tetap harus berkumpul sebagai makhluk sosial," kata Belva.

Baca juga: Pemerintah: Masyarakat Semakin Memahami Social Distancing

Salah satu bentuk interaksi nonfisik yang dapat dilakukan adalah menggelar konferensi video dengan para sahabat.

Melalui itu, kaum milenial tetap dapat mencurahkan isi hati, sekadar mengobrol dan yang paling relevan dilakukan di tengah pandemi virus corona ini adalah saling menyemangati satu sama lain.

"Itu penting sekali karena ada health impact," kata dia.

Belva menambahkan, potensi tertinggi penularan virus corona terjadi pada generasi milenial. Hal itu dilihat dari jumlah populasi dan karakteristiknya.

Namun bagi Belva, generasi milenial pula yang dapat membantu memutus rantai penyebaran virus corona di Indonesia.

Baca juga: Propagandis Milenial dan Corona

"Kalau kita hanya fokus mitigasi, itu sangat sulit. Jadi penting adalah fungsi edukasi karena virus ini tidak menyebar sendiri, yang menyebarkan adalah kita semua," ujar Belva.

"Jadi kita harus aware, harus tahu peran kita sendiri untuk menghentikan penyebarannya, yaitu dengan jaga jarak," lanjut dia.

Diberitakan, jumlah pasien terjangkit virus corona atau Covid-19 di Indonesia hingga Minggu (22/3/2020), sebanyak 514 orang.

Dari jumlah tersebut, jumlah pasien sembuh dan diperbolehkan pulang sebanyak 29 orang. Adapun, jumlah pasien yang meninggal dunia sebanyak 48 orang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com