Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jelang Puncak Musim Hujan, BMKG Minta Masyarakat Waspadai Banjir

Kompas.com - 29/11/2019, 17:13 WIB
Deti Mega Purnamasari,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan jelang puncak musim hujan.

BMKG memprediksi puncak musim hujan bergeser dari semula Januari-Februari menjadi Februari-Maret 2020 mendatang.

"Kewaspadaan kita di periode musim hujan, kita harus waspada terutama puncak musim hujan untuk Jawa-Bali didominasi warna biru, artinya kita menghadapi puncak musim hujan di periode Februari-Maret," ujar Deputi Klimatologi BMKG Adi Ripaldi dalam konferensi pers di BNPB, Rawamangun, Jakarta Timur, Jumat (29/11/2019).

Baca juga: BMKG: Baru 16 Persen Wilayah Indonesia yang Sudah Masuki Musim Hujan

Kendati demikian, kata dia, puncak musim hujan telah terjadi di wilayah Sumatera pada November ini.

Tak heran jika bencana banjir dan longsor seperti yang terjadi di Agam dan Solok Selatan sudah terjadi.

Namun untuk daerah-daerah di Jawa, Bali hingga Nusa Tenggara, puncak musim hujan diprediksi terjadi sekitar Februari-Maret.

"Ini lah bulan-bulan yang perlu kewaspadaan lebih karena puncak musim hujan yang segera kita hadapi ke depan," kata dia.

Baca juga: Viral Hujan Pelit Hanya 2 Meter, Begini Terbentuknya Menurut BMKG

Meskipun belum ada potensi, kata dia, tetapi waspada akan terjadinya bencana banjir tetap harus dilakukan.

Sebab, potensi banjir juga tidak hanya dilihat dari sisi curah hujannya saja tetapi beberapa faktor lainnya.

Apalagi, kata dia, wilayah-wilayah berpotensi banjir banyak terdapat di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, hingga Papua.

"Kewaspadaan menghadapi bencana ini tidak hanya di periode Maret tapi di periode musim hujan maupun di masa transisi seperti sekarang pun perlu diwaspadai karena hujan dengan intensitas tinggi dan durasi singkat juga sangat berbahaya di beberapa wilayah kita," pungkasnya.

Kompas TV Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, atau BMKG menyebut, fenomena angin kencang yang terjadi di berbagai wilayah di pulau jawa disebabkan masa transisi pergantian musim kemarau ke musim hujan. Diutarakan kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, selain adanya masa transisi, kondisi lokal seperti topografi dan tekanan udara juga turut memengaruhi terjadinya fenomena angin kencang, yang diprediksi tidak hanya terjadi di pulau jawa, namun juga di sejumlah wilayah lain, seperti Sumatera dan Nusa Tenggara Barat maupun timur. BMKG mengimbau masyarakat lebih meningkatkan kewaspadaan akan terjadinya angin kencang, hujan lebat disertai petir di masa transisi pergantian musim.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Soal 'Presidential Club' Prabowo, Bamsoet Sebut Dewan Pertimbangan Agung Bisa Dihidupkan Kembali

Soal "Presidential Club" Prabowo, Bamsoet Sebut Dewan Pertimbangan Agung Bisa Dihidupkan Kembali

Nasional
KPK Periksa Dirut Nonaktif PT Taspen Antonius Kosasih

KPK Periksa Dirut Nonaktif PT Taspen Antonius Kosasih

Nasional
KPU Ungkap 13 Panitia Pemilihan di Papua Tengah yang Tahan Rekapitulasi Suara Berujung Dipecat

KPU Ungkap 13 Panitia Pemilihan di Papua Tengah yang Tahan Rekapitulasi Suara Berujung Dipecat

Nasional
Ekonomi Tumbuh 5,11 Persen, Jokowi: Negara Lain Masuk Jurang, Kita Naik

Ekonomi Tumbuh 5,11 Persen, Jokowi: Negara Lain Masuk Jurang, Kita Naik

Nasional
Eks Anak Buah SYL Beri Tip untuk Paspampres, Gratifikasi Disebut Jadi Kebiasaan

Eks Anak Buah SYL Beri Tip untuk Paspampres, Gratifikasi Disebut Jadi Kebiasaan

Nasional
TPN Resmi Dibubarkan, Hasto Tegaskan Perjuangan Tetap Dilanjutkan

TPN Resmi Dibubarkan, Hasto Tegaskan Perjuangan Tetap Dilanjutkan

Nasional
Kelakar Jokowi soal Kemungkinan Pindah Parpol Usai Tak Dianggap PDI-P

Kelakar Jokowi soal Kemungkinan Pindah Parpol Usai Tak Dianggap PDI-P

Nasional
 Gerindra Sebut Indonesia Negara Besar, Wajar Kementerian Diperbanyak

Gerindra Sebut Indonesia Negara Besar, Wajar Kementerian Diperbanyak

Nasional
Satu Pejabat Pemprov Malut Jadi Tersangka Baru Kasus Gubernur Abdul Ghani Kasuba

Satu Pejabat Pemprov Malut Jadi Tersangka Baru Kasus Gubernur Abdul Ghani Kasuba

Nasional
RI Ajukan Penyesuaian Pembayaran Proyek Jet Tempur KF-21 Boramae ke Korsel, Kemenhan Jelaskan Alasannya

RI Ajukan Penyesuaian Pembayaran Proyek Jet Tempur KF-21 Boramae ke Korsel, Kemenhan Jelaskan Alasannya

Nasional
 Prabowo Disebut Ingin Tambah Jumlah Kementerian, Jokowi Klaim Tak Beri Masukan

Prabowo Disebut Ingin Tambah Jumlah Kementerian, Jokowi Klaim Tak Beri Masukan

Nasional
Menag Bertolak ke Arab Saudi Cek Persiapan Ibadah Haji untuk Jemaah Indonesia

Menag Bertolak ke Arab Saudi Cek Persiapan Ibadah Haji untuk Jemaah Indonesia

Nasional
Luhut Ingatkan Prabowo Jangan Bawa Orang 'Toxic', Jokowi: Benar Dong

Luhut Ingatkan Prabowo Jangan Bawa Orang "Toxic", Jokowi: Benar Dong

Nasional
Ganjar Harap Buruknya Pilpres 2024 Tak Dikloning ke Pilkada

Ganjar Harap Buruknya Pilpres 2024 Tak Dikloning ke Pilkada

Nasional
Bea Cukai Jadi Sorotan Publik, Pengamat Intelijen: Masyarakat Harus Beri Dukungan untuk Perbaikan

Bea Cukai Jadi Sorotan Publik, Pengamat Intelijen: Masyarakat Harus Beri Dukungan untuk Perbaikan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com