JAKARTA, KOMPAS.com - Setara Institute menilai, pemerintah harus memiliki formula pencegahan terorisme yang menyeluruh dan sesuai prinsip hak asasi manusia (HAM) serta Demokrat.
Hal itu disampaikan Direktur Eksekutif Setara Institute Ismail Hasani terkait penusukan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto.
"Pencegahan terorisme menuntut pemerintah harus memiliki formula yang presisi, holistik, dan berkelanjutan dalam kerangka HAM dan demokrasi," kata Ismail melalui keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Sabtu (12/10/2019).
Menurut dia, terorisme dan segala bentuk kekerasan merupakan ancaman nyata dan musuh bersama.
Baca juga: Yusril Sebut Kasus yang Menimpa Wiranto Jadi Peringatan agar Pejabat Tingkatkan Kemanan
Maka dari itu, pemerintah dinilai perlu mengerahkan seluruh sumber daya yang ada untuk mencegah aksi teror.
Ismail mengatakan, pemerintah perlu meminimalisir hal yang memicu munculnya terorisme dan radikalisme.
"Pemerintah harus fokus pada hulu terorisme dan mempersempit enabling environment yang mempercepat inkubasi terorisme," ucap dia
Kendati demikian, Setara Institute menilai bahwa masyarakat juga harus dilibatkan dalam gerakan melawan terorisme.
Menurut Ismail, intoleransi merupakan bibit awal menuju terorisme. Maka dari itu, nilai Pancasila beserta toleransi harus ditanamkan sejak dini.
"Pendidikan kebhinekaan dan tata kelola yang inklusif harus digalakkan, agar seluruh anak bangsa dapat hidup bersama secara damai di tengah aneka perbedaan. Di samping itu, promosi toleransi mesti menjadi agenda kolektif yang berkelanjutan," ujar dia.
Sebelumnya, Wiranto ditusuk saat tiba di Alun-alun Menes, Kabupaten Pandeglang usai menghadiri sebuah acara di Universitas Mathla'ul Anwar, Kamis (10/10/2019).
Baca juga: La Nyalla Sebut Peristiwa Ditusuknya Wiranto sebagai Bahan Evaluasi Pengamanan Pejabat
Menurut polisi, Wiranto menderita luka di tubuh bagian depan. Polisi mengamankan dua pelaku yang terdiri dari satu laki-laki dengan inisial SA atau AR dan satu perempuan yaitu FA.
Polisi menyebut pelaku terpapar radikalisme ISIS. Berdasarkan keterangan polisi, pelaku merupakan simpatisan kelompok teroris Jamaah Ansharut Daulah (JAD).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.