Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

182 Orang Disebut Jadi Korban Jiwa Konflik di Nduga

Kompas.com - 14/08/2019, 14:22 WIB
Deti Mega Purnamasari,
Krisiandi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Konflik yang terjadi di Kabupaten Nduga, Papua membuat masyarakatnya mengungsi dari kampungnya.

Sejauh ini, menurut Direktur Eksekutif Yayasan Keadilan dan Keutuhan Manusia Papua, sebanyak 182 orang korban jiwa akibat konflik yang bermula dari pembantaian terhadap karyawan PT Istaka Karya di Gunung Kabo.

Setelah peristiwa pembunuhan itu, TNI dan Polri menggelar operasi untuk mencari para pelaku. 

Kedatangan aparat keamanan yang menimbulkan konflik membuat sebagian masyarakat setempat mengungsi. 

Theo mengungkapkan, sedianya ada 184 orang korban yang satu orang di antaranya masih hidup, dan 1 orang lagi diduga masih hidup.

Baca juga: Bupati Minta Semua Pasukan Ditarik dari Nduga, Ini Pernyataan TNI

"Kami sudah diskusi, bicara dengan Danrem Papua, anak ini (yang masih hidup) akan kami cek. Nanti kami akan kerja sama, tapi yang akan masuk ke sana hanya pihak gereja, wartawan, LSM, dan pemerhati HAM. TNI-Polri tak akan ikut," ujar Theo saat menyampaikan hasil laporan dugaan korban kekerasan di Kabupaten Nduga di Kantor Amnesty Internasional di Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (14/8/2019).

Dalam laporan kedua yang disampaikan itu, kata dia, terdapat beberapa korban yang meninggal dengan berbagai penyebab.

Di antaranya korban kekerasan fisik yang ditembak atau yang dilakukan penghilangan serta mereka yang mengungsi.

"Kami lihat ini korban terus bertambah, pengungsi banyak yang meninggal. Anak-anak 1-18 tahun meninggal karena ada yang sakit, hidup lama di hutan, ada yang melahirkan meninggal, sakit, kedinginan meninggal," ujar dia.

Para pengungsi yang melahirkan dan meninggal tersebut, kata dia, dikarenakan tidak mendapat pertolongan medis. Terutama mereka yang mengungsi ke hutan.

Pasalnya, para pengungsi di Kabupaten Nduga mengamankan diri ke berbagai tempat.

Tempat pengungsian tersebut adalah daerah lain seperti Kabupaten Wamena, Yahukimo, Asmat, Timika, Asmat, Paro, dan Kenyang. Kemudian adapula yang mengungsi ke hutan.

Baca juga: Polemik Penarikan Pasukan TNI/Polri dan Krisis Sosial di Nduga...

Adapun konflik di Kabupaten Nduga berawal dari pembantaian terhadal karyawan PT Istaka Karya pada 2 Deaember 2018 di Gunung Kabo.

Konflik yang terjadi adalah antara personel TNI-Polri dengan kelompok yang menamakan diri Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM). Hal ini membuat masyarakat Nduga sendiri menjadi korban.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

Nasional
Prabowo Dinilai Bisa Bentuk 'Presidential Club', Tantangannya Ada di Megawati

Prabowo Dinilai Bisa Bentuk "Presidential Club", Tantangannya Ada di Megawati

Nasional
Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Nasional
Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk 'Presidential Club' | PDI-P Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo'

[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk "Presidential Club" | PDI-P Sebut Jokowi Kader "Mbalelo"

Nasional
Kualitas Menteri Syahrul...

Kualitas Menteri Syahrul...

Nasional
Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang 'Toxic' ke Pemerintahan

Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang "Toxic" ke Pemerintahan

Nasional
Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Nasional
Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Nasional
Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Nasional
Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Nasional
Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Nasional
Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com