Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia dan Timor Leste Sepakati Penyelesaian Sengketa Perbatasan Darat

Kompas.com - 22/07/2019, 19:23 WIB
Rakhmat Nur Hakim,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah Indonesia dan Timor Leste akhirnya menyepakati penyelesaian sengketa perbatasan darat.

Kesepakatan tersebut dicapai dalam pertemuan antara Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Wiranto beserta Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dan Menteri Perencanaan dan Investasi Strategis Republik Demokratik Timor Leste Xanana Gusmao di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Senin (22/7/2019).

"Dalam pertemuan yang dilangsungkan dalam suasana bersahabat tersebut, kami telah sepakat mengenai penyelesaian batas darat unresolved segments yaitu di Noel Besi-Citrana dan di Bidjael Sunan Oben," ujar Wiranto usai pertemuan.

Baca juga: Jaring Wisatawan, Timor Leste Resmikan Bandara Internasional di Oekusi

Perbatasan di Noel Besi-Citrana merupakan wilayah di Kabupaten Kupang Nusa Tenggara Timur (NTT) yang berbatasan dengan Oecusse-Ambeno, yang menjadi bagian dari wilayah Timor Leste. Sedangkan Bidjael Sunan-Oben adalah wilayah yang berada di Manusasi, Kabupaten Timor Tengah Utara.

Wiranto menambahkan, kesepakatan tersebut akan diselesaikan oleh pejabat terkait. Hasilnya kemudiam dituangkan dalam adendum kedua, yaitu perjanjian batas Tahun 2005 dan nantinya tentunya akan dituangkan dalam perjanjian komprehensif antara Indonesia dan Timor Leste.

"Terakhir dengan rampungnya perbatasan darat RI- Timor Leste maka saya ingin sampaikan bahwa pemerintah Indonesia dan pemerintah Timor Leste mulai sepakat untuk kita mulai untuk melaksanakan perundingan batas maritim," lanjut Wiranto.

Baca juga: 400 Prajurit Kodam Bukit Barisan Dikirim Amankan Perbatasan Timor Leste

Sementara itu, Xanana berterima kasih telah diberi kesempatan bertemu dengan Wiranto untuk menyelesaikan masalah perbatasan ini.

"Saya atas nama Timor Leste dan rakyat Timor Leste saya mengucapkan rasa terima kasih banyak kepada Pak Wiranto dan Menlu Ibu Retno atas kesempatan ini yang kami bertiga ke sana ke sini," ujar Xanana.

"Hari ini kita bisa bilang bahwa belum akhirnya, tapi secara prinsip kita sudah punya kesepakatan untuk bagaimana batas darat bisa (selesai). Tadi Pak Wiranto bilang nanti teknisi-teknisi akan kesana akan melanjutkan apa yang kami bilang supaya bisa menyelesaikan," lanjut dia.

Kompas TV Bus produksi Indonesia akhirnya semakin banyak masuk ke pasar non tradisional. Setelah Fiji dan Timor Leste perusahaan karoseri CV Laksana mengekspor 4 bus ke Bangladesh. Kendaraan yang diekspor memiliki tingkat kandungan dalam negeri alias TKDN 45 persen sampai 50 persen. Bahan baku lainnya berupa chasis dan mesin masih di-impor dari Swedia dengan merek Scania. Empat badan bus yang dikerjakan oleh CV Laksana ini memiliki nilai 200 ribu dollar Amerika Serikat. Menurut catatan pemerintah sebenarnya Bangladesh memesan lebih dari 1.000 bus. Tetapi komitmen ini masih akan dibahas lebih lanjut. Mengutip data Kementerian Perdagangan misi ekspor ke Bangladesh mencatatkan transaksi 279 juta dolar Amerika Serikat di tahun 2018. Pasar Bangladesh memiliki potensi yang sangat besar sebagai tujuan ekspor. #EksporBus #Laksana #Bangladesh
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Nasional
Soal 'Presidential Club', Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Soal "Presidential Club", Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Nasional
Tanggapi Isu 'Presidential Club', PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Tanggapi Isu "Presidential Club", PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Nasional
Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Nasional
Golkar: 'Presidential Club' Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Golkar: "Presidential Club" Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com