Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenang Tragedi Trisakti dan Kerusuhan Sehari Setelahnya...

Kompas.com - 13/05/2019, 16:12 WIB
Aswab Nanda Prattama,
Bayu Galih

Tim Redaksi

KOMPAS.com — Krisis yang mengguncang Indonesia pada awal 1998 menjadikan masyarakat Indonesia tak puas dengan kepemimpinan Presiden Soeharto.

Sebagai upaya protes, mahasiswa melakukan aksi turun ke jalan dan menginginkan perubahan terhadap kondisi di Indonesia.

Protes semakin besar setelah Majelis Permusyawaratan Rakyat kembali memilih Soeharto sebagai presiden dan dilantik pada 11 Maret 1998.

Aksi ini semakin menyebar dan membesar ke seluruh universitas di Indonesia. Mahasiswa tak hanya berjalan sendiri, sering kali dari kelompok masyarakat ikut andil dalam aksi ini.

Pada waktu itu yang mereka hadapi adalah kekuatan dari aparat keamanan. Entah sengaja atau tidak, sering kali aksi mahasiswa disertai kericuhan. Korban pun berjatuhan, ada yang meninggal dan ada yang terluka.

Baca juga: Mengenang Moses Gatutkaca dan Peristiwa Gejayan pada 8 Mei 1998..

Tragedi berdarah juga menimpa mahasiswa Universitas Trisakti, Jakarta. Sekelompok mahsiswa yang melakukan aksi turun ke jalan harus berhadapan dengan aparat keamanan.

Mediasi sudah dilakukan dengan konsekuensi mahasiswa diminta kembali ke kampus Trisakti. Namun, upaya ini tak sesuai rencana. Terdengar letusan senjata api yang berujung maut bagi empat mahasiswa.

Empat mahasiswa itu ialah Elang Mulia Lesmana, Hafidin Royan, Heri Hartanto, dan Hendriawan Sie. Sementara yang lain mengalami luka-luka.

Ketika peristiwa ini berlangsung, ternyata Soeharto sedang melakukan kunjungannya ke Mesir untuk menghadiri KTT-G15. Di sana, Soeharto menyuarakan aksi perdamaian dan melakukan perjanjian kerja sama dengan beberapa negara anggota G-15.

Presiden Soeharto juga diberikan kesempatan mewakili kepala negara/pemerintahan G-15 menggunting pita meresmikan pameran produk dan proyek G-15.

Namun, kunjungan Soeharto ini tak sesuai dengan rencana, Soeharto balik ke Indonesia sehari lebih cepat. Permasalahan yang dihadapinya jauh lebih besar, yakni aksi mahasiswa yang semakin meluas.

Tragedi Trisakti

Seorang mahasiswa jatuh tergeletak terkena pukulan pasukan anti huru-hara yang berusaha membubarkan aksi unjuk rasa menuntut Presiden Soeharto mundur di depan Kampus Trisakti, Grogol, Jakarta, 12 Mei 1998. Pada aksi tersebut empat mahasiswa Trisakti tewas terkena tembakan. Namun hingga saat ini, kasus tertembaknya mahasiswa Trisakti itu masih belum terungkap meski Komisi Nasional HAM telah merekomendasikan untuk dilakukan pengusutan.KOMPAS/JULIAN SIHOMBING Seorang mahasiswa jatuh tergeletak terkena pukulan pasukan anti huru-hara yang berusaha membubarkan aksi unjuk rasa menuntut Presiden Soeharto mundur di depan Kampus Trisakti, Grogol, Jakarta, 12 Mei 1998. Pada aksi tersebut empat mahasiswa Trisakti tewas terkena tembakan. Namun hingga saat ini, kasus tertembaknya mahasiswa Trisakti itu masih belum terungkap meski Komisi Nasional HAM telah merekomendasikan untuk dilakukan pengusutan.

Dikutip dari harian Kompas yang terbit pada 13 Mei 1998, aksi ini diikuti oleh mahasiswa, dosen, pegawai, dan alumni universitas Trisaksi sekitar pukul 11.00 WIB.

Aksi yang sedianya akan mendengar orasi dari Jenderal Besar AH Nasution tapi tidak jadi datang itu kemudian diisi dengan berbagai orasi dari para guru besar, dosen, dan mahasiswa dalam berbagai bentuk.

Pada pukul 13.00 WIB, peserta aksi keluar dari kampus menuju Jalan S Parman, Grogol, dan hendak menuju gedung MPR/DPR Senayan. Mahasiswi membagikan mawar kepada aparat kepolisian yang berjaga.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya 'Clean and Clear'

Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya "Clean and Clear"

Nasional
Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

Nasional
Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada 'Presidential Club'

Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada "Presidential Club"

Nasional
Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

Nasional
“Presidential Club”, Upaya Prabowo Damaikan Megawati dengan SBY dan Jokowi

“Presidential Club”, Upaya Prabowo Damaikan Megawati dengan SBY dan Jokowi

Nasional
Soal Orang 'Toxic' Jangan Masuk Pemerintahan Prabowo, Jubir Luhut: Untuk Pihak yang Hambat Program Kabinet

Soal Orang "Toxic" Jangan Masuk Pemerintahan Prabowo, Jubir Luhut: Untuk Pihak yang Hambat Program Kabinet

Nasional
Cak Imin Harap Pilkada 2024 Objektif, Tak Ada “Abuse of Power”

Cak Imin Harap Pilkada 2024 Objektif, Tak Ada “Abuse of Power”

Nasional
Tanggal 7 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 7 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Gunung Raung Erupsi, Ma'ruf Amin Imbau Warga Setempat Patuhi Petunjuk Tim Penyelamat

Gunung Raung Erupsi, Ma'ruf Amin Imbau Warga Setempat Patuhi Petunjuk Tim Penyelamat

Nasional
Cak Imin: Bansos Cepat Dirasakan Masyarakat, tapi Tak Memberdayakan

Cak Imin: Bansos Cepat Dirasakan Masyarakat, tapi Tak Memberdayakan

Nasional
Cak Imin: Percayalah, PKB kalau Berkuasa Tak Akan Lakukan Kriminalisasi...

Cak Imin: Percayalah, PKB kalau Berkuasa Tak Akan Lakukan Kriminalisasi...

Nasional
Gerindra Lirik Dedi Mulyadi untuk Maju Pilkada Jabar 2024

Gerindra Lirik Dedi Mulyadi untuk Maju Pilkada Jabar 2024

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati soal Susunan Kabinet, Masinton: Cuma Gimik

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati soal Susunan Kabinet, Masinton: Cuma Gimik

Nasional
Kementerian KP Perkuat Standar Kompetensi Pengelolaan Sidat dan Arwana

Kementerian KP Perkuat Standar Kompetensi Pengelolaan Sidat dan Arwana

Nasional
Bupati Sidoarjo Berulang Kali Terjerat Korupsi, Cak Imin Peringatkan Calon Kepala Daerah Tak Main-main

Bupati Sidoarjo Berulang Kali Terjerat Korupsi, Cak Imin Peringatkan Calon Kepala Daerah Tak Main-main

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com