Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Raja Juli: Ini Jurus Terakhir Prabowo untuk Meraih Simpati Rakyat...

Kompas.com - 26/03/2019, 17:02 WIB
Fabian Januarius Kuwado,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

DUMAI, KOMPAS.com - Wakil Sekretaris Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf Amin, Raja Juli Antoni menyebut, Prabowo Subianto kehabisan cara untuk meraih simpati rakyat.

Oleh sebab itu, calon presiden nomor 02 itu membangun persepsi di masyarakat bahwa dirinya telah menjadi korban penghinaan serta fitnah.

"Pak Prabowo telah kehabisan cara demi meraih simpati rakyat. Ini jurus terakhir kayaknya. Seolah-olah menjadi korban," ujar Antoni kepada Kompas.com pada Selasa (26/3/2019).

Baca juga: Prabowo: Kita Tak Takut Difitnah dan Diintimidasi

Padahal, faktanya tidak demikian. Antoni menyebut, justru Jokowi-lah yang paling sering jadi korban fitnah, penghinaan dan sasaran ujaran kebencian. Bahkan, serangan itu dilakukan secara terstruktur dan masif.

"Siapa pemimpin yang difitnah anti-Islam sih? Siapa pemimpin yang dituding telah kriminalisasi ulama? Siapa sih pemimpin yang difitnah antek asing? Antek aseng?" ujar Antoni.

"Siapa capres yang difitnah akan hapus pendidikan agama? Siapa sih capres yang dibilang melarang azan? Semua adalah Pak Jokowi, bukan Pak Prabowo," lanjut dia.

Wakil Sekretaris TKN Jokowi-Maruf, Raja Juli Antoni, di Sekretariat TKN, Jakarta, Rabu (12/9/2018).KOMPAS.com/Ihsanuddin Wakil Sekretaris TKN Jokowi-Maruf, Raja Juli Antoni, di Sekretariat TKN, Jakarta, Rabu (12/9/2018).

Baca juga: Ketika Jokowi dan Prabowo Mengaku Kerap Dihina dan Difitnah...

Antoni menyebut, aparat keamanan telah memproses hukum beberapa orang yang melakukan fitnah dan penghinaan atas sosok Jokowi. Sementara, hingga kini belum ada tersangka kasus sama dengan korban Prabowo.

Ini merupakan bukti Jokowi-lah yang jadi sasaran fitnah, penghinaan dan ujaran kebencian, bukan Prabowo.

"Tapi rakyat sekarang sudah cerdaslah. Rakyat tahu siapa korban fitnah yang sesungguhnya. Siapa Presiden yang dihina planga plongo dan dungu? Ya rakyat sudah tahu, Jokowi," ujar dia.

Baca juga: BPN: Prabowo Difitnah Selama 21 Tahun dan 2 Kali Kalah Perjuangan, tetapi Jalan Terus

Antoni pun menyarankan Prabowo untuk mencontoh Jokowi yang diam saja tanpa mengeluh atas fitnah itu, dibandingkan memosisikan sebagai korban demi meraih simpati.

Tak hanya Jokowi, Prabowo juga mengaku dirinya sering diejek, dihina dan difitnah oleh pihak-pihak yang tidak menyukainya.

Meski demikian, ia berusaha untuk tidak membalas fitnah tersebut.

"Saya sering diejek, saya sering dihina, saya sering difitnah tapi saya menahan diri. Saya menahan diri, saya serahkan kepada Yang Maha Kuasa, yang benar adalah benar, yang tidak benar adalah tidak benar," ujar Prabowo saat kampanye di Lapangan Mandala, Kabupaten Merauke, Papua, Senin (25/3/2019).

Baca juga: Prabowo: Saya Sering Dihina, Difitnah, tetapi Saya Menahan Diri...

Dari siaran pers yang diterima Kompas.com, Prabowo tak menjelaskan rinci hal yang membuatnya dihina dan difitnah.

Namun, dalam berbagai kesempatan Prabowo sering mengatakan, hinaan dan fitnah itu muncul karena ia sering mengkritik soal arah kebijakan ekonomi, kebocoran anggaran dan mengalirnya hasil kekayaan nasional ke luar negeri.

Ketua Umum Partai Gerindra itu mengajak pendukungnya untuk ikut bersama-sama menjaga persaudaraan meski berbeda pilihan.

Kompas TV Tak banyak yang tahu, Presiden #JokoWidodo memiliki seorang ayah angkat sewaktu bekerja di Aceh tahun 1986 hingga 1989. Jelang #Pilpres ini, sang ayah angkat, #NurdinAmanTursina, meminta jangan ada lagi fitnah kepada Jokowi. Menurut Nurdin yang tinggal di Bener Meriah, Aceh, tidak masalah bagi siapapun untuk tidak memilih Jokowi dalam pilpres mendatang. Ia hanya mengimbau, jangan ada fitnah kepada anak angkatnya itu. Menurut Nurdin, berbagai fitnah yang mengarah kepada anak angkatnya belakangan ini tidak sesuai dengan kepribadian Jokowi yang ia kenal selama ini. Hubungan ayah-anak angkat antara Nurdin dan Jokowi berawal dari perkenalan keduanya saat Jokowi bekerja di pabrik kertas PT KAA di Aceh antara tahun 1986 hingga 1989.Kedekatan hubungan itu berlanjut hingga Jokowi menjadi presiden.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Tanggal 17 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 17 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Putusan MK Diketok 2011, Kenapa DPR Baru Revisi UU Kementerian Negara Sekarang?

Putusan MK Diketok 2011, Kenapa DPR Baru Revisi UU Kementerian Negara Sekarang?

Nasional
Indikator Politik: 90,4 Persen Pemudik Puas dengan Penyelenggaraan Mudik Lebaran Tahun Ini

Indikator Politik: 90,4 Persen Pemudik Puas dengan Penyelenggaraan Mudik Lebaran Tahun Ini

Nasional
Di Sidang Tol MBZ, Pejabat Waskita Mengaku Bikin Proyek Fiktif untuk Penuhi Permintaan BPK Rp 10 Miliar

Di Sidang Tol MBZ, Pejabat Waskita Mengaku Bikin Proyek Fiktif untuk Penuhi Permintaan BPK Rp 10 Miliar

Nasional
Tiba-tiba Hampiri Jokowi, ASN di Konawe Adukan Soal Gaji yang Ditahan Selama 6 Tahun

Tiba-tiba Hampiri Jokowi, ASN di Konawe Adukan Soal Gaji yang Ditahan Selama 6 Tahun

Nasional
TKN Sebut Jokowi Tak Perlu Jadi Dewan Pertimbangan Agung: Beliau Akan Beri Nasihat Kapan pun Prabowo Minta

TKN Sebut Jokowi Tak Perlu Jadi Dewan Pertimbangan Agung: Beliau Akan Beri Nasihat Kapan pun Prabowo Minta

Nasional
ASN yang Tiba-Tiba Hampiri Jokowi di Konawe Ingin Mengadu Soal Status Kepegawaian

ASN yang Tiba-Tiba Hampiri Jokowi di Konawe Ingin Mengadu Soal Status Kepegawaian

Nasional
Khofifah Sebut Jokowi Minta Forum Rektor Bahas Percepatan Indonesia Emas 2045

Khofifah Sebut Jokowi Minta Forum Rektor Bahas Percepatan Indonesia Emas 2045

Nasional
Presiden Jokowi Serahkan Bantuan Pangan bagi Masyarakat di Kolaka Utara

Presiden Jokowi Serahkan Bantuan Pangan bagi Masyarakat di Kolaka Utara

Nasional
Ditanya Bakal Ikut Seleksi Capim KPK, Nawawi: Dijawab Enggak Ya?

Ditanya Bakal Ikut Seleksi Capim KPK, Nawawi: Dijawab Enggak Ya?

Nasional
Soal Revisi UU MK, Pengamat: Rapat Diam-diam adalah Siasat DPR Mengecoh Publik

Soal Revisi UU MK, Pengamat: Rapat Diam-diam adalah Siasat DPR Mengecoh Publik

Nasional
Pertamina Gandeng JCCP untuk Hadapi Tantangan Transisi Energi

Pertamina Gandeng JCCP untuk Hadapi Tantangan Transisi Energi

Nasional
Imbas Kecelakaan di Subang, Muhadjir: Jangan Menyewa Bus Kecuali Betul-betul Bisa Dipercaya

Imbas Kecelakaan di Subang, Muhadjir: Jangan Menyewa Bus Kecuali Betul-betul Bisa Dipercaya

Nasional
Antisipasi Rumor, Fahira Idris Minta Penyelenggara dan Legislator Klarifikasi Penerapan KRIS secara Komprehensif

Antisipasi Rumor, Fahira Idris Minta Penyelenggara dan Legislator Klarifikasi Penerapan KRIS secara Komprehensif

Nasional
Kenaikan Beras Tak Setinggi Negara Lain, Jokowi: Patut Disyukuri Lho...

Kenaikan Beras Tak Setinggi Negara Lain, Jokowi: Patut Disyukuri Lho...

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com