Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Capres dan Cawapres Diminta Bahas Tuntas Persoalan Hukum dan HAM

Kompas.com - 06/03/2019, 09:19 WIB
Devina Halim,
Krisiandi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Lokataru Foundation Haris Azhar menilai kedua pasangan calon presiden dan calon wakil presiden tidak membahas persoalan hukum dan hak asasi manusia (HAM) secara menyeluruh.

Hal itu disampaikan Haris dalam acara diskusi bertajuk "Mafia Hukum, Tema yang Hilang dari Perdebatan Pemilu Capres", di Pusat Dakwah Muhammadiyah, Jakarta Pusat, Selasa (5/3/2019).

"Karena saya bekerja di bidang hukum, bidang HAM, saya lihat dua pasangan ini, terutama capresnya, punya persoalan serius, terutama di hukum dan HAM," ungkap Haris.

Calon presiden petahana Joko Widodo, menurut Haris, tak memiliki agenda reformasi hukum yang efektif.

Baca juga: Kuasa Hukum Sebut Rasilu Membelokkan Becaknya agar Tidak Terserempet Mobil

Ia menyinggung program memperlancar perizinan dalam agenda kebijakan reformasi hukum Jokowi. Haris mempertanyakan siapa pihak yang diuntungkan dari kemudahan perizinan usaha tersebut.

Kemudian, ia juga menyindir keputusan presiden untuk membangun lapas. Haris menuturkan, program tersebut tak akan memberikan solusi.

"Misal orang sedikit-sedikit dipenjara karena tidak ada sistem jaminan. Ya mestinya presiden mendorong, inisiatif, proaktif, untuk mendorong sistem hukum pidana bukan gedung," jelasnya.

Sementara itu, Haris berpandangan bahwa calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto tak bisa menjelaskan gagasannya dalam bidang hukum dan HAM.

Baca juga: Jaksa Masuk Sekolah, Berikan Penyuluhan Hukum soal Bullying dan UU ITE

Pegiat HAM ini menilai Prabowo Subianto dan pasangannya, Sandiaga Uno, hanya membicarakan sebagian kecil dari aspek hukum. Pasangan nomor urut 02 itu hanya membahas soal pihak yang berasal dari kubunya yang harus berurusan dengan hukum.

Menurutnya, hal itu dikarenakan problem hukum yang dimiliki Prabowo terkait kasus HAM.

"Kalau bicara hukum hanya bicara pendukungnya saja. Kriminalisasi, kriminalisasi terhadap oposisi. Oposisi berapa jumlahnya, ada penggunaan hukum yang buruk itu bukan masalah 01 dan 02, Prabowo-Sandi ini juga tidak bisa mengilustrasikan dan tidak bisa menjawab apa gagasan dia," tutur dia.

Hal-hal tersebut dinilainya harus dibahas secara menyeluruh oleh kedua paslon karena merupakan bagian dari konstitusi.

"Agenda hukum dan HAM harus dibahas tuntas karena itu bagian dari konstitusi," ucap Haris.

Kompas TV Ketua Umum Partai Nasdem #SuryaPaloh angkat bicara perihal tudingan terhadap calegnya berinisial L yang disebut sebagai perempuan yang berada satu kamar bersama #AndiArief saat penggerebekan. Partai #Nasdem menegaskan bahwa kabar itu tidak benar.Kini Surya Paloh mempersilakan jika partainya memutuskan menempuh jalur hukum untuk menindaklanjuti tudingan itu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

PPATK Catat Perputaran Dana terkait Pemilu 2024 Senilai Rp 80,1 T

PPATK Catat Perputaran Dana terkait Pemilu 2024 Senilai Rp 80,1 T

Nasional
Anggota DPR Sebut PPATK Macan Ompong karena Laporan Tak Ditindaklanjuti Penegak Hukum

Anggota DPR Sebut PPATK Macan Ompong karena Laporan Tak Ditindaklanjuti Penegak Hukum

Nasional
KPK Sebut Kasus Bansos Presiden Terungkap Saat OTT Kemensos yang Seret Juliari

KPK Sebut Kasus Bansos Presiden Terungkap Saat OTT Kemensos yang Seret Juliari

Nasional
PDN Diretas, Ombudsman: Yang Produksi Ransomware Ini Harus Dicari dan Ditangkap

PDN Diretas, Ombudsman: Yang Produksi Ransomware Ini Harus Dicari dan Ditangkap

Nasional
KPK Duga Pengadaan Lahan di Rorotan oleh Perumda Sarana Jaya Rugikan Negara Rp 200 Miliar

KPK Duga Pengadaan Lahan di Rorotan oleh Perumda Sarana Jaya Rugikan Negara Rp 200 Miliar

Nasional
Kasus Rekayasa Jual Beli Emas Budi Said, Kejagung Periksa 3 Pegawai Pajak

Kasus Rekayasa Jual Beli Emas Budi Said, Kejagung Periksa 3 Pegawai Pajak

Nasional
Menko PMK Sebut Pinjamkan Nomor Rekening ke Pelaku Judi 'Online' Bisa Dipidana

Menko PMK Sebut Pinjamkan Nomor Rekening ke Pelaku Judi "Online" Bisa Dipidana

Nasional
Satgas Kantongi Identitas Pemain Judi Online, Bandar Belum Jadi Prioritas

Satgas Kantongi Identitas Pemain Judi Online, Bandar Belum Jadi Prioritas

Nasional
PKS Usung Anies-Sohibul Iman di Pilkada Jakarta, Tutup Peluang Cawagub dari Nasdem atau PDI-P?

PKS Usung Anies-Sohibul Iman di Pilkada Jakarta, Tutup Peluang Cawagub dari Nasdem atau PDI-P?

Nasional
Sudahi Manual, Waktunya Rekapitulasi Pemilu Elektronik

Sudahi Manual, Waktunya Rekapitulasi Pemilu Elektronik

Nasional
Menko PMK Minta Warga Waspadai Penyalahgunaan Rekening untuk Judi 'Online'

Menko PMK Minta Warga Waspadai Penyalahgunaan Rekening untuk Judi "Online"

Nasional
Saksi Ungkap Perubahan Konstruksi Tol MBZ dari Beton Jadi Baja untuk Bantu Industri Baja Nasional

Saksi Ungkap Perubahan Konstruksi Tol MBZ dari Beton Jadi Baja untuk Bantu Industri Baja Nasional

Nasional
Pendidikan dan Penguatan Demokrasi

Pendidikan dan Penguatan Demokrasi

Nasional
Divonis 9 Tahun Penjara di Kasus LNG, Karen Agustiawan Banding

Divonis 9 Tahun Penjara di Kasus LNG, Karen Agustiawan Banding

Nasional
Jokowi Kunker ke Kalimantan Tengah untuk Cek Bantuan Pompa Air

Jokowi Kunker ke Kalimantan Tengah untuk Cek Bantuan Pompa Air

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com