Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kepala BNPT Sebut Banyak Negara Belajar dari Indonesia soal Menangkal Terorisme

Kompas.com - 14/02/2019, 15:10 WIB
Christoforus Ristianto,
Krisiandi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Suhardi Alius menyebut banyak negara-negara yang belajar dari Indonesia terkait penggunaan soft power approach dalam deradikalisasi terorisme.

"Soft power approach yang kita lakukan di Indonesia ternyata dikenal oleh dunia. Makannya banyak negara lain yang belajar sama kita bagaimana metode ini bisa menanggulangi terorisme," ujar Suhardi di Auditorium Lemhanas, Jakarta Pusat, Kamis (14/2/2019).

Suhardi mencontohkan, soft power approach yang pernah dilakukan BNPT seperti pembangunan masjid dan ruang belajar di Pondok Pesantren Al-Hidayah, Deli Serdang, Sumatra Utara, yang diasuh mantan teroris Khairul Ghazali.

Baca juga: Di Peluncuran Buku Suhardi Alius, Ali Imron Bicara soal Deradikalikasi oleh BNPT

Kemudian mendatangi Yayasan Lingkar Perdamaian di Lamongan, Jawa Timur, kampung dari terpidana mati kasus terorisme Bom Bali, Amrozi, untuk menyosialisasikan deradikalisasi terorisme.

"Kami juga pernah mempertemukan 100 mantan narapidana teroris dan keluarga korban dalam satu forum bertajuk “Silaturahmi Kebangsaan” yang bertujuan untuk saling memaafkan dan menghapus sejarah kelam masa lalu," ungkap Suhardi.

"Program itu merupakan cara baru dalam menangkal terorisme. Kalau hanya hard approach saja tidak akan menyelesaikan masalah," sambungnya.

Baca juga: Intelijen TNI di Daerah Diharapkan Merespons Ancaman Terorisme dengan Cepat dan Tepat

Kendati demikian, Suhardi menegaskan hard approach kepada teroris juga tetap dilakukan oleh aparat secara proporsional.

Sebab, menurutnya, terorisme muncul dengan beragam propaganda, manipulasi, bahkan yang berkedok agama.

"Motif ideologi dan kepentingan menyebabkan mereka rela membunuh manusia dengan biadab, memamerkan kebrutalan, dan tanpa hati nurani," tegas Suhardi.

Kompas TV Hingga saat ini belum ada kepatian mengenai siapa identitas pelaku bom bunuh diri di Sulu, Filipina, beberapa hari lalu. Meski demikian, otoritas Filipina meyakini adanya keterlibatan Warga Negara Indonesia dalam insiden yang menewaskan 23 orang. Namun, hingga kini belum ada hasil uji DNA dan rekaman CCTV di lokasi ledakan yang menyatakan kedua pelaku adalah WNI.<br /> <br /> Lalu, seberapa besar keterlibatan WNI dalam insiden bom di Filipina ini? Apa yang melandasi keyakinan otoritas Filipina bahwa ada keterlibatan WNI? Simak dialognya bersama Analis Intelijen dan Terorisme Universitas Indonesia, Ridlwan Habib.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

“Oposisi” Masyarakat Sipil

“Oposisi” Masyarakat Sipil

Nasional
Soal Pernyataan Prabowo, Pengamat: Ada Potensi 1-2 Partai Setia pada Jalur Oposisi

Soal Pernyataan Prabowo, Pengamat: Ada Potensi 1-2 Partai Setia pada Jalur Oposisi

Nasional
Pakar Nilai Ide KPU soal Caleg Terpilih Dilantik Usai Kalah Pilkada Inkonstitusional

Pakar Nilai Ide KPU soal Caleg Terpilih Dilantik Usai Kalah Pilkada Inkonstitusional

Nasional
Pakar Pertanyakan KPU, Mengapa Sebut Caleg Terpilih Tak Harus Mundur jika Maju Pilkada

Pakar Pertanyakan KPU, Mengapa Sebut Caleg Terpilih Tak Harus Mundur jika Maju Pilkada

Nasional
Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Ogah Kerja Sama, Gerindra: Upaya Rangkul Partai Lain Terus Dilakukan

Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Ogah Kerja Sama, Gerindra: Upaya Rangkul Partai Lain Terus Dilakukan

Nasional
Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Gerindra Pastikan Tetap Terbuka untuk Kritik

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Gerindra Pastikan Tetap Terbuka untuk Kritik

Nasional
Kabinet Prabowo: Antara Pemerintahan Kuat dan Efektif

Kabinet Prabowo: Antara Pemerintahan Kuat dan Efektif

Nasional
Gerindra Jelaskan Maksud Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Tak Mau Kerja Sama

Gerindra Jelaskan Maksud Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Tak Mau Kerja Sama

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

Nasional
Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Nasional
Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Nasional
Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Nasional
Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Nasional
Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com