Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menurut Prabowo, Saat Ini Banyak Media Massa Beritakan Kebohongan

Kompas.com - 05/12/2018, 15:19 WIB
Kristian Erdianto,
Sandro Gatra

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto merasa, saat ini tengah terjadi upaya untuk memanipulasi demokrasi.

Prabowo menyebut, ada pihak-pihak yang memiliki uang dan berupaya untuk menyuap seluruh lapisan masyarakat. Dari mulai partai politik hingga para pejabat.

Sementara uang yang digunakan untuk menyuap itu, kata dia, berasal dari praktik korupsi.

Namun, Prabowo tidak menyebut siapa saja pihak yang dimaksud dan memaparkan fakta soal tuduhannya.

"Ada upaya, menurut saya, upaya besar untuk memanipulasi demokrasi di Indonesia. Dengan uang yang besar, uang yang didapat dari praktik yang tidak benar, kasarnya uang yang mereka dapat dari mencuri uang rakyat Indonesia," ujar Prabowo saat berpidato pada acara peringatan Hari Disabilitas Internasional, di Hotel Sahid Jaya, Jakarta, Rabu (5/12/2018).

"Dengan uang itu mereka mau menyogok semua lapisan bangsa Indonesia. Partai politik semua dibeli. pejabat-pejabat dibeli. Rakyat mau dibohongi," kata Prabowo.

Baca juga: Prabowo Sebut Banyak Media Jadi Bagian Upaya Manipulasi Demokrasi

Prabowo kemudian menuduh banyak media massa yang ingin mencuci otak masyarakat dengan memberitakan kebohongan.

Namun, ia tidak menyebut nama media dan menjelaskan soal berita bohong yang dia maksud.

"Rakyat mau dicuci otaknya dengan pers yang terus terang saja banyak bohongnya daripada benarnya," kata dia.

Ketua Umum Partai Gerindra itu lalu mengkritik banyaknya media massa yang tidak memberitakan acara Reuni 212 yang digelar di Lapangan Monumen Nasional (Monas), Jakarta Pusat, pada Minggu (2/12/2018) lalu.

Baca juga: 5 Fakta Aksi Reuni 212, Prabowo Tak Bicara Politik hingga Nama Gus Sholah Dicatut

Ia juga mempersoalkan pemberitaan yang menyebut jumlah peserta Reuni 212 hanya mencapai sekitar 15.000 orang. Padahal, klaim Prabowo, peserta yang hadir mencapai 11 juta orang.

"Tiap hari ada kira-kira 5 sampai 8 koran yang datang ke tempat saya. Saya mau melihat bohong apalagi nih. Saya hanya mau lihat itu. Kebohongan apalagi yang mereka cetak," kata dia.

"Dan puncaknya adalah kemarin hari minggu. Mereka menelanjangi diri mereka di hadapan rakyat Indonesia. Ada belasan juta mereka tidak mau melaporkan," ucap Prabowo tanpa menjelaskan lebih jauh soal tuduhannya itu.

Kemudian nada bicara Prabowo sempat meninggi. Bagi Prabowo, para wartawan yang tidak menyebut jumlah peserta reuni 212 adalah 11 juta orang, mereka tak berhak menyandang predikat sebagai jurnalis.

Namun, dalam pidatonya, Prabowo tidak menjelaskan dari mana angka 11 juta orang tersebut.

"Saya tidak mengakui Anda sebagai jurnalis. Saya sarankan kalian tidak usah hormat sama mereka lagi. Mereka hanya anteknya orang yang ingin hancurkan Republik Indonesia," kata Prabowo.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ada Gugatan Perdata dan Pidana, KPK Mengaku Harus Benar-benar Kaji Perkara Eddy Hiariej

Ada Gugatan Perdata dan Pidana, KPK Mengaku Harus Benar-benar Kaji Perkara Eddy Hiariej

Nasional
Jokowi Resmikan Modeling Budi Daya Ikan Nila Salin di Karawang

Jokowi Resmikan Modeling Budi Daya Ikan Nila Salin di Karawang

Nasional
Jokowi Naik Heli ke Karawang, Resmikan Tambak Ikan Nila dan Cek Harga Pangan

Jokowi Naik Heli ke Karawang, Resmikan Tambak Ikan Nila dan Cek Harga Pangan

Nasional
Sidang SYL, KPK Hadirkan Direktur Pembenihan Perkebunan Jadi Saksi

Sidang SYL, KPK Hadirkan Direktur Pembenihan Perkebunan Jadi Saksi

Nasional
Proyek Jet Tempur KF-21 Boramae dengan Korsel yang Belum Capai Titik Temu…

Proyek Jet Tempur KF-21 Boramae dengan Korsel yang Belum Capai Titik Temu…

Nasional
Indonesia Kecam Serangan Israel ke Rafah, Minta PBB Bertindak

Indonesia Kecam Serangan Israel ke Rafah, Minta PBB Bertindak

Nasional
Ganjar dan Anies Pilih Oposisi, Akankah PDI-P Menyusul?

Ganjar dan Anies Pilih Oposisi, Akankah PDI-P Menyusul?

Nasional
Kata Gibran soal Urgensi Adanya Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis

Kata Gibran soal Urgensi Adanya Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis

Nasional
Riwayat Gus Muhdlor: Hilang Saat OTT, Beralih Dukung Prabowo, Akhirnya Tetap Ditahan KPK

Riwayat Gus Muhdlor: Hilang Saat OTT, Beralih Dukung Prabowo, Akhirnya Tetap Ditahan KPK

Nasional
Cek Hotel dan Bus Jemaah Haji, Menag: Semua Baik

Cek Hotel dan Bus Jemaah Haji, Menag: Semua Baik

Nasional
Menerka Peluang Anies dan Ahok Berduet pada Pilkada DKI Jakarta

Menerka Peluang Anies dan Ahok Berduet pada Pilkada DKI Jakarta

Nasional
Gibran Sebut Ada Pembahasan soal Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis, tapi Belum Final

Gibran Sebut Ada Pembahasan soal Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis, tapi Belum Final

Nasional
Pengamat: Jangankan 41, Jadi 100 Kementerian Pun Tak Masalah asal Sesuai Kebutuhan

Pengamat: Jangankan 41, Jadi 100 Kementerian Pun Tak Masalah asal Sesuai Kebutuhan

Nasional
Utak-atik Strategi Jokowi dan Gibran Pilih Partai Politik, PSI Pasti Dicoret

Utak-atik Strategi Jokowi dan Gibran Pilih Partai Politik, PSI Pasti Dicoret

Nasional
Gibran Lebih Punya 'Bargaining' Gabung Partai Usai Dilantik Jadi Wapres

Gibran Lebih Punya "Bargaining" Gabung Partai Usai Dilantik Jadi Wapres

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com