Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Jokowi yang Tahu Warga Dukung atau Tidak dari Berjabat Tangan

Kompas.com - 12/11/2018, 10:53 WIB
Fitria Chusna Farisa,
Krisiandi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com — Presiden Joko Widodo menceritakan perjalanan politiknya dari mulai pertama kali mengikuti pilkada di Solo hingga menjadi presiden.

Di hadapan Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Grace Natalie dan kader serta simpatisan PSI yang hadir dalam acara peringatan HUT Ke-4 PSI, Jokowi berpidato dan membagikan cerita tentang metode dalam berkampanye.

Cerita itu dimulai dari Pilkada 2004, saat tak banyak orang mengenal Jokowi, ia melakukan metode door to door. Ia menemui warga dari pintu satu ke pintu lainnya.

"Door to door ke pintu-pintu. Pagi sampai tengah malam, pagi sampai subuh, terus seperti itu, tapi dapatnya cuma 37 persen. Enggak apa-apa, tapi yang penting menang," kata Jokowi disambut tepuk tangan dan tawa dari para hadirin di Indonesian Convention Exhibition (ICE), BSD City, Tangerang, Banten, Minggu (11/11/2018) malam.

Baca juga: Jokowi Sebut Ada Pihak yang Berusaha Menakut-Nakuti Rakyat Indonesia

Memasuki pilkada selanjutnya, ia didorong untuk maju sebagai calon gubernur DKI Jakarta. Jokowi bercerita, awalnya ia enggan untuk mencalonkan diri. Saat itu ia ingin berniat kembali ke dunia usaha.

Tetapi, karena dorongan yang kuat dari berbagai pihak, Jokowi akhirnya yakin untuk bertarung di Pilkada DKI.

Ia pun melakukan metode kampanye yang dia sebut tak biasa. Jokowi tak ingin berkampanye dengan cara mengumpulkan massa di gedung dan mengeluarkan banyak uang sehingga metode door to door kembali ia terapkan.

Tapi, kali ini metode tersebut semakin ia perdalam. Usai mengunjungi warga, Jokowi menyalami mereka. Dengan bersalaman, Jokowi mengaku bisa merasakan apakah warga tersebut mendukungnya atau belum.

"Dari pintu ke pintu saya menjelaskan apa yang sudah saya lakukan. Di Solo ada kartu sehat, ada kartu pintar juga, pembangunan infrastruktur di kampung, ada pembangunan pasar, itu yang saya ceritakan berulang-ulang. Keluar (dari rumah warga) saya salami," kenang Jokowi.

"Waktu saya salaman, saya sudah bisa merasakan mana (warga) yang dukung, mana yang enggak," sambungnya.

Jokowi juga mengatakan bisa merasakan warga yang masih ragu untuk mendukungnya dari hanya bersalaman. Kepada warga yang masih ragu itu, Jokowi berusaha untuk lebih meyakinkan lagi.

Cara yang demikian, kata Jokowi, bisa membawa dia akhirnya menduduki kursi pemerintahan tertinggi sebagai Presiden.

Selanjutnya, kepada seluruh kader dan simpatisan PSI yang hadir Jokowi berpesan supaya mereka melakukan hal yang sama. Apalagi, kader dan simpatisan PSI cenderung masih muda dan punya tenaga berlebih.

"Saya juga ingin Bro dan Sis melakukan itu, dari pintu ke pintu, door to door. Pertama biaya murah, yang kedua kita bisa silaturahim dengan masyarakat, bisa menyampaikan dengan apa yang kita kerjakan, apa yang menjadi visi," ujar Jokowi.

Baca juga: Ketua Umum PSI: Kami Akan Jaga Jokowi dari Para Politisi Hitam

Bahkan, Jokowi juga ingin supaya dalam door to door-nya kader dan simpatisan PSI ikut menerapkan metode yang sama dengan kampanyenya, menyalami warga dan merasakan dukungan warga.

"Dari hati ke hati, dari pintu ke pintu, door to door. Tapi keluar dari situ jangan lupa disalami dan dirasakan, orang itu sudah mendukung belum," kata dia.

Selain Presiden Jokowi, hadir dalam acara tersebut Menko Polhukam Wiranto, Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly, Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Erick Tohir, dan Sekretaris Jenderal (Sekjen) PSI Raja Juli Antoni. Hadir pula kader dan simpatisan PSI dari berbagai daerah di Indonesia.

Kompas TV Partai Gerindra menilai wajar pernyataan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono tentang keuntungan parpol yang kadernya menjadi capres atau cawapres. Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Ferry Juliantono menyatakan meski diuntungkan dengan munculnya kader menjadi capres atau cawapres tetap saja kinerja dari mesin parpol untuk pemenangan para caleg. Ferry menambahkan faktor sang caleg juga berperan penting bersama mesin parpol untuk mendulang suara masyarakat di pemilu. Sekjen Partai Persatuan Pembangunan, Arsul Sani mengaku apa yang dialami Partai Demokrat juga dirasakan oleh PPP. Sebagai parpol yang kadernya tidak diusung sebagai capres-cawapres PPP merasa perlu kerja ekstra untuk merebut suara di pemilihan legislatif. Meski demikian Arsul Sani mengklaim partai yang tergabung dalam Koalisi Indonesia Kerja mendapatkan keuntungan elektabilitas dari pasangan Jokowi dan Ma'ruf Amin.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Nasional
Pakar Ungkap 'Gerilya' Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Pakar Ungkap "Gerilya" Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Nasional
Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Nasional
Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Nasional
Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Nasional
'Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit'

"Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit"

Nasional
Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Nasional
PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

Nasional
Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Nasional
Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Nasional
Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Nasional
Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Nasional
KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

Nasional
TNI AL Ketambahan 2 Kapal Patroli Cepat, KRI Butana-878 dan KRI Selar-879

TNI AL Ketambahan 2 Kapal Patroli Cepat, KRI Butana-878 dan KRI Selar-879

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com