JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy meminta agar kurikulum dan pola pendidikan calon-calon guru agama di berbagai perguruan tinggi dievaluasi.
Hal itu menyusul temuan guru yang memiliki opini intoleransi dan radikal yang tinggi menurut hasil survei Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang dirilis ke publik belum lama ini.
"Tentu kita juga tidak berharap justru bibit-bibit sikap dan perilaku negatif dalam beragama itu bersumber dari para guru agama," kata Mendikbud kepada Kompas.com, Jakarta, Jumat (19/10/2018).
"Mungkin ada baiknya dikaji apakah kurikulum dan pola pendidikan calon-calon guru agama di IAIN, UIN atau STAIN yang diterapkan selama ini ada yang salah atau tidak," sambung dia.
Baca juga: Kaji Kurikulum Pendidikan Agama, Kemendikbud Libatkan Kemenag
Mendikbud menyakini, opini intoleransi dan radikal pada para guru sekolah dasar hingga sekolah menengah pasti ada penyebabnya.
Bukan tak mungkin, Mendikbud menilai, salah satunya akibat adanya kesalahan kurikulum atau pola pendidikan di perguruan tinggi pencetak guru.
Ke depan, Muhadjir berharap para guru agama juga berperan aktif tak hanya mengajar kepada siswa, namun juga memberikan pencerahan kepada guru lainnya soal sikap toleransi.
Oleh karena itulah, saat ini Kemendikbud ikut melibatkan Kementerian Agama untuk mencari solusi atas persoalan opini intoleransi di kalangan guru.
"Pembinaan guru dan kurikulum pendidikan agama di sekolah itu di bawah Kementerian Agama," kata dia.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.