Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Andi Mallarangeng: AHY Mirip Soekarno-Hatta

Kompas.com - 30/07/2018, 16:38 WIB
Sandro Gatra

Editor

Sumber Antara

JAKARTA, KOMPAS.com - Politisi Partai Demokrat Andi Alfian Mallarangeng menyebut figur Komandan Satuan Tugas Bersama (Kogasma) Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono mirip dengan sosok pendiri bangsa Soekarno dan Mohammad Hatta, yang pada masanya masing-masing memikul harapan rakyat atas perubahan.

"AHY, Bung Karno, Bung Hatta, mirip. Pada masanya masing-masing menjadi harapan rakyat. Rakyat menempatkan harapan kepada orang-orang muda karena orang muda paham tentang perubahan penting yang perlu diadopsi bangsa," ujar Andi Mallarangeng dalam acara Deklarasi Relawan Nasional Cakra AHY, di Jakarta, Senin (30/7/2018), seperti dikutip Antara.

Baca juga: Ruhut: Kalau AHY Cuma Jadi Menteri, Mending Gabung sama Jokowi

Andi mengatakan, pada saat Soekarno dan Hatta mendeklarasikan berdirinya Republik Indonesia, usia kedua tokoh itu masing-masing 44 dan 43 tahun.

Sementara AHY tanggal 10 Agustus 2018 berusia 40 tahun.

"Jadi mirip-mirip. Memang harus ada perwakilan orang muda dalam kepemimpinan nasional," jelas mantan terpidana kasus korupsi proyek Hambalang tersebut.

Andi menekankan jumlah kaum milenial di bawah 40 tahun sebesar 52 persen.

Baca juga: Prabowo: AHY Jadi Cawapres, Kenapa Tidak?

Kaum muda ini melihat masa depan sebagai hak mereka, sehingga mereka menempatkan harapan pada sosok calon pemimpin muda.

"Masa depan tidak bisa ditunggu sebagai warisan, tapi harus direbut," ujarnya.

Sementara itu, AHY mengatakan, ekspektasi atau harapannya dalam Pilpres 2019 harus disesuaikan dengan realitas politik saat ini. 

"Saya tentu sama seperti kader Demokrat lain. Saya juga yakin partai-partai lain juga mempunyai harapan kader-kadernya bisa mendapat peran baik, apakah itu dalam posisi cawapres. Tapi ekspektasi itu tentu harus disesuaikan realitas politik," ujar AHY.

Baca juga: Soal Cawapres, AHY Lihat Realitas Politik

AHY mengatakan, yang dapat dilakukannya bersama Partai Demokrat saat ini adalah membuka komunikasi seluas-luasnya untuk melihat apakah ekspektasi yang ada sesuai dengan realitas politik atau tidak.

"Apakah nanti ekspektasi ini sesuai dengan apa yang ditampilkan sejumlah lembaga survei terkait elektabilitas, di mana nama AHY sebagai salah satu alternatif dan saya bersyukur sekali atas hal itu," kata AHY.

AHY menekankan, dirinya saat ini terus berupaya mempersiapkan diri menghadapi segala macam skenario yang mungkin akan dihadapinya nanti.

"Saya tidak pernah tahu takdir Tuhan. Apakah saya ditakdirkan berkompetisi, atau jalan lain, yang jelas saya terus berjuang, berikhtiar," jelasnya.

Demokat kemungkinan besar berkoalisi dengan Gerindra dalam Pilpres 2019. Ketua Umum Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono menyerahkan sepenuhnya penentuan cawapres kepada calon presiden Prabowo Subianto.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Disebut Sewa Influencer untuk Jadi Buzzer, Bea Cukai Berikan Tanggapan

Disebut Sewa Influencer untuk Jadi Buzzer, Bea Cukai Berikan Tanggapan

Nasional
Profil Eko Patrio yang Disebut Calon Menteri, Karier Moncer di Politik dan Bisnis Dunia Hiburan

Profil Eko Patrio yang Disebut Calon Menteri, Karier Moncer di Politik dan Bisnis Dunia Hiburan

Nasional
PDI-P Bukan Koalisi, Gibran Dinilai Tak Tepat Konsultasi soal Kabinet ke Megawati

PDI-P Bukan Koalisi, Gibran Dinilai Tak Tepat Konsultasi soal Kabinet ke Megawati

Nasional
Jokowi Resmikan Program Pendidikan Dokter Spesialis Berbasis Rumah Sakit

Jokowi Resmikan Program Pendidikan Dokter Spesialis Berbasis Rumah Sakit

Nasional
Bawaslu Papua Tengah Telat Masuk Sidang dan Tak Dapat Kursi, Hakim MK: Kalau Kurang, Bisa Dipangku

Bawaslu Papua Tengah Telat Masuk Sidang dan Tak Dapat Kursi, Hakim MK: Kalau Kurang, Bisa Dipangku

Nasional
Sengketa Pileg di Papua Tengah, MK Soroti KPU Tak Bawa Bukti Hasil Noken

Sengketa Pileg di Papua Tengah, MK Soroti KPU Tak Bawa Bukti Hasil Noken

Nasional
Dilema Prabowo Membawa Orang 'Toxic'

Dilema Prabowo Membawa Orang "Toxic"

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi soal Kabinet ke Megawati, Pengamat: Harus Koordinasi dengan Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi soal Kabinet ke Megawati, Pengamat: Harus Koordinasi dengan Prabowo

Nasional
Soal Kabinet Prabowo-Gibran, Pengamat Ingatkan Bukan Sekadar Bagi-bagi Kekuasaan

Soal Kabinet Prabowo-Gibran, Pengamat Ingatkan Bukan Sekadar Bagi-bagi Kekuasaan

Nasional
Sidang Perdana Praperadilan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Digelar Hari Ini

Sidang Perdana Praperadilan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Digelar Hari Ini

Nasional
Menakar Siapa Orang 'Toxic' yang Dimaksud Luhut, Lebih Relevan ke Kubu 01?

Menakar Siapa Orang "Toxic" yang Dimaksud Luhut, Lebih Relevan ke Kubu 01?

Nasional
Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

Nasional
SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

Nasional
'Presidential Club', 'Cancel Culture', dan Pengalaman Global

"Presidential Club", "Cancel Culture", dan Pengalaman Global

Nasional
Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili dalam Kasus Gratifikasi dan TPPU

Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili dalam Kasus Gratifikasi dan TPPU

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com