Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Imbauan NTMC Polri soal "Rest Area" dan Bahu Jalan Saat Mudik Lebaran

Kompas.com - 12/06/2018, 12:38 WIB
Reza Jurnaliston,
Bayu Galih

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Fasilitas tempat istirahat di dalam jalan tol atau rest area sering dimanfaatkan oleh para pemudik untuk melepas lelah di tengah perjalanan.

Meski demikian, rest area juga diidentifikasi menjadi titik rawan kemacetan saat mudik Lebaran 2018.

"Beberapa kali terjadi melebihi kapasitas yang ada di rest area. Pemudik memaksakan untuk masuk sehingga antre di belakang," ujar Kepala Posko Pemantau Arus Mudik 2018, Kombes Eddy di kantor NTCM Polri, Jakarta, Selasa(12/6/2018).

"Kalau sudah mengantre di belakang, maka mengganggu arus yang mau lurus, otomatis mengganggu," kata Eddy.

Baca juga: Polisi Akan Disiagakan untuk Cegah Pemudik Menumpuk di "Rest Area"

Eddy juga menyarankan kepada pemudik apabila rest area sudah penuh, maka tidak perlu masuk. Pemudik diimbau meneruskan perjalanannya.

"Kami mohon kepada pemudik kalau memang rest area sudah penuh silakan meneruskan, berhenti pada rest area selanjutnya," kata dia.

Pemudik, lanjut Eddy, juga tidak diperkenankan berhenti untuk istirahat di bahu jalan, terutama jalan tol. Secara aturan, hal itu sangat tidak diperbolehkan, karena berbahaya buat diri sendiri dan juga pengendara lain.

"Tidak boleh para pemudik itu berhenti di bahu jalan tol sembarangan. Karena pertama pasti tidak aman, yang kedua akan menggangu kendaraan yang akan melakukan perjalanan," ucap Eddy.

Selain itu, jika terjadi kemacetan di rest area, kata Eddy, polisi telah mempersiapkan rekayasa lalu lintas sebagai antisipasi. Salah satu bentuk antisipasi adalah buka-tutup ruas jalan.

"Disamping itu ada anggota yang melakukan patroli di dalam rest area agar yang sudah selesai istirahat melanjutkan perjalanan, dan diisi oleh yang berikutnya," kata Eddy.

Kompas TV Diprediksi mulai Senin (11/6) malam hingga hari raya peningkatan kepadatan akan terjadi di tol Surabaya-Mojokerto
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

JK: Pelanggar UU Lebih Tidak Boleh Masuk Pemerintahan Ketimbang Orang 'Toxic'

JK: Pelanggar UU Lebih Tidak Boleh Masuk Pemerintahan Ketimbang Orang "Toxic"

Nasional
Tanggapi Luhut soal Orang 'Toxic', Anies: Saya Hindari Diksi Merendahkan atas Perbedaan Pandangan

Tanggapi Luhut soal Orang "Toxic", Anies: Saya Hindari Diksi Merendahkan atas Perbedaan Pandangan

Nasional
Profil Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor, Dulu Antikorupsi, Kini Ditahan KPK

Profil Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor, Dulu Antikorupsi, Kini Ditahan KPK

Nasional
Buru WN Nigeria di Kasus Email Bisnis Palsu, Bareskrim Kirim 'Red Notice' ke Interpol

Buru WN Nigeria di Kasus Email Bisnis Palsu, Bareskrim Kirim "Red Notice" ke Interpol

Nasional
Sama Seperti Ganjar, Anies Berencana Berada di Luar Pemerintahan

Sama Seperti Ganjar, Anies Berencana Berada di Luar Pemerintahan

Nasional
Anggap 'Presidential Club' Prabowo Positif, Jusuf Kalla: di Seluruh Dunia Ada

Anggap "Presidential Club" Prabowo Positif, Jusuf Kalla: di Seluruh Dunia Ada

Nasional
Dituntut 1 Tahun Penjara Kasus Pencemaran Nama Ahmad Sahroni, Adam Deni Ajukan Keberatan

Dituntut 1 Tahun Penjara Kasus Pencemaran Nama Ahmad Sahroni, Adam Deni Ajukan Keberatan

Nasional
Anies Mengaku Belum Bicara Lebih Lanjut Terkait Pilkada DKI Jakarta dengan Surya Paloh

Anies Mengaku Belum Bicara Lebih Lanjut Terkait Pilkada DKI Jakarta dengan Surya Paloh

Nasional
KPK Tahan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor

KPK Tahan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor

Nasional
Prabowo Tak Perlu Paksakan Semua Presiden Terlibat 'Presidential Club'

Prabowo Tak Perlu Paksakan Semua Presiden Terlibat "Presidential Club"

Nasional
'Presidential Club' Prabowo Diprediksi Jadi Ajang Dialog dan Nostalgia

"Presidential Club" Prabowo Diprediksi Jadi Ajang Dialog dan Nostalgia

Nasional
Gus Muhdlor Kenakan Rompi Oranye 'Tahanan KPK' Usai Diperiksa 7 Jam, Tangan Diborgol

Gus Muhdlor Kenakan Rompi Oranye "Tahanan KPK" Usai Diperiksa 7 Jam, Tangan Diborgol

Nasional
Adam Deni Hanya Dituntut 1 Tahun Penjara, Jaksa: Sudah Bermaafan dengan Sahroni

Adam Deni Hanya Dituntut 1 Tahun Penjara, Jaksa: Sudah Bermaafan dengan Sahroni

Nasional
Ide 'Presidential Club' Prabowo Diprediksi Bakal Bersifat Informal

Ide "Presidential Club" Prabowo Diprediksi Bakal Bersifat Informal

Nasional
Prabowo Mau Bentuk 'Presidential Club', Ma'ruf Amin: Perlu Upaya Lebih Keras

Prabowo Mau Bentuk "Presidential Club", Ma'ruf Amin: Perlu Upaya Lebih Keras

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com