JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua SETARA Institute Hendardi menilai rentetan peristiwa teror yang terjadi di Mako Brimob Kelapa Dua Depok dan serangan teroris di Surabaya Jawa Timur menjadi ancaman serius terhadap stabilitas keamanan negara jelang Pilkada 2018 dan Pemilu 2019.
Hendardi mengingatkan para elite politik tak bermain-main dengan isu-isu yang provokatif.
"Diingatkan bagi para elite politik untuk tidak bermain-main dengan isu intoleransi, radikalisme, dan terorisme," kata Hendardi dalam keterangan resminya, Minggu (13/5/2018).
Menurut dia, permainan isu intoleransi, radikalisme dan terorisme justru bisa menciptakan ruang-ruang inkubasi yang kondusif bagi kelompok intoleran dan radikal dalam melakukan aksi kekerasan.
Baca juga: Kapolri: Pelaku Utama Bom Gereja Di Surabaya Ketua JAD Surabaya
Di sisi lain, elite politik penguasa juga harus menunjukkan niat kuat dalam mengatasi bibit perpecahan, gejala segregasi sosial dan keagamaan dan aksi intoleransi.
"Sekecil apapun gejala itu, harus ditangkap sebagai titik permulaan dari aksi yang lebih serius di kemudian hari," katanya.
Ia juga berharap agar pemerintah melalui kementerian dan lembaga terkait mengawal proses pemulihan bagi korban-korban kejahatan terorisme. Hal itu agar para korban mendapatkan keadilan dan layanan negara yang baik.
"Cara ini merupakan bagian dari tanggung jawab negara hadir melindungi korban kekerasan," katanya.
Baca juga: Kapolri: Satu Keluarga Pelaku Bom Gereja Surabaya Terkait Kelompok ISIS
Ia mengimbau masyarakat untuk memperkuat solidaritas dalam melawan terorisme, intoleransi dan radikalisme.
"Masyarakat diimbau tidak terpecah belah oleh upaya-upaya provokasi dengan kekerasan yang menyasar tempat-tempat ibadah," kata Hendardi.
Masyarakat, kata dia, tidak perlu takut dan saling bergandengan tangan dalam melawan aksi intoleransi, radikalisme dan terorisme. Selain itu, masyarakat diharapkan tak menyebarkan foto dan video serangan teror melalui media sosial.
"Aksi bela sungkawa tidak perlu ditunjukkan dengan menyebar gambar, video, dan material lain yang justru menyebarluaskan pesan ketakutan semakin meluas," katanya.