JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo menegaskan bahwa ia cenderung tidak percaya dengan informasi-informasi yang bersifat pesimistis.
Hal ini disampaikan Jokowi saat menghadiri peresmian pembukaan Indonesia Industrial Summit Tahun 2018 dan peluncuran "Making Indonesia 4.0" di Jakarta Convention Center, Senayan, Jakarta, Rabu (4/4/2018).
Awalnya, Jokowi mengutip prediksi bahwa revolusi industri 4.0 akan membuat 800 pekerja di seluruh dunia kehilangan pekerjaan. Prediksi ini dikemukakan oleh perusahaan konsultan manajemen multinasional terkemuka, McKinsey.
"800 juta pekerja akan kehilangan pekerjaan karena diambil alih robot dan mesin dalam 12 tahun ke depan," kata Jokowi.
(Baca juga: Antisipasi Revolusi Industri 4.0, Pemerintah Benahi Pendidikan Vokasi)
Namun, Jokowi menekankan bahwa ia tidak percaya dengan prediksi itu. Sebab, prediksi tersebut hanya menunjukkan pesimisme.
"Kalau yang ini saya enggak percaya. Kalau yang pesimis-pesimis itu saya enggak percaya," kata Jokowi.
Jokowi justru meyakini lapangan kerja akan berkembang lebih banyak dengan adanya revolusi industri 4.0. Namun, Kepala Negara tidak memberikan penjelasan atau pun analisis lebih detail mengenai keyakinannya itu.
"Saya lebih percaya revolusi industri akan melahirkan jauh lebih banyak lapangan kerja baru daripada lapangan kerja yang akan hilang," kata mantan Gubernur DKI Jakarta itu.
Sebelumnya, Kepala Balai Pengembangan dan Penelitian Industri, Kemenperin, Ngakan Timur Antara mengatakan, masyarakat tidak perlu khawatir soal revolusi industri 4.0 yang bakal memangkas kebutuhan tenaga kerja.
Pasalnya, yang mungkin terjadi nanti hanyalah pergeseran saja. Ketika kebutuhan tenaga kerja pada satu sisi terpangkas, kemudian akan tumbuh kebutuhan tenaga kerja lain yang sesuai dengan revolusi tersebut.
"Yang banyak dikhawatirkan orang adalah revolusi industri 4.0 akan mengurangi tenaga kerja. Tapi pada dasarnya ini malah akan membuka kesempatan kerja yang luas lebih luas," kata dia.
(Baca juga: Pekerjaan yang Diprediksi Punah Akibat Revolusi Industri, Apa Saja?)
Ngakan mengakui ada kemungkinan pengurangan tenaga kerja dalam industri manufaktur. Namun, jumlahnya hanya sedikit.
Adapun pengurangan itu terjadi sebagai adanya otomatisasi atau pemanfaatan robot dalam proses produksi industri manufaktur.
"Memang kalau di manufaktur akan ada pengurangan tenaga kerja sedikit. Tapi di tempat lain bakal muncul peningkatan penyerapan tenaga kerja," kata Ngakan.
Kebutuhan tenaga kerja yang tumbuh itu, antara lain di dalam hal logistik, riset dan pengembangan, branding, serta distribusi.
"Begitu juga kebutuhan tenaga kerja di sektor IT," ujar dia.