JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah terus berupaya memberikan pendampingan kepada masyarakat meski status kejadian luar biasa (KLB) campak dan gizi buruk di Kabupaten Asmat, Papua telah berakhir.
Hal itu diungkapkan, Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial, Kementerian Sosial RI Harry Hikmat dalam diskusi di kantor Kementerian Komunikasi dan Informatika, Jakarta, Senin (5/3/2018).
"Kalau mereka tidak dipulihkan dengan suplai makanan dan bantuan sosial secara berkesinambungan itu akan percuma. Bisa kembali gizi buruk, makanya inisiatif kami harus ada relawan yang siap bergerak," ujar Harry.
Relawan yang direkrut sebagai Taruna Siaga Bencana (Tagana) tersebut pun bukan berasal dari luar daerah, tapi penduduk lokal setempat.
Baca juga : Merelokasi Warga Asmat?
"Kita rekrut Tagana, termasuk pembentukan kampung siapa bencana (KSB). Sudah ada 6 KSB. Jadi para relawan itu sekarang sudah bekerja. Ada 30 orang Tagana," ucap Harry.
Salah satu latihan yang diberikan Kemensos kepada para Tagana tersebut adalah kemampuan mengatur logistik.
"Secara sederhana in-off itu harus ketahuan. Misalnya masuk berapa barang, keluar berapa barang, semua harus tercatat. Lalu bagaimana itu sampai kepada yang membutuhkan kan daerah sana daerah sulit," kata dia.
Baca juga : Biaya Pembangunan Infrastruktur di Asmat Dua Kali Lebih Mahal
"Tagana bergerak langsung dari kapal ke gudang yang ditentukan. Dari gudang yang ditentukan diangkut ke gudang logistik. Usai dari gudang logistik dikirim lagi ke distrik-distrik, dari distrik sampai ke warga," sambungnya.
Rencananya, jumlah Tagana dan KSB akan diperbanyak oleh Kemensos dalam beberapa waktu mendatang sebagai percontohan.
"Tagana dan KSB akan ditambah lagi. Mudah-mudahan akan ada KSB yang lain. Harapan kami ini bisa jadi role model, percontohan di Papua utamanya di daerah yang rawan bencana KLB gizi buruk," kata dia.