JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat politik Point Indonesia, Arif Nurul Imam berpendapat, elektabilitas Joko Widodo belum aman untuk memenangkan Pemilihan Presiden 2019.
Hal tersebut berdasarkan survei Poltracking yang dirilis pada Minggu (26/11/2017) kemarin, yang menyebutkan bahwa elektabilitas Jokowi 53,2 persen, sedangkan Prabowo 33 persen.
"Memang unggul. Tapi Jokowi enggak boleh lengah. Posisi elektabilitas hari ini seperti yang dirilis Poltracking, posisi Presiden Jokowi belum bisa dikatakan aman," ujar Imam saat dihubungi Kompas.com, Senin (27/11/2017).
"Sebagai petahana, elektabilitas 53 persen tentu masih sangat rawan. Karena untuk memenangkan pilpres, harus memperoleh dukungan 50 persen plus plus," kata dia.
(Baca juga: Survei Poltracking: Elektabilitas Jokowi 53 Persen, Prabowo 33 Persen)
Apalagi, pilpres tinggal sekitar dua tahun lagi. Dengan sejumlah "serangan" isu yang dimainkan pihak lawan, elektabilitas Jokowi berpotensi semakin tergerus. Demikian pula dengan janji-janji yang belum sempat direalisasikan pemerntahan Jokowi-JK.
"Apalagi jika banyak janji kampanye yang tak terealisasi, pertumbuhan ekonomi stagnan dan potensi akan munculnya tokoh baru yang bisa saja menyalip di last minute," ujar Imam.
Dia melanjutkan, gencarnya pembangunan infrastruktur di penjuru Indonesia memang jadi "jualan" Jokowi meraup suara. Namun, persoalannya pembangunan yang begitu masif tersebut, lanjut Imam, tidak memberikan dampak langsung kepada masyarakat.
"Secara infrastruktur menonjol, tetapi pembangunan itu tidak langsung memberi manfaat pada rakyat kecil, sehingga dampak elektoralnya kurang signifikan," ujar Imam.