SEPEKAN sebelum Hari Raya Idul Adha, 25 Agustus lalu, hampir 10.000 anjungan tunai mandiri (ATM) dan kantor perbankan di Indonesia lumpuh akibat gagal beroperasinya satelit Telkom 1 milik PT Telkom.
Hampir semua bank nasional menggunakan layanan satelit Telkom 1 yang diluncurkan dari Kourou, Guyana Perancis, Amerika Selatan, 13 Agustus 1999 itu, menempati orbit geostasioner di 108 derajat bujur timur (BT) pada ketinggian 36.000 kilometer di atas Riau.
Hingga tulisan ini dibuat Selasa 5 September, sebagian besar ATM BCA di Jakarta belum berfungsi dan ini membuat kacau nasabah BCA yang tidak bisa melakukan transaksi.
Namun beberapa ATM yang terletak di dalam kantor BCA umumnya bisa digunakan dan perlahan jumah ATM yang bisa digunakan makin bertambah.
Baca juga:
Satelit buatan Lockheed Martin dan diluncurkan oleh roket Ariane 42P ini punya masa hidup 15 tahun, sehingga mestinya sudah purna tugas pada 2014. Telkom 1 berhasil melewati usianya sampai lebih 3 tahun dan beberapa hari hingga hilang dari orbit geostasionernya.
Perpanjangan usia satelit merupakan hal yang wajar. Bahkan misalnya PT Pasifik Satelit Nusantara (PSN), konon membeli satelit tua yang “hampir mati” dan dengan penghematan bahan bakar, usia operasinya masih dapat diperpanjang beberapa tahun.
Hilangnya satelit di angkasa bukan hanya sekali. Di sejarah Indonesia pernah satu satelit Palapa milik PT Satelindo (kemudian diakuisisi PT Indosat) diluncurkan dari Cape Kennedy Amerika Serikat, tetapi tidak pernah sampai orbitnya.
Beruntung ada perusahaan pemungut satelit, karena satelit yang kurang tenaga itu masih di ketinggian ratusan kilometer saja, lalu didaratkan dan dijual lagi.
Hal sama terjadi juga pada satelit Telkom3 yang tidak pernah sampai orbitnya beberapa tahun lalu, tetapi keberadaannya tidak terlacak sampai sekarang.
Satelit ACeS milik PSN yang membawa transponder L-band malah harus dibuang dari orbit geostasionernya di 123 derajat BT karena kegagalan pembuatan.
Bonus usia bukan mustahil dalam teknologi pengoperasian satelit, dan bukan mustahil pula bila usianya kurang dari yang diperkirakan. Semua tergantung pada seberapa sering satelit itu bergeser dari orbitnya sehingga roket harus dinyalakan untuk mengembalikan ke posisi semula.
Bergesernya satelit bisa akibat pengaruh badai matahari, gaya tarik bumi atau planet-planet lain, yang risikonya mengurangi persediaan bahan bakarnya.
Bisa turun dan terbakar
Menurut Arstechnica.com, PT Telkom memperkirakan usia Telkom 1 sampai tahun 2018 atau 2019, karenanya pengganti Telkom 1 baru akan diluncurkan tahun 2018.
Ahli-ahli di stasiun bumi Telkom bisa memperkirakan panjang usia tersisa dengan menghitung ketat berapa banyak helium dibutuhkan pada setiap penyalaan roket untuk menggeser satelit.