JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto mengatakan, titik api yang muncul sepanjang bulan Agustus-September 2017 ini lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun 2016.
"Sebenarnya yang sekarang ini masih kategori rendah dibandingkan di tahun lalu," ujar Wiranto di Kompleks Istana Presiden, Jakarta pada Selasa (29/8/2017).
Apalagi, stakeholder mulai dari TNI, Polri, dan Satgas kebakaran hutan yang sudah disebar ke daerah rawan kebakaran hutan dan lahan sudah memiliki standard operasi prosedur. Jika menemukan ada titik api, dapat dengan cepat bisa langsung dipadamkan.
"Kalau kita bicara tentang usaha, itu artinya sudah maksimal," ujar Wiranto.
Hanya saja, Wiranto mengakui, kesulitan membendung orang per orang yang sengaja membuka lahan dengan cara dibakar.
"Memang kita belum bisa dihindari ada titik-titik api karena ulah manusia, pembakaran ladang dan hutan yang sangat luas itu," ujar dia.
(Baca: 4 Helikopter Dikerahkan untuk Padamkan Kebakaran Lahan di Ogan Ilir)
Oleh sebab itu, selain menggencarkan pemantauan dari TNI, Polri, dan Satgas kebakaran hutan dan lahan, pemerintah juga mengoptimalkan kerjasama dengan perusahaan-perusahaan di sekitar lokasi kebakaran hutan.
"Tinggal bagaimana kita nantinya melibatkan secara aktif perusahaan yang besar dan kecil yang berada di sekitar hutan dan lahan yang terbakar itu untuk ikut serta. Sebab, ini merupakan kerja total," ujar Wiranto.
Diberitakan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mendeteksi titik api kebakaran hutan dan lahan akan semakin terus meningkat memasuki Agustus dan September 2017. Pada Selasa (22/8/2017), terdeteksi 538 titik api dengan tingkat kepercayaan sedang hingga tinggi.
"Hotspot terus meningkat di Kalimantan Barat dan Papua. Sebanyak 193 hotspot terdeteksi di Kalimantan Barat dan 143 hotspot di Papua," ujar Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho.