Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Istana Sambut Baik Keinginan DPR Konsultasi dengan Presiden

Kompas.com - 07/07/2017, 10:24 WIB
Ihsanuddin

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pihak Istana Kepresidenan menyambut baik keinginan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) untuk melakukan rapat konsultasi dengan Presiden Joko Widodo.

Rapat konsultasi itu akan membahas tiga Rancangan Undang-Undang, yakni RUU Pemilu, RUU Anti-Terorisme dan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2017 tentang Akses Informasi Keuangan untuk Kepentingan Perpajakan.

"Saya kira itu bagus. Itu hal yang lumrah juga karena pembuatan UU selain DPR kan juga pemerintah," kata Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki, di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (6/7/2017).

"Sehingga kalau memang kemudian ada proses dialog dan konsultasi atau apalah namanya dengan DPR, terutama untuk mencari kesepahaman untuk beberapa hal yang sekarang katakan lah macet, itu kan baik," tambah Teten.

Menurut Teten, apabila surat dari DPR sudah masuk, maka waktu rapat konsultasi akan segera diatur dengan menyesuaikan agenda Presiden Joko Widodo.

Saat ini, Presiden sedang berada di Hamburg, Jerman, menghadiri forum negara-negara G-20.

Pembahasan RUU pemilu saat ini memang mengalami kebuntuan karena pemerintah dan fraksi di DPR belum mencapai titik temu.

Dari kelima isu krusial, dua di antaranya sudah disepakati, yakni sistem pemilu yang tetap menggunakan sistem proporsional terbuka dan parliamentary threshold di angka 4 persen.

Tiga hal yang belum diputuskan, yakni presidensial threshold, metode konversi suara, dan sebaran kursi per dapil (daerah pemilihan).

Namun, selain soal RUU Pemilu, Teten mengatakan bahwa pemerintah juga berkepentingan mempercepat revisi UU Terorisme.

"Karena pemerintah ingin ada kemudahan, untuk mengambil tindakan terhadap terorisme sejak gejala dini, yang sekarang tidak bisa," ucap Teten.

Teten menyadari ada kekhawatiran dari DPR apabila aparat penegak hukum akan melakukan penyalahgunaan kewenangan yang mengarah pada pelanggaran hak asasi manusia.

Oleh karena itu, pemerintah mempunyai kepentingan untuk menjelaskan kepada DPR bahwa penyalahgunaan kekuasaan tidak akan terjadi.

"Kan sekarang tidak mungkin di era demokrasi ini pemerintah lakukan abuse of power. Saya kira kontrol masyarakat, DPR, media, sudah begitu kuat. Hal-hal seperti itu kan bisa ada kesepahaman," ucap Teten.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Di Hadapan Wapres, Ketum MUI: Kalau Masih Ada Korupsi, Kesejahteraan Rakyat 'Nyantol'

Di Hadapan Wapres, Ketum MUI: Kalau Masih Ada Korupsi, Kesejahteraan Rakyat "Nyantol"

Nasional
Polri Tangkap 5 Tersangka Penipuan Berkedok Email Palsu, 2 di Antaranya WN Nigeria

Polri Tangkap 5 Tersangka Penipuan Berkedok Email Palsu, 2 di Antaranya WN Nigeria

Nasional
Terobosan Menteri Trenggono Bangun Proyek Budi Daya Ikan Nila Salin Senilai Rp 76 Miliar

Terobosan Menteri Trenggono Bangun Proyek Budi Daya Ikan Nila Salin Senilai Rp 76 Miliar

Nasional
Terdakwa Korupsi Tol MBZ Pakai Perusahaan Pribadi untuk Garap Proyek dan Tagih Pembayaran

Terdakwa Korupsi Tol MBZ Pakai Perusahaan Pribadi untuk Garap Proyek dan Tagih Pembayaran

Nasional
Rayakan Ulang Tahun Ke 55, Anies Gelar 'Open House'

Rayakan Ulang Tahun Ke 55, Anies Gelar "Open House"

Nasional
KSAU Tinjau Kesiapan Pengoperasian Jet Tempur Rafale di Lanud Supadio Pontianak

KSAU Tinjau Kesiapan Pengoperasian Jet Tempur Rafale di Lanud Supadio Pontianak

Nasional
Jokowi: Alat Komunikasi Kita Didominasi Impor, Sebabkan Defisit Perdagangan Rp 30 Triliun

Jokowi: Alat Komunikasi Kita Didominasi Impor, Sebabkan Defisit Perdagangan Rp 30 Triliun

Nasional
Wapres Ma’ruf Amin Minta Penyaluran Dana CSR Desa Diperhatikan agar Tepat Sasaran

Wapres Ma’ruf Amin Minta Penyaluran Dana CSR Desa Diperhatikan agar Tepat Sasaran

Nasional
Hakim MK Tegur KPU karena Renvoi Tak Tertib dalam Sengketa Pileg

Hakim MK Tegur KPU karena Renvoi Tak Tertib dalam Sengketa Pileg

Nasional
Soal Silaturahmi Kebangsaan dengan Presiden dan Wapres Terdahulu, Bamsoet: Tinggal Tunggu Jawaban

Soal Silaturahmi Kebangsaan dengan Presiden dan Wapres Terdahulu, Bamsoet: Tinggal Tunggu Jawaban

Nasional
Hormati Ganjar, Waketum Gerindra: Sikap Oposisi Bukan Pilihan yang Salah

Hormati Ganjar, Waketum Gerindra: Sikap Oposisi Bukan Pilihan yang Salah

Nasional
Ganjar Pilih di Luar Pemerintahan, Bamsoet: Boleh, tapi Kita Bekerja Gotong Royong

Ganjar Pilih di Luar Pemerintahan, Bamsoet: Boleh, tapi Kita Bekerja Gotong Royong

Nasional
Hanya Ada 2 'Supplier' Indonesia yang Pasok Perangkat untuk Apple, Jokowi: Memprihatinkan

Hanya Ada 2 "Supplier" Indonesia yang Pasok Perangkat untuk Apple, Jokowi: Memprihatinkan

Nasional
Jokowi Resmikan Indonesia Digital Test House, Anggarannya Hampir 1 Triliun

Jokowi Resmikan Indonesia Digital Test House, Anggarannya Hampir 1 Triliun

Nasional
KPK Didesak Usut Pemberian THR ke Anggota DPR dari Kementan, Panggil Bersaksi dalam Sidang

KPK Didesak Usut Pemberian THR ke Anggota DPR dari Kementan, Panggil Bersaksi dalam Sidang

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com