JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah menilai, Pilkada DKI putaran kedua layaknya pemanasan Pemilu Presiden 2019.
Hal itu, kata Fahri, terlihat dari pasangan calon yang tersisa, yakni Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) - Djarot Saiful Hidayat dengan pengusung utamanya PDI-P dan Anies Baswedan - Sandiaga Uno dengan Gerindra sebagai pengusung utama.
"Karena itu saya membayangkan, Pilgub putaran dua ini meninggalkan sisa calon Anies - Sandi dan Ahok - Djarot. Ini pertarungan yang akan terjadi di Pilpres 2019 nanti antara Prabowo dan Jokowi," kata Fahri di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (17/2/2017).
(baca: Prabowo: Kalau Ingin Saya Jadi Presiden 2019, Kalian Harus Kerja Keras)
Hal itu, kata Fahri, juga terlihat dari partai pendukung pasangan Ahok - Djarot dan Anies - Sandi yang juga mencerminkan polarisasi antara Koalisi Indonesia Hebat (KIH) dan Koalisi Merah Putih (KMP).
"Cuma ini memang KMP yang sedang minus Golkar, itu aja bedanya sama yang dulu," papar Fahri.
Ia menambahkan, yang perlu diwaspadai bila polarisasi itu terjadi nanti ialah terpecahnya masyarakat di akar rumput.
(baca: Gerindra Ingin Usung Prabowo Jadi Capres 2019, Apa Tanggapan Jokowi?)
Hal tersebut, kata Fahri, perlu diwaspadai dan diantisipasi agar tak menimbulkan perpecahan.
"Nah, itulah yang kemungkinan akan terjadi, masyarakat bisa terbelah," lanjut Fahri.
Berdasarkan hasil hitung cepat berbagai lembaga, kemungkinan Pilkada DKI berlangsung dua putaran lantaran tidak ada calon yang memperoleh suara lebih dari 50 persen.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.