Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hati-hati Berita "Hoax", Amati Ciri-cirinya...

Kompas.com - 23/01/2017, 08:01 WIB
Tim Cek Fakta

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Dalam beberapa waktu terakhir ini, isu berita palsu atau berita hoax sudah menjadi hal yang mendapatkan perhatian dari berbagai pihak.

Pemerintah mulai melakukan berbagai langkah. Mulai dari melakukan pemblokiran berbagai sumber yang ditengarai sebagai pembuat berita hoax, menggandeng penyedia layanan media sosial, bahkan sampai menggodok aturan untuk mengatur mereka.

Dewan Pers juga tinggal diam. Sebagai lembaga yang melindungi kebebasan dan kualitas kehidupan pers nasional, lembaga ini mempunyai rencana untuk melakukan verifikasi kepada media dan memberikannya label. Bahkan gerakan dari masyarakat juga sudah terjadi, seperti Masyarakat Anti Hoax dan Turn Back Hoax.

Meskipun efektivitasnya belum dapat diukur, bayaknya pihak yang  bergerak menunjukkan bahwa permasalahan berita hoax ini sudah mencapai tahap meresahkan.

Padahal, untuk dapat mengidentifikasi sebuah berita itu adalah berita hoax, caranya gampang. Pengurus Kelas Muda Demokrasi Digital (KEMUDI) Farhanah membagikan beberapa tips sederhana untuk mengidentifikasinya, khususnya berita bohong yang tersebar secara daring.

1. Cek URL-nya

Pertama-tama cek URL atau alamat situs beritanya. Banyak berita hoax yang model penyebaran beritanya dengan menggunakan nama sebuah perusahaan media yang sudah dikenal. Tampilan halaman mukanya pun dibuat sedemikian rupa hingga terlihat mirip asli.

Untuk mengetahuinya dapat dengan memperhatikan URL-nya. Apakah alamat situs beritanya betul atau ternyata berbeda.

“Ini technical banget. Tapi kalau misalnya ini bentuknya online tipsnya sih selalu perhatikan URL-nya. Jangan termakan (tampilan) homepage,” jelas wanita yang akrab dipanggil dengan Fany itu.

2. Jangan langsung percaya broadcast message

Broadcast message juga merupakan model penyebaran berita hoax yang cukup masif. Metodenya adalah pesan yang disebarkan dari satu pengguna ke banyak pengguna lainnya. Biasanya pengguna yang percaya akan ikut menyebarkannya ke banyak pengguna lainnya sehingga terus berlanjut.

Isi pesan juga biasanya dikemas sebagai sebuah berita yang bersumber dari media yang sudah dikenal, padahal bukan. Hal yang sama juga berlaku terhadap pesan yang disertakan bukti foto dan screen capture.

“Biasanya orang gampang percaya karena ini screen capture, padahal kan bisa diedit,” jelas Fany.

3. Jadikan Google sebagai teman baik

Melakukan pengecekan adalah cara paling ampuh untuk membuktikan kebenaran suatu berita. Hal ini dapat dilakukan dengan mudah menggunakan mesin pencari Google.

“Coba cek dulu melalui Google, di website lain dan di media lain ada nggak beritanya? Kalau nggak ada, kemungkinan itu berita palsu. Apalagi kalau itu berita sensasional,” ungkap Fany.

Apalagi sekarang melalui Google juga dapat melakukan pengecekan foto. Pengguna cukup men-drag foto tersebut ke halaman Google Images untuk mencarinya secara online.

“Asal ada niat sedikit,” tutup dia.

Kompas TV SBY Keluhkan Hoax, Ini Respons Presiden Jokowi
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Nasional
Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di 'Presidential Club'

Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di "Presidential Club"

Nasional
Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk 'Presidential Club', Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk "Presidential Club", Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Nasional
Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Nasional
Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Nasional
Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Nasional
'Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya'

"Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya"

Nasional
Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Nasional
Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Nasional
Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Nasional
Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin:  Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin: Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Nasional
Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Nasional
Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta 'Selfie'

Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta "Selfie"

Nasional
Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan 'Presidential Club'

Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan "Presidential Club"

Nasional
Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com