JAKARTA, KOMPAS.com — Kepala Divisi Humas Polri Irjen Boy Rafli Amar mengimbau masyarakat agar tidak lagi melakukan aksi demo terkait Gubernur nonaktif DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
Tuntutan mereka untuk melanjutkan proses hukum terhadap Ahok sudah dipenuhi.
Polisi meningkatkan status kasus dugaan penistaan agama yang menjerat Ahok ke tahap penyidikan dan menetapkannya sebagai tersangka.
"Tidak usah lagi unjuk rasa. Lebih baik fokus saja pada pengawasan dan pengawalan penyelidikan ini," ujar Boy di Kompleks Mabes Polri, Jakarta, Kamis (17/11/2016).
Ia mengatakan, jika digelar aksi lanjutan, dikhawatirkan akan bergeser dari tujuan sebenarnya.
Pada demo 4 November lalu, massa menuntut proses hukum terhadap Ahok.
Oleh karena itu, tak perlu lagi ada aksi karena polisi sudah melakukan tugasnya sesuai dengan yang diinginkan.
"Kami khawatir ada penyusupan agenda-agenda lain yang tentunya justru membuat masyarakat bisa lebih mengganggu dan pengamanan juga terganggu," kata Boy.
Boy mengatakan, aksi demo yang berujung ricuh seperti sebelumnya membuat aspirasi tak tersampaikan secara efektif.
Ia meminta masyarakat tak lagi bergejolak sambil menunggu proses hukum selanjutnya.
"Masyarakat harus mendukung pilkada yamg aman, damai. Proses ini sudah memasuki masa kampanye yang butuh suasana yang kondusif," kata Boy.
Kapolri Jenderal (Pol) Tito Karnavian mengatakan, pihak kepolisian sudah mendapat informasi bahwa akan ada aksi unjuk rasa pada 25 November 2016 mendatang.
Tito memastikan Polri akan melakukan antisipasi agar aksi unjuk rasa pada 25 November mendatang berlangsung dengan tertib dan kondusif.
Meski demikian, kata Tito, belum ada permintaan izin resmi yang masuk ke pihak kepolisian terkait aksi unjuk rasa pada 25 November itu.
Presiden Joko Widodo berharap tak ada lagi unjuk rasa lanjutan untuk menuntut proses hukum terhadap calon gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama yang dituduh melakukan penistaan agama.
Unjuk rasa pertama digelar pada 24 Oktober 2016 di depan Balai Kota, Jakarta, dan dilanjutkan ke Istana dengan massa yang lebih besar pada 4 November 2016.