Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bom di Samarinda Dinilai Jadi Bukti Deradikalisasi BNPT Belum Maksimal

Kompas.com - 14/11/2016, 11:18 WIB
Ihsanuddin

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Aksi pelemparan bom molotov di Gereja Oikumene, Samarinda, dinilai menjadi bukti bahwa program deradikalisasi yang dilakukan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) belum maksimal.

Pelaku pelemparan bom molotov Joh alias Jo bin Muhammad Aceng Kurnia diketahui pernah dipenjara dalam kasus terorisme. 

"Kejadian ini juga membuka mata kita bahwa BNPT perlu memperbaiki program deradikalisasinya, karena pelaku adalah eks napi teroris yang merupakan jaringan kelompok radikal yang terlibat pada kasus bom buku tahun 2011," kata anggota Komisi I DPR Eva Kusuma Sundari, saat dihubungi, Senin (14/11/2016).

Joh pernah menjalani hukuman pidana sejak 2012 karena terlibat dalam peledakan bom buku di Jakarta pada 2011.

(Baca: Pelempar Molotov di Gereja Samarinda Mantan Narapidana Kasus Terorisme)

Dia divonis 3,5 tahun berdasarkan putusan pengadilan negeri Jakarta Barat nomor: 2195/pidsus/2012/PNJKT.BAR, tanggal 29 Feb 2012.

Joh dinyatakan bebas bersyarat setelah mendapatkan remisi Idul Fitri pada 28 Juli 2014.

"Insiden ini memunculkan dugaan terkait tdk saja adanya kekurangefektifan program pembinaan dalam lapas, tetapi juga ada kelemahan dalam program pemantauan terhadap mantan napi teroris pasca dibebaskan," kata politisi PDI-P ini.

Menurut Eva, evaluasi mendalam dan menyeluruh terhadap program deradikalisasi selama ini perlu dilakukan sehingga dapat menjadi masukan bagi program pencegahan terorisme yang efektif.

(Baca juga: Ledakan di Samarinda, Ketua Komisi I Pertanyakan Sistem Kerja BIN)

Dari studi terakhir, lanjut dia, diketahui ada interrelasi antara perilaku intoleransi, radikalisme dan terorisme, sehingga perlu perbaikan bagi program pencegahan radikalisme.

Adanya intoleransi yang menguat dapat memicu perilaku self radicalism yang dapat berkembang menjadi tindakan terorisme.

Salah satu strategi yang bisa digunakan BNPT untuk memperbaiki program deradikalisasi adalah dengan membangun early warning system atau deteksi dini terhadap gejala intoleransi terhadap kelompok primordial tertentu.

"BNPT kemudian dapat mensosialisasikan secara luas sehingga masyarakat bisa aktif untuk menjadi bagian dalam mekanisme pencegahan terorisme," ucap Eva.

Akibat teror bom ini, satu anak balita meninggal dunia sementara tiga lainnya mengalami luka bakar.

Kompas TV Puluhan Polisi Berjaga di Lokasi Ledakan Samarinda
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

Nasional
Prabowo Dinilai Bisa Bentuk 'Presidential Club', Tantangannya Ada di Megawati

Prabowo Dinilai Bisa Bentuk "Presidential Club", Tantangannya Ada di Megawati

Nasional
Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak ada Rencana Bikin Ormas, Apalagi Partai

Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak ada Rencana Bikin Ormas, Apalagi Partai

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Nasional
Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk 'Presidential Club' | PDI-P Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo'

[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk "Presidential Club" | PDI-P Sebut Jokowi Kader "Mbalelo"

Nasional
Kualitas Menteri Syahrul...

Kualitas Menteri Syahrul...

Nasional
Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang 'Toxic' ke Pemerintahan

Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang "Toxic" ke Pemerintahan

Nasional
Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Nasional
Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Nasional
Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Nasional
Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Nasional
Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Nasional
Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com