Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Luhut Jembatani Pertemuan Jokowi dan Prabowo

Kompas.com - 02/11/2016, 19:27 WIB
Ihsanuddin

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Meski sudah tak lagi menjabat sebagai Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, tetapi Luhut Binsar Pandjaitan tetap berperan dalam konsolidasi politik pemerintahan.

Pada Senin (31/10/2016) lalu, misalnya, Luhut yang kini menjabat Menteri Koordinator bidang Kemaritiman mendampingi Presiden Joko Widodo bertandang ke kediaman Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto di Hambalang, Bogor, Jawa Barat.

Rupanya, kedekatan politisi Partai Golkar ini dengan Prabowo yang membuatnya dipilih untuk mendampingi Jokowi, bahkan hingga mengatur pertemuan tersebut.

"Presiden minta saya mengatur karena beliau tahu saya dengan Prabowo kenal baik," kata Luhut di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (2/11/2016).

Luhut mengatakan, kunjungan Jokowi itu dilakukan karena janjinya di rumah keluarga Prabowo di Kertanegara, Jakarta Selatan, pada 17 Oktober 2014 lalu.

(Baca: Masyarakat Dapat Belajar dari Pertemuan Presiden Jokowi dan Prabowo)

Jokowi yang saat itu masih berstatus presiden terpilih berjanji ke Prabowo akan bertandang ke Hambalang.

"Sudah lama dia rancang-rancang, tiba-tiba teringat," ujar Luhut.

Menurut Luhut, pertemuan tertutup antara Jokowi dan Prabowo yang berlangsung sekitar dua jam berlangsung lancar dan penuh canda tawa.

Sambil menyantap nasi goreng, Prabowo banyak memberikan masukan ke pemerintah mulai dari masalah keamanan hingga ekonomi.

Setelah selesai pertemuan, Jokowi pun menjajal menunggangi kuda milik Prabowo.

"Nah, itu saya pikir salah satu kehebatan Pak Prabowo sebagai seorang yang menjadi kompetitornya Pak Jokowi, tapi pada waktunya begitu bicara masalah NKRI, Pak Prabowo tuh tidak lagi melihat masa lalu," ucap Luhut.

Luhut pun tak menampik bahwa salah satu pembicaraan Jokowi dan Prabowo adalah terkait demo ormas Islam yang akan dilakukan di depan Istana Kepresidenan, Jakarta, pada Jumat (4/11/2016).

(Baca: Pertemuan Jokowi dengan Prabowo, Ahok Justru Komentari soal Kuda)

Demo tersebut terhadap calon gubernur DKI Jakarta nomor urut 2 Basuki Tjahaja Purnama, yang dianggap telah menistakan agama.

"Intinya adalah kita ingin mau semua demokrasi jalan dengan baik. Jadi demonstrasi itu adalah hak konstitusi setiap warga negara, tapi harus bertanggung jawab. Artinya, jangan sampai terjadi huru-hara dan hal yang tidak baik. Karena itu akan merusak kredibilitas bangsa ini," ucap Luhut.

Kompas TV Prabowo: Demo Hak Konstitusional, Tapi Harus Kondusif

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Nurul Ghufron Beri Sinyal Kembali Ikut Seleksi Capim KPK 2024-2029

Nurul Ghufron Beri Sinyal Kembali Ikut Seleksi Capim KPK 2024-2029

Nasional
Kecelakaan Bus 'Studi Tour', Muhadjir: Saya Kaget, Setelah Berakhir Mudik Malah Ada Kejadian

Kecelakaan Bus "Studi Tour", Muhadjir: Saya Kaget, Setelah Berakhir Mudik Malah Ada Kejadian

Nasional
Minta Polri Adaptif, Menko Polhukam: Kejahatan Dunia Maya Berkembang Pesat

Minta Polri Adaptif, Menko Polhukam: Kejahatan Dunia Maya Berkembang Pesat

Nasional
KSAL Berharap TKDN Kapal Selam Scorpene Lebih dari 50 Persen

KSAL Berharap TKDN Kapal Selam Scorpene Lebih dari 50 Persen

Nasional
Segera Kunjungi Lokasi Banjir Sumbar, Menko PMK: Kita Carikan Solusi Permanen Agar Tak Berulang

Segera Kunjungi Lokasi Banjir Sumbar, Menko PMK: Kita Carikan Solusi Permanen Agar Tak Berulang

Nasional
Baleg Ajukan Revisi UU Kementerian Negara sebagai RUU Kumulatif Terbuka

Baleg Ajukan Revisi UU Kementerian Negara sebagai RUU Kumulatif Terbuka

Nasional
Buka Opsi Sebar Satkalsel, KSAL: Tunggu Kapal Selamnya Banyak Dulu

Buka Opsi Sebar Satkalsel, KSAL: Tunggu Kapal Selamnya Banyak Dulu

Nasional
Khofifah: Guru Besar Usul Pembentukan Kementerian Pendidikan Tinggi, Teknologi, dan Inovasi

Khofifah: Guru Besar Usul Pembentukan Kementerian Pendidikan Tinggi, Teknologi, dan Inovasi

Nasional
Dewas KPK: Nurul Ghufron Teman dari Mertua Pegawai Kementan yang Dimutasi

Dewas KPK: Nurul Ghufron Teman dari Mertua Pegawai Kementan yang Dimutasi

Nasional
PKS Sebut Presidensialisme Hilang jika Jumlah Menteri Diatur UU

PKS Sebut Presidensialisme Hilang jika Jumlah Menteri Diatur UU

Nasional
Dewan Pers Tolak Revisi UU Penyiaran karena Penyelesaian Sengketa Jurnalistik Dialihkan ke KPI

Dewan Pers Tolak Revisi UU Penyiaran karena Penyelesaian Sengketa Jurnalistik Dialihkan ke KPI

Nasional
Anggota Komisi III: Pansel KPK Harus Paham Persoalan Pemberantasan Korupsi

Anggota Komisi III: Pansel KPK Harus Paham Persoalan Pemberantasan Korupsi

Nasional
KSAL: Pembangunan Scorpene 7 Tahun, Indonesia Perlu Kapal Selam Interim

KSAL: Pembangunan Scorpene 7 Tahun, Indonesia Perlu Kapal Selam Interim

Nasional
Pemerintahan Prabowo-Gibran Diminta Utamakan Peningkatan Pendidikan daripada Insfrastuktur

Pemerintahan Prabowo-Gibran Diminta Utamakan Peningkatan Pendidikan daripada Insfrastuktur

Nasional
UU Kementerian Negara Direvisi Usai Prabowo Ingin Tambah Jumlah Menteri, Ketua Baleg: Hanya Kebetulan

UU Kementerian Negara Direvisi Usai Prabowo Ingin Tambah Jumlah Menteri, Ketua Baleg: Hanya Kebetulan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com