Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Elektabilitas Ahok Turun, Golkar Akui Sulit Menang Satu Putaran

Kompas.com - 07/10/2016, 08:16 WIB
Ihsanuddin

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Koordinator DPP Partai Golkar, Yorrys Raweyai, mengakui bahwa pasangan petahana Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot Saiful Hidayat cukup sulit untuk menang satu putaran di Pilkada DKI Jakarta.

Hal ini mengacu pada elektabilitas Ahok yang terus turun dari waktu ke waktu.

Semula, kata dia, Ahok memiliki tingkat elektabilitas di atas 50 persen. Elektabilitas itu sudah cukup untuk membawa Ahok menang satu putaran.

Namun belakangan, dalam berbagai survei, suara Ahok menurun hingga di bawah 50 persen, meski masih tertinggi dibanding dua pesaingnya.

"Untuk DKI ini seperti pilpres, untuk menang satu putaran harus dapat minimal 50 persen plus 1 suara. Itu yang jadi persoalan," kata Yorrys di Kantor DPP Partai Golkar, Jakarta, Kamis (6/10/2016).

Survei internal yang dilakukan Golkar, lanjut Yorrys, juga menemukan fakta serupa.

"Sekarang bagaimana tim Ahok ini untuk berupaya bagaimana caranya kita cuma sekali, jangan sampai dua kali," kata dia.

Yorrys mengatakan, pihaknya mengincar kemenangan satu putaran karena menyadari pertarungan akan semakin berat bila harus sampai ke putaran kedua.

Pesaing Ahok-Djarot, yakni Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni dan Anies Baswedan-Sandiaga Uno bisa jadi memiliki kesempatan lebih besar apabila bertarung di putaran kedua.

"Dua kali berat sekali. Akan terjadi polarisasi dan itu susah," ujar dia.

Menurut Yorrys, Golkar bersama pendukung lain yakni PDI-P, Nasdem dan Hanura sudah menyusun strategi untuk mengangkat kembali elektabilitas Ahok.

Namun ia enggan mengungkapkan strategi seperti apa yang akan digunakan agar tidak diketahui lawan.

"Sekarang bagaimana caranya sisa waktu ini bisa mencapai 50 persen plus 1," kata dia.

Dalam hasil survei yang dirilis LSI pada Oktober 2016, elektabilitas Ahok turun menjadi 31,4 persen dengan tingkat kesukaan 58,2 persen.

(Baca: LSI: Ahok Kuat, tetapi Trennya Menurun)

Padahal pada Juli 2016, elektabilitas Ahok masih 49,1 persen dan tingkat kesukaan 68,9 persen. Meski demikian, Ahok tetap unggul dari kandidat yang ada sekarang.

Dalam survei yang sama, elektabilitas dua calon pesaing Ahok, Agus Harimurti Yudhoyono mencapai 22,30 persen dan Anies Baswedan mencapai 20,20 persen.

(Baca juga: LSI Perkirakan Pilkada Jakarta Berlangsung 2 Putaran)

Kompas TV Hasil Survei Positif, Sandiaga Optimis Salip Petahana
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Nasional
Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Nasional
Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Nasional
Ganjar Bubarkan TPN

Ganjar Bubarkan TPN

Nasional
BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

Nasional
TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

Nasional
Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong 'Presidential Club'

Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong "Presidential Club"

Nasional
Ide 'Presidential Club' Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Ide "Presidential Club" Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Nasional
Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Nasional
Pro-Kontra 'Presidential Club', Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Pro-Kontra "Presidential Club", Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Nasional
Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Nasional
Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Nasional
SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com