Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tuduhan Konspirasi Asing di Balik Kampanye Antirokok Dinilai Tak Masuk Akal

Kompas.com - 01/10/2016, 11:21 WIB
Alsadad Rudi

Penulis

BOGOR, KOMPAS.com - Adanya tudingan konspirasi asing yang diarahkan kepada aktivis antirokok oleh para pelindung kepentingan industri rokok dinilai tidak masuk akal.

Karena perusahaan rokok di Indonesia justru mulai banyak dikuasai perusahaan rokok asing.

Pendapat itu dilontarkan Ketua Pusat Kajian Jaminan Sosial Universitas Indonesia, Hasbullah Thabrany. Ia kemudian menyoroti kepemilikan mayoritas saham oleh perusahaan rokok asing terhadap perusahaan rokok besar di Indonesia. Mulai dari Phillip Morris di Sampoerna dan British American Tobacco di Bentoel.

"Kenapa yang seperti itu tidak dibilang ulah asing," kata Hasbullah dalam seminar pengendalian tembakau dengan tema "Membongkar Hambatan Aksesi FCTC dan Mitos Rokok di Indonesia" di Bogor, Jumat (30/9/2016).

Baca juga: Petani Tembakau Dinilai Sering Dijadikan "Tameng" oleh Pengusaha Rokok

Hasbullah mengakui dalam upaya mereka memerangi rokok, ada sebagian dana hibah dari Bloomberg. Untuk Pusat Kajian Jaminan Sosial UI sendiri, ia menyebut dana yang diterima adalah Rp 4 miliar untuk dua tahun.

Ia menyatakan, Bloomberg sendiri tidak pernah meminta timbal balik dari penggelontoran dana tersebut.

Menurut Hasbullah, tidak ada yang salah dari adanya dana dari Bloomberg dan konsep mereka untuk memerangi rokok. Selain dana yang dinilainya tidak seberapa, ia menilai konsep tersebut bertujuan baik.

"Kalau tujuannya baik apa salahnya diikuti. Kenapa menolak hanya gara-gara konsep asing," ujar dia.

Baca juga: "Buruh Rokok Diupah Rendah, Tapi Pengusaha Rokok Jadi Orang Terkaya"

Ia justru menyalahkan keterlibatan perusaahan rokok asing di Indonesia yang disebutnya menarik banyak keuntungan, tanpa adanya timbal balik yang sepadan bagi Indonesia.

"Tahun 2016 Phillips Morris laba bersihnya Rp 12 triliun. Dalam 10 tahun bisa Rp 120 tahun. Tapi rakyat sakit-sakitan bukan mereka yang membayar," ujar Hasbullah.

Selain konspirasi asing, Hasbullah menyebut tudingan tidak masuk akal lain yang sering digunakan pelindung kepentingan industri rokok adalah mengenai adanya keterlibatan perusaahan farmasi. 

Ia kemudian mencontohkan tudingan keterlibatan perusaahan farmasi yang ingin menjual produk nikotin terapi di balik kampanye antirokok. Hasbullah menilai, tudingan itu tidak masuk akal.

"Harusnya perusahaan farmasinya senang dong kalau banyak yang ngerokok. Karena produk mereka jadi laris," ujar dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Laporan Fiktif dan Manipulasi LPJ Masih Jadi Modus Korupsi Dana Pendidikan

Laporan Fiktif dan Manipulasi LPJ Masih Jadi Modus Korupsi Dana Pendidikan

Nasional
Dana Bantuan dan Pengadaan Sarana-Prasarana Pendidikan Masih Jadi Target Korupsi

Dana Bantuan dan Pengadaan Sarana-Prasarana Pendidikan Masih Jadi Target Korupsi

Nasional
Lettu Eko Terindikasi Terlilit Utang Karena Judi Online, Dankormar: Utang Almarhum Rp 819 Juta

Lettu Eko Terindikasi Terlilit Utang Karena Judi Online, Dankormar: Utang Almarhum Rp 819 Juta

Nasional
Disambangi Bima Arya, Golkar Tetap Condong ke Ridwan Kamil untuk Pilkada Jabar

Disambangi Bima Arya, Golkar Tetap Condong ke Ridwan Kamil untuk Pilkada Jabar

Nasional
Beri Pesan untuk Prabowo, Try Sutrisno: Jangan Sampai Tonjolkan Kejelekan di Muka Umum

Beri Pesan untuk Prabowo, Try Sutrisno: Jangan Sampai Tonjolkan Kejelekan di Muka Umum

Nasional
Golkar Minta Anies Pikir Ulang Maju Pilkada DKI, Singgung Pernyataan Saat Debat Capres

Golkar Minta Anies Pikir Ulang Maju Pilkada DKI, Singgung Pernyataan Saat Debat Capres

Nasional
Marinir Sebut Lettu Eko Tewas karena Bunuh Diri, Ini Kronologinya

Marinir Sebut Lettu Eko Tewas karena Bunuh Diri, Ini Kronologinya

Nasional
Ketua Komisi VIII Cecar Kemenhub Soal Pesawat Haji Terbakar di Makassar

Ketua Komisi VIII Cecar Kemenhub Soal Pesawat Haji Terbakar di Makassar

Nasional
MPR Akan Bertemu Amien Rais, Bamsoet: Kami Akan Tanya Mengapa Ingin Ubah UUD 1945

MPR Akan Bertemu Amien Rais, Bamsoet: Kami Akan Tanya Mengapa Ingin Ubah UUD 1945

Nasional
Jemaah Haji Indonesia Mulai Diberangkatkan dari Madinah ke Mekkah

Jemaah Haji Indonesia Mulai Diberangkatkan dari Madinah ke Mekkah

Nasional
Bertemu PM Tajikistan di Bali, Jokowi Bahas Kerja Sama Pengelolaan Air

Bertemu PM Tajikistan di Bali, Jokowi Bahas Kerja Sama Pengelolaan Air

Nasional
Kementan Kirim Durian ke Rumah Dinas SYL, Ada yang Capai Rp 46 Juta

Kementan Kirim Durian ke Rumah Dinas SYL, Ada yang Capai Rp 46 Juta

Nasional
Momen Eks Pejabat Bea Cukai Hindari Wartawan di KPK, Tumpangi Ojol yang Belum Dipesan

Momen Eks Pejabat Bea Cukai Hindari Wartawan di KPK, Tumpangi Ojol yang Belum Dipesan

Nasional
Jokowi Bertemu Puan di WWF 2024, Said Abdullah: Pemimpin Negara Harus Padu

Jokowi Bertemu Puan di WWF 2024, Said Abdullah: Pemimpin Negara Harus Padu

Nasional
Menkumham Mengaku di Luar Negeri Saat Rapat Persetujuan Revisi UU MK

Menkumham Mengaku di Luar Negeri Saat Rapat Persetujuan Revisi UU MK

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com